Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 12 Oktober 2025: Bersyukur Karena Dicintai

Naaman, panglima besar Aram, adalah sosok berkuasa dan dihormati, tetapi ia menderita kusta — penyakit yang membuatnya tak berdaya. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI POS-KUPANG.COM
Leo Mali, Pr 

Oleh: RD. Leo Mali
Rohaniwan dan Dosen Fakultas Filsafat Unwira Kupang - Nusa Tenggara Timur

POS-KUPANG.COM - Kisah penyembuhan Naaman oleh Elisa memperlihatkan bahwa tidak ada rasa syukur yang lebih besar dalam hidup manusia selain pengalaman dicintai tanpa syarat oleh Allah. (2Raj 5:14–17). 

Naaman, panglima besar Aram, adalah sosok berkuasa dan dihormati, tetapi ia menderita kusta — penyakit yang membuatnya tak berdaya. 

Di balik kekuatannya yang tampak, tersembunyi kelemahan dan kerinduan akan pemulihan. 

Dalam keadaan itu, ia datang kepada Elisa, nabi Israel, dan diperintahkan mandi tujuh kali di Sungai Yordan. 

Baca juga: Membaca Lompat Kapal ke Amerika dan Deadline: Kisah di Balik Liputan Jurnalis Kompas 

Naaman sempat marah, sebab ia mengharapkan tindakan besar, bukan perintah sederhana seperti itu. 

Namun, ketika ia merendahkan diri dan taat pada sabda Tuhan, mukjizat terjadi. 

Ia sembuh, bukan karena kekuatan air, tetapi karena ketaatan yang membuka ruang bagi kasih Allah untuk bekerja. 

Setelah sembuh, Naaman kembali kepada Elisa dengan membawa hadiah besar sebagai tanda terima kasih. 

Elisa menolak, karena ia tahu bahwa kuasa penyembuhan berasal dari Allah semata. 

Ia bersyukur bukan karena menerima balasan, tetapi karena boleh menjadi sarana kasih Allah bagi sesamanya (2Raj 5:14–17). 

Cara Elisa bersyukur adalah dengan mempersembahkan hidupnya bagi kemuliaan Allah. Naaman pun tidak berhenti pada kesembuhan jasmani. 

Ia membawa tanah dari Israel ke Aram agar dapat mempersembahkan kurban kepada Allah yang hidup, dan berkata kepada Elisa: “Hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan kurban bakaran atau kurban sembelihan kepada allah lain, kecuali kepada Tuhan.” (2Raj 5:17). 

Syukur Naaman berbuah iman, sebagaimana iman Elisa berbuah dalam syukur. Rasa syukur yang sama tampak dalam diri Rasul Paulus. 

Dari penjara di Roma, di tengah kesepian dan derita, ia menulis kepada Timoteus: “Ingatlah akan Yesus Kristus, keturunan Daud, yang telah bangkit dari antara orang mati, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. 

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved