Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Mingu 17 Agustus 2025, Ketidakjujuran dan Mencari Muka Jadi Tantangan
Kenyataan ini sudah terbukti di depan publik dan tidak bisa direkayasa oleh siapa pun termasuk para Farisi yang menjadi lawan Yesus.
Renungan Harian Katolik
Minggu 17 Agustus 2025
Hari Kemerdekaan RI
Oleh: Pater Fransiskus Funan Banusu SVD
KETIDAKJUJURAN DAN MENCARI MUKA MENJADI TANTANGAN BERAT DALAM MENGISI KEMERDEKAAN DI MASA KINI.
(Sir 10:1-8; Mzm 101:1a.2ac.3a.6-7; 1Ptr 2:13-17; Mat 22:15-21)
"Guru, kami tahu, Engkau seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka." (Mat 22:16). Yesus adalah Anak Allah yang mengajarkan jalan kebenaran dan keselamatan kepada manusia.
Kenyataan ini sudah terbukti di depan publik dan tidak bisa direkayasa oleh siapa pun termasuk para Farisi yang menjadi lawan Yesus.
Para Farisi mencari muka pada Herodes sang penguasa dalam pemerintahan duniawi agar bisa menghukum Yesus.
Padahal mereka mengakui Yesus sebagai guru yang mengajarkan jalan Allah dan tidak mencari muka dengan siapa pun. Ia mengasihi dengan tulus siapa saja yang percaya kepada-Nya mulai dari rakyat jelata, orang-orang sakit, miskin, kaum pinggiran hingga para pembesar dan penguasa dunia.
Pikiran para Farisi baik, namun hati mereka jahat, tidak suci dan murni karena mereka mau mencobai Yesus untuk menjatuhkan Dia di hadapan para penguasa.
Yesus mengingatkan mereka bahwa hidup di dunia taat pada atasan. Dan sebagai orang beriman taat pada Allah. Hati yang kotor membuat mereka tidak jujur dan karena itu mencari muka untuk mengamankan diri sendiri.
Mereka kehilangan kemerdekaan dalam diri, hidup terbelenggu dalam ketidakjujuran, kemunafikan dan meyelubungi banyak kejahatan dalam diri.
Mereka makin tersiksa karena mereka tahu bahwa manusia dipanggil kepada kemerdekaan dari pelbagai belenggu kejahatan dan dosa.
Hidup menghindari persekongkolan dengan para penguasa yang tidak jujur dan selalu mencari muka untuk melanggengkan kekuasaannya. "Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya." (Sir 10:4).
Penguasa yang baik, jujur dan penuh kasih yang akan Tuhan angkat sendiri. Sebab itu para penguasa harus mengasihi, tidak boleh dendam atau menaruh benci kepada sesamanya, apa pun kesalahannya, hindari nafsu kuasa, rakus harta/uang dan tidak sombong. "Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun oleh manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah." (Sir 10:7).
Kelaliman, kekerasan dan uang adalah racum mematikan bagi pemerintahan yang bersih, dan berakhir fatal untuk hidup para penguasa yakni kebinasaan. Maka letakkan pemerintahan dalam level mana pun pada Tuhan agar tercapai cita-cita kemerdekaan yaitu pendidikan untuk kecerdasan intelek, emosi dan spiritual berjalan baik, adil, makmur dan sejahtera.
Hati penguasa pada pemerintahan yang tidak jujur, tidak pernah akan sukses dalam cita-cita kemerdekaan di atas. Pemazmur menanggapi dalam madah pujiannya, "Ya Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum-Mu. Aku hendak hidup tanpa cela. Aku hendak hidup dengan suci dalam rumahku, hal-hal yang jahat takkan kuperhatikan." (Mzm 101:1a.2ac-3a).
Menghindari beragam kejahatan itu tanda hidup sebagai hamba Allah. Bersekongkol dengan kejahatan adalah tanda hidup sebagai hamba setan. "Hiduplah sebagai orang merdeka bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1Ptr 2:16).
Berjuanglah hidup sebagai orang-orang yang mengikuti Tuhan dan bukan budak iblis. "Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!" (1Ptr 2:17). Hidup takwa pada Allah dan taatlah pada atasan.
Bangsa Indonesia percaya bahwa kemerdekaannya adalah rahmat Allah sendiri dalam diri para pahlawan yang berjuang dengan niat suci dan murni.
Mereka tak pernah mencari muka dengan penjajah untuk keamanan diri sendiri lalu mengorbankan sesamanya.
Perjuangan mereka tulus untuk bangsanya merdeka dari belenggu penjajahan yang adalah kejahatan kemanusiaan yang harus dihalus di atas muka bumi. Tugas suci para penguasa adalah bertanggung jawab atas rakyatnya dalam semua lini kehidupannya.
Kita isi kemerdekaan sekarang ini dengan berdoa dan bertindak arif agar pendidikan ditingkat dasar berjalan baik, mohon kepada Tuhan melindungi tanah air kita dari bahaya dan bencana alam karena penebangan hutan yang terus berlanjut dan pertambangan yang terus mekukai ibu pertiwi dengan galian yang semakin dalam dan membuatnya sangat menderita.
Berdoa biar para penguasa penerintahan ini berlaku jujur, dan tidak bersekongkol atau mencari muka untuk hanya mencari kuasa dan jabatan tanpa dedikasi ikhlas pada rakyat. Tuhan tetap berkarya untuk kemerdekaan sejati umat-Nya.
Penguasa lalim sudah berada di bawah hukuman. Tetap bersukacita dalam merayakan kemerdekaan bangsa tercinta kita. Tuhan mencintai dan mengasihi kita sebagai anak-anak kesayangan-Nya.
Selamat Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 80. Tuhan berkati kita semua. (RP. FF. Arso Kota, Minggu/Pekan Biasa XX/C/I, 170825)
Renungan Harian Katolik Kamis 28 Agustus 2025, “Berjaga-jagalah” |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 28 Agustus 2025, "Siaga untuk Selalu Berbuat Baik" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 28 Agustus 2025, "Berjaga-jaga Dalam Kehidupan Sehari-hari" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Rabu 27 Agustus 2025, Ketulusan Iman, Bukan Sekadar Penampilan |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Rabu 27 Agustus 2025, "Bersaksi Melawan Diri Sendiri" |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.