Opini

Opini: Ironi Nama Waka Nga Mere di Balik Kematian Prada Lucky

Dalam bahasa Nagekeo selatan, waka nga berarti karakter, wibawa, martabat, aura wajah; sementara mere berarti besar. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Vitalis Wolo 

Di Korea Selatan, kematian Private Yoon pada 2014—yang dianiaya dan dikeluarkan dari latihan fisik oleh seniornya—memicu reformasi besar-besaran dalam pelatihan militer dan pembentukan unit pengawasan independen. 

Sementara di Australia, skandal “ADFA Skype Affair” dan laporan-laporan hazing brutal di Australian Defence Force Academy membuka mata publik bahwa kekerasan internal dapat menghancurkan reputasi institusi militer yang selama ini dianggap tak tergoyahkan.

Pola yang tampak serupa di berbagai negara adalah adanya kombinasi faktor seperti budaya senioritas yang tak terkendali, di mana “pendidikan” sering berubah menjadi penyiksaan;  pembiaran institusional, ketika pimpinan menutup mata atau menganggap insiden sebagai masalah kecil internal ; minimnya mekanisme pelaporan aman yang membuat korban dan saksi takut berbicara ; serta kontradiksi antara doktrin resmi dan praktik lapangan, di mana nilai luhur yang dihafal tidak dijalankan.

Perbandingan ini menunjukkan bahwa persoalan yang dihadapi Batalyon Waka Nga Mere bukan hanya soal individu pelaku, tetapi juga soal sistem dan budaya yang memungkinkan kekerasan terjadi. 

Jika pembenahan tidak dilakukan secara menyeluruh, kasus serupa dapat terulang meski nama satuan atau wilayah berbeda.

Menghidupkan Kembali Makna Waka Nga Mere

Pemulihan citra Waka Nga Mere harus dimulai dari dalam. Setiap prajurit perlu menginternalisasi kembali makna nama itu sebagai pedoman perilaku: gagah bukan berarti brutal, wibawa bukan berarti menakut-nakuti, martabat bukan berarti menjatuhkan sesama. 

Kegagahan sejati diukur dari kematangan mengendalikan kekuatan, bukan dari kemampuan melukai.

Pimpinan batalyon memegang peran sentral. Kepemimpinan teladan—yang tegas terhadap pelanggaran namun adil dan melindungi anggotanya—akan mengirim pesan kuat bahwa nama Waka Nga Mere bukan semboyan kosong. 

Melibatkan masyarakat dalam proses pemulihan, seperti dialog terbuka dan kegiatan sosial bersama, dapat memperbaiki relasi yang rusak akibat tragedi ini.

Penutup: Antara Simbol dan Realitas

Tragedi Prada Lucky adalah ujian besar bagi Yonif 834/BTP Waka Nga Mere

Ia menyingkap jurang antara simbol dan realitas, antara janji nama dan perilaku di lapangan. Jalan pemulihannya memang panjang, tetapi tidak mustahil.

Kuncinya ada pada keberanian institusi untuk mengakui kesalahan, menghukum pelaku, melindungi korban, dan membangun kembali budaya yang selaras dengan nilai-nilai luhur yang diusung. 

Bila ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka nama Waka Nga Mere bisa kembali berarti: bukan sekadar tulisan di papan markas, tetapi pancaran nyata dari wibawa, martabat, dan kegagahan yang hidup dalam setiap sanubari prajuritnya. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News 

 

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved