Renungan Harian Katolik Kamis 3 Februari 2022: Panggilan Ketiga (Markus 6:7-13)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Kedua belas rasul orang-orang pilihan Yesus. Mereka dipanggil secara khusus untuk mengikuti Dia dan diutus oleh-Nya.
Berdasarkan data dalam injil Markus, tiga kali Yesus memanggil kedua belas orang pilihan-Nya yang disebut rasul itu.
Pertama kali mereka dipanggil untuk mengikuti Dia (Mrk 1:16-20). Kedua kalinya mereka dipanggil dan ditetapkan untuk menjadi sekelompok orang andalan (Mrk 3:13-19). Ketiga kalinya mereka dipanggil untuk diutus (Mrk 6:7-13).
Dalam merenungkan "panggilan tahap ketiga" ini selayaknya diperhatikan dengan saksama apa yang dilakukan Yesus bagi orang-orang pilihan-Nya.
Pertama, Yesus memanggil dan mengutus berdua-dua. Artinya, mereka tidak mengutus diri mereka sendiri dan tidak pula mengakali Yesus, agar mereka akhirnya diutus.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Hari Ini Rabu 2 Februari 2022: Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah
Dan, mereka dibagi menjadi enam kelompok berbeda-beda. Sebab mereka diutus berdua-dua. Barangkali arah dan tempat tujuan berbeda-beda. Sangat boleh jadi kelompok sasaran yang dituju berlain-lainan. Mungkin sesuai karakter, bidang spesialisasi dan profesionalitas.
Kedua, Yesus memberi mereka kuasa. Satu jenis kuasa saja. Kuasa itu amat rohani sifatnya, yaitu kuasa atas roh-roh jahat.
Tidak ada kuasa bicara dengan bahasa. Tidak ada kuasa untuk mengajar secara istimewa. Tidak ada kuasa atas orang lain.
Yang diberikan adalah kuasa sebagai kesanggupan untuk membantu orang yang terbelenggu dalam kuasa jahat. Ini bukan kuasa untuk membinasakan si jahat, melainkan hanya untuk mengusirnya; untuk menjauhkannya dari manusia yang terkena pengaruhnya.
Kuasa itu mungkin tak kelihatan secara langsung hasilnya, apalagi secara ajaib. Ia hanya ibarat ragi yang menyerap dan mempengaruhi secara rohani tapi pasti. Dengan begitu tak ada godaan untuk berbangga dan memamerkan kehebatan diri.
Ketiga, Yesus memberi beberapa pesan yang berisi larangan. Yakni jangan membekali dan memperlengkapi diri dengan apa pun, kecuali tongkat, sehelai baju, dan sepasang alas kaki.
Tidak ada roti, tidak ada bekal, tidak ada uang dalam tas pinggang. Nihil! Berarti, tidak boleh mengandalkan apa pun. Tak juga perlu mencemaskan diri tentang kebutuhan hidup. Tak boleh membebani dengan apa pun.
Dengan begitu, mereka akan lebih lincah dalam berkarya; mudah sesuaikan diri dengan keadaan. Tak hanya hidup apa adanya, melainkan juga bukan karena ada apanya. Lebih mendasar, mereka lebih fokus pada karya dan dalam berkarya mengandalkan Tuhan semata-mata.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 3 Februari 2022: Pergilah Mereka Memberitakan Orang Harus Bertobat