UKAW Kupang

Rektor UKAW: Saya Tegas Menentang Warga yang Putar Musik Tanpa Ingat Kenyamanan Orang Lain

Pernyataan ini sempat membuat sebagian pendengar mengernyit. Tapi rektor cepat melanjutkan kalimatnya dengan penegasan yang menohok.

|
Editor: Dion DB Putra
FOTO KIRIMAN PDT MESAKH DETHAN
Prof. Dr. Ir. Godlief F. Neonufa, MT 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pernyataan tegas datang dari Rektor Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Prof. Dr. Ir. Godlief F. Neonufa, MT menanggapi Surat Edaran Wali kota Kupang tentang pembatasan waktu pemutaran musik di rumah warga hingga pukul 22.00 WITA.

Pernyataan tersebut disampaikan rector pada ibadah Kampus, Senin 6 Oktober 2025 di Auditorium Artha Wacana Kupang.

Rektor UKAW Kupang Prof. Godlief membuka pernyataannya dengan kalimat yang membuat orang menoleh: “Saya tegas menentang!”

Pernyataan ini sempat membuat sebagian pendengar mengernyit. Tapi rektor cepat melanjutkan kalimatnya dengan penegasan yang menohok.

Baca juga: Opini: Menjaga Hak Kolektif Melalui Regulasi Musik Malam

“Saya bukan menentang Wali kota Kupang, melainkan menentang siapa pun — termasuk sivitas akademika UKAW — yang putar musik keras-keras tanpa mengingat kenyamanan orang lain.”
 
Menurut Rektor, Surat Edaran Wali kota Kupang justru merupakan kebijakan yang sangat baik, sejalan dengan semangat Kota Kasih yang selama ini menjadi identitas moral dan sosial masyarakat Kupang.

“Edaran itu layak dan pantas bagi Kota Kasih,” ujarnya. “Karena ia menuntun kita untuk belajar menghormati hak orang lain untuk beristirahat, sekaligus menjaga ketenangan diri sendiri.”

Tidak Ada Tradisi NTT yang Putar Musik Sampai Pagi

Rektor UKAW mempertanyakan kebiasaan sebagian masyarakat yang memutar musik keras hingga dini hari.

“Adakah tradisi NTT yang putar musik sampai pagi?” tanyanya secara retoris. 

“Kita orang Timur memang suka pesta, tapi pesta tanpa batas waktu justru merugikan diri sendiri dan orang lain,” ujarnya.

Rektor UKAW Kupang menambahkan, banyak warga yang dirugikan secara fisik dan mental karena tidak bisa beristirahat dengan baik akibat suara musik keras di malam hari.

“Kasihan orang tua yang butuh tidur nyenyak setelah bekerja seharian. Kasihan anak sekolah yang harus bangun pagi. Kasihan bayi yang butuh kualitas tidur untuk tumbuh sehat,” ujarnya.

“Bagaimana kualitas hidup bisa baik kalau kualitas tidur buruk? Dan bagaimana bisa tidur nyenyak kalau musik meraung-raung sampai pagi?” tambahnya.

Menurutnya, gangguan semacam ini tidak hanya melanggar kenyamanan publik, tetapi juga bertentangan dengan nilai kasih dan tanggung jawab sosial yang seharusnya menjadi cermin iman Kristen.

Musik Tanpa Batas Bisa Picu Konflik Sosial

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved