Opini

Opini: Merayakan Preferensi Allah Pada Kaum Kecil

Satu setengah abad lalu pengalaman Maria itu dialami juga oleh Arnold Janssen, seorang anak petani dari Goch, Jerman, di perbatasan dengan Belanda. 

|
Editor: Dion DB Putra
TANGKAPAN LAYAR YT KATOLIK TV
Pastor Dr. Lukas Jua, SVD 

Banyak misionaris perintis menjadi martir pada abad XVI-XVII, karena imannya. 

Beberapa martir dari Ordo Dominikan patut disebut namanya, yaitu P. Antonio Pestana, OP, martir pertama di Nusa Tenggara dan P. Simao das Montanhas, OP, martir P. Adonara; P. J. Travasso, OP, martir P. Solor; P. Jeronimo Mascarenhas, OP menjadi martir di dekat Ende (Jan S. Aritonang dan K. Steenbrink, 2008: 76-78).

Sedangkan para misionaris lain mati karena penyakit-penyakit tropis. Salah satu dari para misionaris ini ialah Mgr. Petrus Noyen, SVD peletak dasar misi SVD di Nusa Tenggara dan Uskup pertama Kepulauan Sunda Kecil. 

Semangat misioner yang berkobar-kobar telah membuat dia tanpa kenal lelah mengunjungi umat lewat laut, gunung dan lembah. 

Dia meninggal dunia pada hari dia seharusnya ditahbiskan menjadi Uskup, karena komplikasi penyakit-penyakit tropis. 

Darah para martir yang tertumpah di tanah kita dan tubuh mereka yang kembali ke tanah di wilayah kita telah menyuburkan iman dan panggilan sebagai imam, biarawan-biarawati dan awam di Nusa Tenggara. 

Kita juga masih menerima rahmat Tuhan melalui kongregasi-kongregasi religius yang masuk pada tahun-tahun terakhir ini ke Nusa Tenggara.

Rahmat dan rasa syukur kita itu sekaligus merupakan tanggung jawab yang besar. 

Kita yang telah menerima Terang yang besar itu dan terang ilmu dari para misionaris harus menjadi terang dunia. Injil Mat. 5:14-16 mengingatkan kita akan identitas kita. 

Pertama-tama, kita harus semakin menyadari bahwa kita adalah terang dunia. Kita berada di dunia, tetapi kita bukan dari dunia. Kedua, kita mempunyai misi di dunia. 

Sesudah menegaskan identitas kita, Yesus bersabda: “Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat. 5:16). Inilah misi kita.

Tentu kita menyadari bahwa terang kita tidak sebenderang Terang yang besar itu. Terang kita sama seperti terang dian atau pelita, sehingga tema perayaan kita hari ini: “Menyala Dianku: Dari Ledalero untuk Semua!” 

Dalam Kitab Suci sabda Tuhan diumpamakan dengan pelita dan terang: “Firman-Mu adalah pelita bagi langkahku dan terang bagi jalanku” (Mzm. 119:105). 

Jika kita mau agar pelita kita tetap menyala, maka kita harus mengisinya dengan minyak yang cukup.

Minyak itu kita temukan melalui kesetiaan membaca dan merenungkan sabda Tuhan dalam Kitab Suci. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved