Saya masih tetap terdiam di hadapan Kak Niko, sembari berusaha menyembunyikan keterkejutan saya jauh ke dalam bilik hati. Sebab, saya sungguh menyadari masih ada kader-kader lain yang lebih mampu menjadi Sekretaris DPC. Sekelebatan waktu, kesenyapan pun hadir di hadapan kami bedua.
Namun, saya memberanikan diri menanggapi perkataan Kak Niko. "Maaf Kak Niko, kalau boleh tahu, dengan syarat dari Kak Niko itu apa tanggapan senior Frans?" Masih dengan raut wajah serius namun terlihat ada senyum kecil, Kak Niko pun menjawab. "Pak Frans cuma bilang, nanti lu panggil Viktus ko besong dua bicara su".
Menyimak perkataan Kak Niko, saya spontan membayangkan, jika saya menolak menerima tugas ini, maka secara sadar saya merusak psikologi Kak Niko. Padahal dia sedang akan melanjutkan panggilan tugas yang berat sebagai nahkoda GMNI Kupang menggantikan senior Frans.
Dalam diam saya berusaha memastikan disposisi batin saya; bahwa "tidaklah baik menolak kepercayaan yang telah diberikan, dan lebih buruk lagi menolak tanggungjawab perjuangan ideologi". Maka, tetap dalam sikap takzim kepada Ketua Terpilih GMNI Kupang, saya pun berkata kepada Kak Niko. "Terima kasih banyak atas kepercayaan dari Kak Niko. Kalau Kak Niko yakin saya bisa membantu Kak Niko dalam memimpin organisasi, maka saya siap."
Mendengar jawaban saya, Kak Niko menepuk-nepuk pundak saya, sembari setengah merangkul dan memeluk saya, lalu berujar singkat: "Terima kasih Ade Vik. Merdeka!" (*)
Viktus Murin, adalah Sekretaris DPC GMNI Kupang (1993-1996), Ketua Komite Kaderisasi Presidium GMNI (1996-1999), Sekjen Presidium GMNI (1999-2002), Wartawan Pos Kupang (1992-1995), Tenaga Ahli Menpora RI (2004-2009). Kini menjadi Tenaga Ahli Ketua MPR RI, DR.H.Bambang Soesatyo, SE, SH, MBA.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS