Prakiraan Cuaca

Waspada Kekeringan,BMKG Sebut NTT dan NTB Alami Hari Kurang Hujan Terpanjang Tahun Ini,Ini Dampaknya

Penulis: Adiana Ahmad
Editor: Adiana Ahmad
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

WASPADA KEKERINGAN - Kekeringan membuat anak-anak dari Desa Boentuka, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, berjalan kaki mencari air bersih, Kamis (29/10/2015). Selain faktor El Nino, kerusakan hutan dan lingkungan menyebabkan daerah-daerah yang memiliki curah hujan rendah seperti NTT semakin rentan terdampak kekeringan. Waspada Kekeringan,BMKG Sebut NTT dan NTB Alami Hari Kurang Hujan Terpanjang Tahun Ini,Ini Dampaknya.

POS-KUPANG.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) menyebut NTT dan NTB akan mengalami Hari Kurang Hujan Terpanjang tahun ini.

Karena itu BMKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kekeringan sebagai Dampak Hari Kurang Hujan tersebut. 

Dikuti dari Antara hari ini, Jumat (15/8/2025), BMKG mencatat daerah dengan hari kurang hujan terpanjang atau ekstrem pada musim kemarau 2025 dengan durasi hingga 94 hari terjadi di sejumlah wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga 94 hari.

Sementara  Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami Hari Kurang Hujan dengan durasi yang lebih pendek yakni 77 hari.

Baca juga: Cuaca Sebagian Besar Wilayah NTT Berawan Hari ini, BMKG Ingatkan Tetap Waspada Angin Kencang

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan di Jakarta, Kamis, melaporkan daerah di NTT yang mengalami kekeringan tanpa hujan 94-66 hari itu meliputi Kabupaten Rote Ndao (Pantai Baru, Rote Timur, Rote Tengah), Kota Kupang (Maulafa), Kabupaten Kupang (Amfoang Selatan), Kabupaten Belu (Atambua, Tasifeto Timur), Kabupaten Sumba Timur (Haharu, Pandawai, Kambera), serta Kabupaten Sabu Raijua (Sabu Barat).

Sementara di NTB, wilayah terdampak kekurangan hujan selama 77-75 hari terakhir meliputi Kabupaten Sumbawa (Kecamatan Lape, Rhee) dan Kabupaten Bima (Wera).

“Data ini berasal dari monitoring hari tanpa hujan di 4.555 pos pengamatan hujan di seluruh Indonesia,” kata Ardhasena.

BMKG mencatat secara umum sekitar 57 persen Zona Musim (ZOM) di Indonesia telah memasuki fase kemarau.

Dari hasil pemantauan tim klimatologi BMKG per 10 Agustus terdapat 16 lokasi (0,35 persen) dengan kategori ekstrem panjang, 239 lokasi (5,35 persen) kategori sangat panjang, 91 lokasi (2,0 persen) panjang, 159 lokasi (3,49 persen) menengah, 431 lokasi (9,46 persen) pendek, sementara sebanyak 1.764 lokasi (38,73 persen) sangat pendek.

Atas kondisi tersebut, lanjutnya, BMKG mengingatkan otoritas sektor pertanian dan pengelolaan sumber daya air mengantisipasi risiko kekeringan, hingga kebakaran hutan dan lahan ( karhutla ) di kantong-kantong kemarau.

BMKG akan terus memperbarui data perkembangan musim kemarau hingga transisi kembali ke musim hujan yang diperkirakan berlangsung pada September melalui portal resmi, media sosial, dan sistem peringatan dini mereka.

Pemerintah kabupaten/kota melalui kedinasan teknis diminta untuk mengintegrasikan informasi prakiraan dasarian, potensi banjir, hari tanpa hujan dan peringatan dini cuaca - iklim BMKG itu ke dalam rencana operasi lintas sektor demi mengurangi dampak yang dirasakan masyarakat.

Baca juga: Update Prakiraan Cuaca NTT Hari Ini, Jumat 15 Agustus 2025: Sebagian Besar Berawan, Waspada Karhutla

Sebaran Titik Panas

BMKG juga mencatat adanya kemunculan titik panas (hotspot) yang mengindikasikan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). 

Berdasarkan Peta Sebaran Titik Panas per 13 Agustus 2025, terpantau hotspot dengan tingkat kepercayaan sedang hingga tinggi di beberapa daerah. 

Halaman
123

Berita Terkini