Opini

Opini: Perempuan dalam Bingkisan Sastra

Cerita rakyat sebagai potret kehidupan masa lalu, membawa Anda pada ruang privat yang dapat diakses oleh semua orang. 

|
Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI GREGORIUS NGGADUNG
Gregorius Nggadung 

Zaman itu, dalam cerita itu, seorang suami enggan mempunyai anak perempuan. Bahkan, ia meminta kepada istrinya, jika melahirkan anak perempuan – maka harus dibunuh. 

Hal yang menggambarkan kerakusan kekuasaan sang suami adalah ia meminta hati dari anak perempuan itu agar diberikan kepadanya. 

Bagi seorang Ibu, tidak ada jawaban lain selain menyembunyikan anaknya itu dengan membunuh seekor anjing sebagai pengganti anaknya dan tak lupa, hati tetap untuk sang suami. 

Namun, cerita ini berakhir pada kekuatan perempuan menerjemahkan dirinya dalam album yang tertutup, sehingga dengan kekuatan, ketabahan, dan kerumitan yang datang dari dalam dirinya, mampu mendapatkan tempat yang seutuhnya dengan melumpuhkan keegoisan kaum laki-laki. 

Hal ini merepresentasikan perempuan dalam mempertahankan haknya sebagai perempuan dan kekuatan cinta yang datang dari hati yang bersih, dapat melumpuhkan keegoisan laki-laki.

Adapun nyanyian yang membawa kita pada perenungan panjang. Sang Ibu meminta anaknya untuk pulang dengan sebuah nyanyian. 

Eee enu Maria, mai gha nggita kole, nenge taun ele papa gau. ‘Nona Maria, marilah kita pulang, Bapakmu sudah panggil’.

Maria pun menjawab dengan nyanyian, Een mama, tombo di agu papa, za’o manga muas temu, po’o wuk. 

‘Ialah, Mama. Sampaikan kepada Bapak, saya sementara mencuci muka dan merapikan rambut.

Pendefinisian yang lahir dari seorang perempuan adalah ketangguhan yang datang secara lembut. Kekuasaan seakan terbalik. 

Ideologi laki-laki yang digambarkan melalui tokoh Bapak, seakan kehilangan kekuatannya – ketika harus berhadapan dengan kelembutan, ketangguhan, dan ketabahan yang datang dari dalam hati sang anak perempuan dan seakan menyatakan, perempuan mempunyai hak dan kewajiban untuk mendefinisikan dirinya. 

Belakangan ini muncul frasa molas nai ‘baik hati’ yang mengantar perempuan pada kedudukan yang setara bahkan tertinggi.

Perempuan Berbicara tentang Perempuan

Perempuan dapat melemahkan kedudukannya melalui objek lain dan tidak dapat dipisahkan dan dibatasi. 

Sederhananya, perempuan dapat menghukum dan merendahkan martabatnya melalui perempuan lain. 

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved