Opini

Opini: Manajemen Pendidikan SD di NTT, Sensitif terhadap Konteks Lokal untuk Atasi Keterbatasan

Di tingkat lebih umum, strategi manajemen pendidikan berbasis kearifan lokal sudah diterapkan secara sistematis. 

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PRIBADI HERYON MBUIK
Heryon Bernard Mbuik, S.Pak., M.Pd. 

Berdasarkan analisis di atas, berikut beberapa rekomendasi konkret: Pertama, kurikulum kontekstual menjadi kebutuhan mendesak. 

Integrasi cerita rakyat, bahasa daerah, dan praktik budaya lokal ke dalam pembelajaran akan membuat siswa lebih dekat dengan materi ajar sekaligus menjaga identitas budaya mereka. 

Dalam praktiknya, keterlibatan tokoh adat, seniman, dan orang tua sangat penting untuk menjamin relevansi konten.

Kedua, penguatan pendidikan karakter harus diterjemahkan dalam praktik nyata, bukan sekadar slogan. 

Implementasi class agreement berbasis nilai gotong-royong, rubrik penilaian karakter, dan keteladanan guru dalam membangun kasih sayang, kreativitas, serta disiplin menjadi instrumen kunci. 

Nilai-nilai ini sejalan dengan arah Grand Design Pendidikan dan Kebudayaan NTT 2020–2030 yang menempatkan pendidikan karakter sebagai fondasi.

Ketiga, pelibatan komunitas adalah pilar penting. Sekolah dasar harus dipandang sebagai pusat komunitas belajar, bukan sekadar lembaga formal. 

Pemanfaatan dana desa untuk mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), program parenting, serta kegiatan literasi budaya dapat memperkuat sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Keempat, kepemimpinan instruksional kepala sekolah menjadi katalisator transformasi. 

Kepala sekolah tidak hanya mengurus administrasi, tetapi berperan sebagai fasilitator pengembangan kurikulum lokal, pembina guru melalui supervisi kelas dan lesson study, serta penggerak partisipasi masyarakat.

Kelima, perbaikan infrastruktur dan kesejahteraan guru harus ditempatkan sebagai prioritas kebijakan. Tanpa insentif yang memadai, sulit mendorong guru bertugas di daerah terpencil. 

Penyediaan tunjangan khusus, transportasi alternatif, perluasan akses internet, dan distribusi buku bacaan secara merata merupakan langkah strategis agar proses belajar mengajar berjalan efektif.

Roadmap 5–10 Tahun: Dari Bertahan Menuju Berkembang

Agar rekomendasi tersebut tidak berhenti sebagai wacana, dibutuhkan roadmap yang realistis dan terukur.

a. Jangka Pendek (1–2 Tahun): Fokus pada pemanfaatan sumber daya lokal yang ada. Sekolah dapat mulai mengintegrasikan cerita rakyat ke dalam pembelajaran tematik, membangun class agreement, serta menghidupkan TBM dengan dukungan dana desa. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved