Breaking News

Opini

Opini: Sakti Pancasila Teguh Iman, GMIT Menapaki Tugas Besar di Tanah Timor

Pancasila sakti, iya. Tapi sakti karena apa? Karena dipelihara dengan darah dan air mata rakyat kecil, bukan semata oleh seremoni negara.

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI JOHN MOZES HW NERU
John Mozes Hendrik Wadu Neru 

Apakah gereja berani menegur aparat yang menutup mata terhadap perdagangan orang? 

Apakah gereja berani mengatakan bahwa pembangunan yang merusak lingkungan adalah dosa terhadap generasi mendatang?

Satire lain muncul: kita bisa menggelar sidang sinode berhari-hari dengan ratusan peserta, tapi apakah kita bisa mengurai satu masalah riil misalnya, kenapa perempuan Sabu atau Flores harus selalu antre visa kerja karena lapangan di kampung tak tersedia? 

Gereja akan disebut profetik bukan karena tebalnya dokumen, tapi karena keberanian menyentuh luka konkret umat.

Di sinilah relevan apa yang dikatakan Franz Magnis-Suseno: demokrasi dan keadilan tidak bisa hanya berhenti di tataran wacana; ia harus hidup dalam “etos kejujuran dan tanggung jawab publik.” 

GMIT ditantang untuk menerjemahkan teologike dalam etos sosial-politik yang nyata.

Menjaga Iman, Menjaga Indonesia

Pada akhirnya, Persidangan GMIT ini layak mendapat ucapan selamat. Dokumen PPA adalah upaya serius, hasil proses panjang, melibatkan banyak pihak, dengan semangat imamat am orang percaya. 

Tetapi ucapan selamat ini juga datang dengan harapan besar: semoga PPA tidak berhenti jadi buku di rak, melainkan jadi kompas moral di jalan-jalan kampung.

Pancasila disebut sakti karena tahan diuji. Demikian pula iman Kristen: sakti bukan karena ditulis dalam buku tebal, tapi karena mampu bertahan dan memberi daya hidup bagi rakyat yang sudah lama letih menunggu janji pembangunan. 

Sakti bukan karena dihormati dalam seremoni, tapi karena berani hidup di tengah kenyataan yang pahit.

Hari ini, 1 Oktober kita merayakan sakti Pancasila sekaligus menyaksikan GMIT meneguhkan ajarannya. 

Dua peristiwa ini tidak boleh dipisahkan. Sebab menjaga iman berarti juga menjaga Indonesia. 

Menghidupi Pancasila berarti setia pada Kristus yang mengutus umat untuk membawa damai, keadilan dan pengharapan.

Maka, selamat bersidang GMIT. Semoga dokumen Pokok-Pokok Ajaran ini menjadi tanda bahwa gereja di tanah Timor tidak sekadar hadir di balik tembok liturgi, melainkan berdiri teguh sebagai gereja yang menyalakan iman, menghidupi Mikha6:8 dan meneguhkan sakti Pancasila di bumi NTT. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

 

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved