Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Minggu 10 Agustus 2025: Maria Diangkat ke Surga dan Hidup dalam Terang Allah

Maria memberi teladan bahwa Ia tidak memisahkan doa dari tindakan. Ia memuliakan Allah, dan sekaligus melayani sesama.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PRIBADI ROMO LEO MALI
Romo Leo Mali 

Iman dianggap urusan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan sosial.

Peristiwa hari ini menunjukkan kebalikannya. Maria memberi teladan bahwa Ia tidak memisahkan doa dari tindakan. Ia memuliakan Allah, dan sekaligus melayani sesama. 

Ia hidup dalam terang Tuhan, dan membiarkan terang itu mempengaruhi seluruh pilihan tindakannya. Agar melalui dia orang mengenal kebaikan Allah. 

Demikianlah, ketika ia tiba di depan Elisabeth, kehadirannya sanggup menggerakkan anak yang ada dalam rahim Elisabeth. Maria meyakinkan kita bahwa Allah harus tetap menjadi pusat hidup kita. 

Iman kita tidak boleh hanya berhenti di bibir. Iman harus membentuk cara kita bekerja, bersosial, dan mengambil keputusan. 

Sikap Maria ini mengingatkan kita bahwa Iman, kepercayaan kepada Allah harus menjadi budaya. 

Seperti yang diingatkan oleh St. Yohanes Paulus kedua, “Sebuah iman yang tidak menjadi budaya adalah iman yang tidak sepenuhnya diterima, tidak sepenuhnya dipikirkan, dan tidak sepenuhnya dijalani.” (Pidato di UNESCO, Paris, 2 Juni 1980).

Maria telah lebih dahulu meretas jalan iman yang benar untuk kita ikuti. 

Ia meneladani contoh Kristus sendiri yang melalui peristiwa inkarnasi telah menemui manusia dan menceburkan dirinya dalam pergulatan hidup manusia. 

Tapi dengan bangkit, sebagai yangsulung di antara orang-orang mati, Kristus membawa kita semua kembali kepada Allah bapa di surga. Dan yang pertama sesudah Yang Sulung; adalah Maria ibu Tuhan sendiri. 

Kalau kita hendak melakukan sebuah perjalanan yang jauh kita memerlukan sebuah peta jalan. 

Kenaikan ke surga Maria yang kita rayakan hari ini menunjukkan peta jalan, pemberi arah bagi kita semua tentang jalan mana yang harus kita lewati. 

Dunia ini bukanlah rumah terakhir kita. Sebab kita hidup di dunia ini, tetapi kita bukan dari dunia ini. 

Orang berebut tempat di dunia ini dengan perang, konflik dan perseteruan yang tidak pernah selesai. 

Akhirnya semua binasa. Maka belajar dari Maria, apa yang paling utama adalah bukan hanya berhasil di bumi, tetapi semestinya juga tetap setia sampai bersatu dengan Allah. 

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved