Berita NTT

Ternak Babi di NTT yang Terjangkit Virus ASF Bukan Berasal dari Denpasar

Editor: Eflin Rote
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Manggarai Barat, Abidin mengatakan hingga saat ini belum ditemukan penyakit virus African Swine Fever ( virus ASF ) atau demam babi afrika. Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat juga memperketat pengawasan pada pintu-pintu masuk daerah itu guna mencegah masuknya ternak babi yang terpapar virus ASF.

Memang babi yang terkena virus ini tidak berbahaya bagi manusia bila dikonsumsi namun menjadi tidak etis bila dijual atau diberikan ke orang lain. Selain itu, karena daging yang terkontaminasi ASF bisa menyebarkan virus ini lagi.

Baca juga: Cegah ASF, Peternak di Kabupaten Kupang Minta Pemerintah Upayakan Vaksin

"Jadi memang penyakit ini bertambah banyak pada bulan Januari," tambahnya.

Pihaknya juga mencatat adanya 239 kasus kematian ternak babi di beberapa kabupaten di Provinsi NTT. Kasus tertinggi adalah di Kabupaten Kupang dengan 75 kasus.

Kepala Balai Karantina Pertanian Kupang Yulius Umbu Hunggar juga membenarkan bantuan ternak babi ini diambil dari dalam NTT sendiri.

"Total pengadaan dari APBN ini 300 ekor babi dan bukan dari Bali," sebutnya dalam keterangan yang diterima, Senin (23/1/2023). 

Ia memaparkan adanya 50 ekor babi yang dikirimkan ke Flores Timur berasal dari Kabupaten Kupang yang salah satunya dari UPTD Peternakan Tarus.

Baca juga: Dinas Peternakan NTT Catat 256 Ekor Babi Terkena ASF

"Begitu juga untuk Sikka dan kabupaten lainnya," tambah dia.

Pengiriman ini juga telah melalui uji medis di Laboratorium Kesehatan Hewan Oesapa, kata dia, yang hasilnya sebelum itu negatif.

"Juga telah melalui masa karantina 14 hari," sambung Yulius.

Menurutnya wabah ini muncul kembali karena wilayah tersebut pernah terjadi wabah ASF di tahun 2020 yang sempat mereda di tahun 2021 dan 2022.

"Hingga saat ini belum bebas tapi statusnya endemik dan bila ada kasus saat ini sifatnya sporadis di kabupaten tertentu, kecamatan tertentu dan desa tertentu dan kandang tertentu," tukasnya.

Namun, bila intensitas lalu lintas ternak babi dan produknya tidak dijaga maka kematian atau tingkat paparannya pun bisa bertambah kemudian. (Fan)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkini