Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 3 Februari 2022: Panggilan Ketiga

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RD. Fransiskus Aliandu

Keempat, Yesus juga menyampaikan apa yang menjadi prinsip utama sebagai utusan.

Tidak boleh terlampau peduli mengenai apakah akan diterima atau bagaimana akan diterima. Sangat simpel! Kalau diterima, tak ada masalah. Bila tidak diterima, jangan dijadikan sebagai masalah. Tak perlu menangisi nasib. Tinggal pergi tanpa beban dalam diri.

Soalnya, utusan diutus untuk berkarya memberitakan pertobatan. Maka, hasil dalam perutusan, bukanlah pada diri utusan, melainkan ada pada pihak mereka yang didatangi.

Bahwa orang-orang yang didatangi itu nantinya sadar diri untuk bertobat, dibebaskan dari pengaruh roh jahat, disembuhkan dari penyakitnya.

Dengan merenungkan cerita "panggilan ketiga" ini, kiranya bisa menggugah saya untuk membuat sedikit refleksi pribadi tentang berbagai hal.

Yesus pun memanggil dan mengutus saya pada tahap ketiga. Apa yang dilakukan-Nya terhadap kedua belas rasul, kiranya menjadi catatan reflektif yang menarik dan penuh makna untuk saya. *

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 3 Februari 2022:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan Pertama: 1 Raja-Raja 2:1-4.10-12

"Aku akan mengakhiri perjalananku yang fana ini. Kuatkanlah hatimu, dan berlakulah kesatria."

Saat kematian Daud sudah mendekat. Pada suatu hari ia berpesan kepada Salomo, anaknya, “Aku ini akan mengakhiri perjalananku yang fana.

Maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah ksatria. Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa.

Semoga dengan demikian engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju, dan semoga Tuhan menepati janji yang diucapkan-Nya tentang aku, yakni: Jika anak-anakmu laki-laki tetap hidup di hadapan-Ku dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, maka keturunanmu takkan terputus dari takhta kerajaan Israel.”

Kemudian Daud mendapat istirahat bersama-sama nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud.

Jadi Daud memerintah orang Israel selama empat puluh tahun; di Hebron ia memerintah tujuh tahun dan di Yerusalem tiga puluh tiga tahun.

Kemudian Salomo duduk di atas takhta Daud, ayahnya dan menjadi kokohlah kerajaannya.

Halaman
1234

Berita Terkini