Wawancara Eksklusif

Mantan Intel BIN Ungkap Aktor Utama Demo:  Massa dan Aparat yang Kendalikan Satu Orang

Mantan anggota Intel pada BIN Sri Radjasa Chandra mengungkap skenario di balik demo ricuh.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS.COM
SRI RADJASA - Mantan anggota Badan Intelijen Negara (BIN), Kolonel Inf (purn) Sri Radjasa Chandra saat wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra di Kantor Redaksi Tribunnews.com, Jakarta pada Selasa (2/9/2025). 

Orang yang ingin ciptakan chaos punya tujuan tertentu?

Jelas, artinya begini, kita tidak bisa menutup mata tentang peristiwa ini. Siapa yang menginginkan situasi ini menjadi chaos atau tidak terkendali adalah orang-orang yang sangat memiliki sahwat politik, untuk berkuasa di 2029, itu saja. Kita bisa baca siapa yang mengembuskan demo 25 Agustus kemarin dengan agenda gusur DPR, bubarkan DPR. Itu terlihat.

Soal isu pembubaran DPR, ada agenda yang ingin disampaikan nggak kira-kira?

Kita lihat kronologisnya, awalnya ada ajakan demo pada 25 Agustus yang menamakan diri revolusi rakyat Indonesia. Narasinya adili Jokowi, makzulkan Gibran dengan mekanisme DPR. Nah, ini dilihat oleh kelompok yang merasa terusik, DPR bisa jadi ancaman. Dimulailah membangun opini DPR menerima tunjangan begitu besar, DPR menerima gaji besar,. muncul kebencian.

Langsung berubah, terbentuklah opini DPR harus dibubarkan. Di tengah krisis masyarakat yang miskin, dia (DPR) bisa menikmati luxury. Mulailah bergulir, sehingga munculah aksi demo. Dengan narasi yang berbeda, dihantam DPR. Ada yang terusik jika DPR digunakan untuk melakukan upaya-upaya pemakzulan Gibran, adili Jokowi. Kalau soal Buruh, pak Jumhur sudah mengatakan Jumhur sebelumnya. Ini ada aksi demo yang kita nggak tahu, nggak jelas. Makanya menhindar, Jumhur sudah membaca itu. 

Habis Buruh keluar masuk mereka, orang-orang bayaran, Mereka datang dari titik yang berbeda-beda. Biasa kalau demo yang normal. Mereka kumpul satu titik, terus bareng-bareng. Ini kan nggak terjadi. Dan ternyata terbukti kan, ditemukan adanya orang-orang yang dibayar. Termasuk mereka yang melakukan aksi perusahaan. By design semua. 

Dan kenapa harus rumah anggota DPR? Itu teror politik, membuat anggota dewan secara psikologis down. Tidak punya keberanian untuk membuat acara pemerintahan. 

Tapi kenapa Menteri juga ikut diserang, apa ada kesalahan informasi?

Mungkin untuk menutupi, ini sasaran bukan hanya DPR. Sebenarnya targetnya DPR.  Kalau kita lihat, kejadian terjadi di 29 kota. Terjadi aksi unjuk rasa, dengan sasaran yang sama, kemudian tingkat anarkis juga sama. Mereka tidak datang sekedar memberikan orasi. Mereka datang langsung melakukan perusakan. Artinya apa? Ada perencanaan.

Kalau misalnya targetnya adalah rusuh, sasaran kantor pemerintah risikonya tidak terlalu. Tapi kalau sasaran rumah masyarakat mungkin dia akan berhadapan dengan masyarakat.

Lalu, soal pelibatan prajurit TNI kemarin untuk pengamanan seperti apa?

Pelibatan pasukan TNI kemarin untuk membantu polisi, ini ada yang janggal menurut saya. Dalam situasi yang belum pada setingkat rawan. Polisi memberi ruang kepada TNI untuk terlibat langsung dalam penanganan demo. Ini satu hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Karena buat TNI, ini adalah semacam kayak harga diri mereka dalam penanganan ini. 

Tidak pernah polisi menyerahkan kepada TNI dalam situasi yang masih seperti kemarin. Saya melihat upaya menempatkan TNI masuk ke dalam killing zone yang sebetulnya dapat merusak. Apalagi TNI yang dilibatkan itu pasukan Kostrad, satuan tempur. Dia tidak pernah dibekali PH untuk anti huru hara. Yang lebih patut untuk melakukan, ya itu pasukan teritorial lah, ada Kodam, Kodim, Korem, Koramil. 

Berarti kejadian kemarin bisa disebut Intelijen kecolongan?

Kejadian (kemarin) ini diakibatkan oleh ego sektoral. Kemudian penggunaan pengamanan, satuan pengamanan untuk kepentingan politik. Sehingga membuka peluang terjadinya aksi-aksi seperti ini. Kita tidak menutup mata, polisi banyak digunakan untuk kepentingan politik, politik praktis. Pemilu kemarin, demo kemarin juga seperti itu. Bisa dibayangin, satu hal yang nggak pernah terjadi, Gegana dengan mudah dimasukkan oleh massa.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved