Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 27 Agustus 2025, Ketulusan Iman, Bukan Sekadar Penampilan
Contoh lain, seorang bapak mengenakan baju putih dan celana panjang berwarna hitam. Itu adalah pakaian seragam kor lingkungan.
Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Rabu, 27 Agustus 2025
Peringatan Wajib St. Monika
1Tes. 2:9-13; Mzm. 139:7-8,9-10,11-12ab;
Mat. 23:27-32
Warna Liturgi Putih
Ketulusan Iman, Bukan Sekadar Penampilan
Sesuatu yang tampaknya bersih belum tentu bersih. Sesuatu yang tampak atau kelihatan bersih belum tentu benar-benar bersih.
Contoh, kaca jendela yang kelihatan bersih, ketika tertembus oleh sinar matahari pada pagi hari akan tampak jelas bahwa kaca jendela tersebut banyak debunya, alias tidak benar-benar bersih.
Contoh lain, seorang bapak mengenakan baju putih dan celana panjang berwarna hitam. Itu adalah pakaian seragam kor lingkungan.
Setelah dipakai dua-tiga kali baju tersebut masih tampak bersih. Namun, jika sang pemakai memperhatikan lebih detail, kerah bagian belakang sudah kotor dan bau keringat. Memang, ketika dipakai tampak bersih tetapi sejatinya tidak. Begitulah penglihatan sering menipu. Sebab mata hanya bisa melihat apa yang tampak dari luar. Mata manusia memiliki daya penglihatan yang terbatas.
Dalam Injil Matius (23: 27-32) hari ini Yesus mengecam para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang Yesus sebut sebagai orang-orang munafik. “Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kalian orang-orang munafik,” kata Yesus sambil menunjuk ke arah mereka, “sebab kalian itu seperti kuburan yang dilabur putih.
Sebelah luarnya memang tampak bersih, tetapi sebelah dalamnya penuh tulang-belulang dan berbagai jenis kotoran” (Mat 23:27).
Paulus mengungkapkan tegurannya kepada umat di Tesalonika atas hal-hal yang dipandangnya kurang sesuai dengan kebenaran Injil.
Akan tetapi, dengan jelas Paulus mengungkapkan hal itu atas dasar kasih, bagai kasih seorang bapak kepada anaknya. Paulus mengajarkan dan meneladan kan suatu cara menegur atau menasihati orang atas dasar
kasih, bukan atas dasar sikap cemburu dan maksud buruk lainnya (1Tesalonika 2:9-13).
Demikian pula Yesus terang-terangan mengecam perilaku para ahli Taurat dan kaum Farisi yang hanya mementingkan hal-hal luaran.
Mereka mengira bahwa jika hal-hal luaran sudah baik maka hidup mereka sudah selamat. Yesus menyebut kemunafikan mereka sebagai hal-hal yang mencelakakan.
Perikop hari ini menantang kita untuk bertanya: apakah iman Katolik kita hanya sekadar tampilan luar? Ataukah benar-benar tumbuh dari hati yang tulus?
Pertama, Bahaya Penampilan Luar. Kehidupan iman kadang bisa tergoda menjadi formalitas belaka. Kita hadir dalam Perayaan Ekaristi, Misa, berdoa Rosario, bahkan melayani di Gereja, tetapi hati masih menyimpan kebencian, iri hati, atau tidak mau mengampuni. Yesus menegur bukan agar kita malu, tetapi supaya kita jujur menata kembali batin kita.
Kedua, Hati yang Tulus Lebih Berharga. Dalam Kitab Suci, Allah selalu melihat hati. Daud dipilih bukan karena tampan atau gagah, tetapi karena hatinya tulus kepada Tuhan (1 Sam 16:7).
Renungan Harian Katolik Rabu 17 September 2025, “Hikmat Allah” |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Rabu 17 September 2025, "Mereka Itu Seumpama" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Rabu 17 September 2025, "Rindu Hidup Harmoni Namun Tak Saling Peduli" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 3 Juli 2025, Iman Menghadirkan Belas Kasih dan Perbuatan Besar Allah |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Selasa 16 September 2025, Aku berkata kepadamu, Bangkitlah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.