Headline News Hari Ini

DPRD NTT: Tarik Tenun Ikat Tiruan

Penulis: Oby Lewanmeru
Editor: Alfons Nedabang
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Josef Nae Soi dan Viktor B Laiskodat

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi menyayangkan tindakan plagiat motif tenun ikan Sumba Timur yang dipamerkan di Paris oleh dua pelajar asal Jepara, Jawa Tengah. Sementara DPRD NTT mendesak Pemprov NTT menarik tenun ikat tiruan.

"Tidak masalah siapapun boleh memproduksinya, namun ada baiknya disebutkan asal mula motif tersebut. Kalau dari Sumba ya sebut saja dari Sumba," kata Wagub Josef kepada wartawan di Kupang, Senin (1/7/2019).

Menurutnya, jika hal tersebut disebutkan tentunya sebagai bagian dari menghargai kekayaan intelektual nenek moyang masyarakat Sumba.

Jepara Klaim Tenun Ikat Sumba Timur

Mantan anggota DPR RI dari Partai Golkar ini mencontohkan kain batik yang juga digunakan warga NTT, kebanyakan dari Solo dan daerah lain.

"Kita pakai tapi jelas kita akui sebagai batik dari Solo. Asal mula batik itu kita akui, karena itu sama halnya jika ada yang menggunakan motif kita maka harus juga mengakui asal motifnya."

"Apa yang ada di Indonesia ini tidak bisa dimonopoli, tetapi asal mulanya itu harusnya bisa dituliskan, atau disebutkan sehingga tidak menimbulkan polemik," ujar Wagub Josef.

Tenun ikat Sumba seharga Rp 25 juta perlembar (POS KUPANG.COM/ROBERT ROPO)

"Kita tidak ada monopoli, karena yang kita jual saat ini bukan jual kerajinan tangan tapi merupakan kekayaaan intelektual yang sudah ada sejak nenek moyang. Karena itu harus dipatenkan," tambahnya.

Pemprov NTT, kata Wagub Josef, sedang berusaha untuk mematenkan sejumlah tenun ikat yang ada di NTT. Saat ini, baru Kabupaten Sikka, khususnya Maumere motif tenunnya sudah dipatenkan oleh World Intellectual Property Organization (WIPO) di Jenewa. Ada juga kopi Manggarai dan Bajawa yang sudah memiliki Indikasi Geografis (IG).

"Proses dipatenkan itu melalui Kemenkumham, baru kemudian Kemenkumham mendaftarkan ke WIPO untuk kemudian dipatenkan."

Suhu Dingin Di Wilayah ini Di Provinsi Bali Capai 19 Derajat Celsius, Warga Memilih Mandi

Menurut Wagub Josef proses pematenan motif-motif tenun ikat NTT membutuhkan waktu yang lama.

Ia mengungkapkan, Pemprov NTT juga berencana mempatenkan Sasando mengingat di Sri Langka ada jenis alat musik tradisional yang hampir menyerupai Sasando.

"Ke depan semua hasil di NTT kita harus patenkan dan memiliki indikasi geografis, seperti ubi Nuabosi dari Ende dan lainnya harus dipatenkan," ujarnya.

Wakil Ketua DPRD NTT, Yunus Takandewa mendesak Pemprov NTT segera mengambil langkah konkrit untuk mempertahankan tenun ikat Sumba Timur dari upaya plagiat.

Airlangga Boyong Ketua DPD Golkar Bertemu Jokowi, Bamsoet Nilai Wajar

"Dewan mendesak pemerintah segera berkoordinasi dengan empat kabupaten se-Sumba, untuk melakukan langkah konkrit termasuk membangun komunikasi dan koordinasi, demi mempertahankan tenun ikat Sumba dari upaya plagiat motif daerah," tandas Yunus.

Menurutnya, Pemprov NTT langsung ke Jepara untuk menelusuri lebih komprehensif motif Jepara tersebut, yang ditengarai mirip motif Sumba. Langkah ini penting untuk segera mengambil langkah selanjutnya sesuai kewenangan dan ketentuan yang berlaku.

Selain itu, lanjut Yunus, DPRD mendesak segera memperjuangkan hak paten semua motif tenun ikat NTT. Hal itu bertujuan memperkuat kelestarian, keaslian dan nilai budaya NTT.

Sediakan Paket Khusus Jamaah Haji, XL Axiata Gandeng Semua Operator di Arab Saudi

"Saya kira ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, tetapi harus segera diambil langkah konkrit untuk menyelesaikan masalah ini, karena bukan tidak mungkin ke depan motif daerah lainnya di NTT juga mengalami hal yang sama," kata Yunus.

"Jika pemerintah tidak tegas, maka kondisi ini akan memperlemah posisi tenun ikan NTT, sekaligus mengabaikan karya-karya penenun yang telah berjuang dengan sungguh-sungguh melestarikan keberadaan motif daerah ini," tambah politisi PDI Perjuangan asal Sumba ini.

Alex Ofong (ist)

Wakil Ketua DPRD NTT, Alex Take Ofong mengatakan, "Pada prinsipnya, DPRD NTT menolak tiruan motif NTT dalam bentuk apa pun. Karena itu kami desak pemerintah untuk segera ambil tindakan pencegahan."

Alex mengusulkan agar Pemprov NTT melakukan upaya pencegahan. "Kami desak pemerintah untuk dalam jangka pendek dan mendesak segera melakukan langkah-langkah konkrit dan negosiasi untuk menghentikan tindakan itu," kata Alex.

Sedangkan untuk jangka menengah dan panjang, lanjut Alex, Pemprov NTT segera melakukan upaya perlindungan terhadap semua motif tenun NTT termasuk motif Sumba, dalam bentuk perjuangan mendapatkan HAK paten.

BREAKING NEWS: Polres Kupang Amankan Pelaku Dugaan Pemerkosaan di Semau

"Kita minta pemerintah segera patenkan semua motif yang ada di NTT terutama motif Sumba yang sedang ditiru," ujarnya.

Politisi Partai NasDem ini mengatakan, Pemprov NTT harus memantau peredaran tenun ikat NTT tiruan yang sudah dijual untuk ditarik, sekaligus mengimbau masyarakat untuk tidak membeli motif tiruan tersebut.

"Kami mengimbau masyarakat NTT tetap mencintai tenun NTT dengan menggunakannya dalam berbagai acara dan kegiatan sesuai peruntukannya," imbau Alex.

Ketua Fraksi Partai Demokrat, Winston Rondo mengatakan, DPRD NTT akan menggelar rapat dengan Pemprov NTT untuk menyikapi kasus penjiplakan motif tenun ikat NTT. Dewan mendorong agar masalah penjiplakan motif tenun ikat itu ditindaklanjuti secara tegas oleh pemerintah.

Winston Rondo (POS KUPANG.COM/OBY LEWANMERU)

"Tadi dalam rapat pimpinan DPRD, kasus tenun ikat ini dibahas secara khusus. DPRD merekomendasi agar perlu ada rapat dengan Pemprov NTT untuk membahas kasus penjiplakan motif NTT," kata Winston.

Menurut Wiston, sebagai DPRD NTT, pihaknya mengakui bahwa respon terhadap kasus itu sangat lamban dan kurang proaktif.

"Padahal keluhan soal kasus ini sudah lama dibincangkan di medsos (media sosial). Kami mendesak gubernur agar mengambil semua langkah dan tindakan yamg diperlukan melindungi kekayaan budaya NTT," ujarnya.

Anggota Komisi V DPRD NTT ini mengatakan, tidak hanya motif tenun ikat Sumba tetapi semua kekayaan budaya NTT. Karena itu, lanjutnya, dalam jangka menengah perlu studi lebih lanjut dan serius tentang hal ini agar jelas langkah dan tindakan apa saja yang harus dilakukan karena begitu banyak dan beraneka rupa khazanah kekayaan budaya kita.

Seorang ibu sedang menenun tenun ikat Sumba (POS KUPANG/JHON TAENA)

"Saya memikirkan untuk diusulkannya perda perlindungan kekayaan budaya NTT agar pemda dapat payung regulasi dan memudahkan untuk merumuskan program dan alokasi dana untuk pembiayaannya," ujarnya.

Pemuda Mahasiswa Sumba Timur di Kupang juga bereaksi. Sejumlah elemen, di antaranya IPMASTIM, Fokus Permata, IPPMASAL, KEBESSARAN dan KSW mengecam tindakan plagiarisme tenun ikat Sumba Timur.

Mereka mendesak Jepara segera meminta maaf secara terbuka serta meberhentikan penjiplakan motif Sumba Timur. Dalam pernyataan sikapnya, Pemuda Mahasiswa Sumba Timur menuntut Pemprov NTT dan Pemda Sumba Timur untuk mengambil tindakan konkrit terkait penjiplakan tenun ikat.

35 Desa Di Mabar Minta Mekar, DPMPD Sedang Proses

Selain ituk, mahasiswa mendorong Pemda Sumba Timur untuk mengurus hak paten di Kemekum-HAM yang bersifat berkelanjutan.

Pemuda dan Mahasiswa Sumab Timur memberi deadline waktu 6 x 24 jam kepada Pemprov NTT dan Pemda Sumba Timur untuk mengambil tindakan konkrit. Jika dalam kurun waktu ini tidak diindahkan maka kami akan tempuh langkah lainnya.

Hal lain yang membedakan adalah lebar kain. Ia menjelaskan, tenun ikat Sumba Timur dengan lebar maksimal 60-70 centimeter (Cm), sedangkan kain Jepara lebih lebar. Selain itu, tenun ikat Sumba Timur berat, berbeda dengan tenunan Jepara yang ringan dan tenunannya halus.

Memperkenalkan Stefdies, Sebuah Trend Baru Fotografi Anti Selfie

Ada tenun ikat Sumba Timur dengan lebar 120 Cm. Meski sama lebar dengan kain Jepara namun memiliki ciri sebagai pembeda. Menurut Rambu, tenun ikat Sumba Timur ada jahitan di tengah. Jahitan dimak

Penenun Protes

Pengrajin tenun ikat Sumba Timur bereaksi. Penenun Harra Adji (54) mendesak Pemerintah Kabupaten Sumba Timur menindak tegas penjiplak motif tenun ikat Sumba Timur sehingga memberi efek jera.

"Agar tidak boleh ada daerah lain yang menjiplak motif tenun ikat Sumba Timur lagi," kata Harra saat ditemui di Waingapu, Minggu (30/6/2019).

Pengrajin tenun ikat di Kabupaten Sikka (Net)

Menurutnya, tenun ikat merupakan kebudayaan secara turun temurun yang diwariskan nenek moyang. Selain itu, setiap motif tenun ikat memiliki makna tersendiri.

Penenun lainnya, Rambu Ana mengatakan, meski menjiplak namun tetap tidak akan sama dengan motif tenun ikat Sumba Timur. "Bagaimana pun mereka meniru, mereka tidak akan bisa melawan kami punya tenunan asli Sumba Timur. Tidak akan sama," tandas Rambu.

Rambu menyebut perbedaan tenun ikat Sumba Timur dengan tenunan Jepara, di antaranya dari proses pembuatannya. Menurutnya, tenun ikat Sumba Timur dikerjakan secara manual dan menggunakan perwarna alami.

Galih Ginanjar Batal Jumpa Pers Tanggapi Laporan Fairuz

"Jadi ini yang perlu diperhatikan dari pada keaslian kain tenun ikat Sumba Timur. Tapi kalau tenunan Sumba itu tebal dan lebarnya hanya maksimal 60-70 Cm saja dan lebarnya kalau sampai 1 meter maka harus perhatikan jahitan untuk sambungan di tengah kain pakai jahitan tangan," papar Rambu.

Rambu mengharapkan Pemda Sumba Timur memfasilitasi pengrajin tenun ikat untuk mengurus hak paten. "Setiap kali kami mau mengurus hak paten untuk kain tenun Sumba Timur lebih diperhatikan lagi untuk diurus. Ini permintaan kami sebagai pengrajin," ucapnya.

Menurutnya, ketika sudah memiliki hak paten maka motif kain tenun ikat Sumba Timur bisa dipertahankan.

"Karena motif-motif kain tenun kami ini banyak ditiru di daerah lain. Tidak bisa dijiplak karena ada undang-undangnya. Jadi kami minta setiap pengrajin tenun ikat Sumba Timur yang mau mengurus hak paten tolong dilayani dulu, jangan bilang tidak bisa," ujar Rambu.

BREAKING NEWS: Terlindas Ban Truk, Yohanis Tewas Ditempat

Lebih lanjut Rambu mengatakan, mengapa tenun ikat Sumba Timur harganya mahal. Menurut Rambu, karena asli tenun dan dibuatkan pakai tenaga dan bukan pakai mesin. Sedangkan dalam mengerjakan kain tenun ini juga membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan sampai setahun.

Dikatakannya, di Sumba Timur memiliki motif yang berbeda-beda bahkan hampir setiap desa. Misalnya di wilayah Kanatang terkenal dengan warna birunya yang indah dan sangat bagus.

"Di wilayah Rende terkenal dengan motif andung, kain warna merah dari Kaliuda Pahunga Lodu, sedangkan wilayah Kambera kaya akan motif," pungkas Rambu.

Boikot

Praktik jiplak tenun ikat NTT oleh daerah lain tentu mempunyai dampak yang cukup besar. Dampaknya bisa dilihat dari beberapa aspek, antara lain kepercayaan wisatawan terhadap motif tenun ikat NTT.

Wayan Darmawa (POS KUPANG.COM/OBY LEWANMERU)

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT, Ir. Wayan Darmawa, MT menegaskan, penjiplakan terhadap karya tenun ikat Sumba Timur berdampak pada sektor pariwisata.

Menurut Wayan, penipuan sistematis yang dilegalkan terhadap kekayaan warisan leluhur akan berdampak secara nasional. Wisatawan menjadi ragu atas karya hebat dan unik dari masing-masing anak daerah.

"Membangun pariwisata harus dengan aras yang jelas, yaitu perpaduan antara budaya dan ekonomi. Dan dalam budaya lekat dengan penghargaan nilai, rasa kecintaan dan kejujuran," kata Wayan saat dihubungi Senin (1/7/2019).

Pemuka Agama di Tangerang Tewas Dibunuh oleh Adik Iparnya, Pelaku Dikeroyok Warga saat Diamankan

Karena itu, lanjut Wayan, produk budaya mendapat nilai ekonomi oleh wisatawan.
Bahkan, dampak lain, yakni praktek ilegal mengakui kekayaan daerah ditengah kekosongan legalitas atas hak intelektual sesama anak bangsa adalah kesesatan ekonomi semata.

"Kesesatan ekonomi ini tanpa rasa hormat atas karya dan nilai yang dikandung dari produk budaya yang telah eksis dalam rentang waktu yang panjang. Karya-karya seperti itu selayaknya diboikot oleh pencinta produk-produk budaya karena tidak layak digunakan orang berkarakter," katanya.

Sediakan Paket Khusus Jamaah Haji, XL Axiata Gandeng Semua Operator di Arab Saudi

Untuk itu, kata Wayan, kehebatan tenun ikat NTT boleh ditiru dan dijiplak perorangan atau daerah tertentu, tapi jika ingin yang asli hanya ada di NTT. "Umumnya yang imitasi atau jiplakan hanya tenar sesaat. Karena itu, kita tetap pertahankan keaslian produk-produk kita," tandasnya. (yel/rob/aca/ant)

Berita Terkini