Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Christin Malehere
POS-KUPANG.COM, WAINGAPU - Beras bantuan sosial (Bansos) yang bersumber dari Dana Insentif Daerah (DID) yang dibagikan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sumba Timur kepada masyarakat penerima manfaat tidak sesuai harapan.
Pasalnya beras sebanyak 20 kilogram yang dibagikan kepada setiap keluarga penerima manfaat (KPM) itu kondisinya tidak layak untuk konsumsi manusia dan lebih cocok dijadikan sebagai pakan ternak.
Adapun kondisi beras yang diterima berwarna cokelat dan berbau, kemudian saat dicuci berulagkali butiran beras tersebut hancur, serta setelah dimasak, rasanya pahit dan tidak enak dikonsumsi.
Demikian penjelasan dari Oktovianus Wila, Ketua RT 01 Kelurahan Mauhau, Kecamatan Kambera, yang ditemui POS-KUPANG.COM, Kamis 4 Januari 2023.
Baca juga: Pasar Prailiu di Sumba Timur Minim Manfaat, Pembeli Hanya Cari Rokok, Kopi, dan Mie Instan
Oktavianus mengatakan bahwa dirinya bersama 16 KK dalam RT 01 Mauhau mendapatkan bantuan beras DID yang dibagikan oleh petugas Dinsos Kabupaten Sumba Timur.
"Kami dapat beras yang dibungkus dalam karung putih polos yang diantar langsung oleh kendaraan kontainer yang diangkut dari Pelabuhan Laut Waingapu lalu dibawa ke Kantor Kecamatan Kambera pada tanggal 28 Desember 2023 lalu," jelas Oktavianus.
Terhadap beras bantuan DID tersebut, Oktavianus sudah meminta kepada warga penerima beras agar tetap menyimpannya dan mengembalikan kepada Pemerintah Kelurahan Mauhau.
Oktavianus juga meminta kepada pemerintah agar tidak menambah beban dan menyusahkan masyarakat dengan cara membagikan beras tidak layak konsumsi.
"Masyarakat sudah hidup sulit, dan seharusnya pemerintah jangan menambah kesulitan masyarakat dengan membagikan beras yang kondisinya tidak bisa dikonsumsi, karena akan menjadi penyakit," pintanya.
Kondisi serupa juga dialami Tanta Yosi, Pedagang Pasar Prailiu, juga mendapatkan beras DID yang dibagikan di Kantor Kelurahan Prailiu.
Menurut Yosi, dirinya mendapatkan beras sebanyak 20 kilogram yang dibungkus dalam karung putih polos, yang diturunkan langsung dari kendaraan kontainer/peti kemas.
"Beras di dalam karung tersebut, berwarna coklat, ada bau menyengat, dan saat ditampi berulang kali barulah mulai berubah sedikit putih, termasuk dicuci berulang kali, warnanya tidak berubah, tapi berasnya hancur, serta baunya tidak hilang," ungkap Yosi.
Baca juga: Pemkab Sumba Timur Laksanakan Gerakan Pangan Murah Jelang Akhir Tahun
Terhadap beras itu, Yosi membuat nasi kuning agar bisa dipakai berjualan, akan tetapi meski sudah ditambahkan dengan bumbu-bumbu, namun bau beras tidak hilang.
"Saya sudah buat nasi kuning yang rencananya untuk jual, tapi karena bau dari beras masih terasa, maka nasinya dikonsumsi pribadi," tambah Yosi.