Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 28 Juli 2025, "Filosofi Biji Sesawi dan Ragi"
Biji sesawi yang kecil dapat tumbuh menjadi pohon besar, dan ragi sedikit dapat membuat seluruh adonan mengembang.
Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Senin, 28 Juli 2025
Hari Biasa Pekan XVII
Kel. 32:15-24,30-34; Mzm. 106:19-20,21-22,23; Mat. 13:31-35
Warna Liturgi Hijau
Filosofi Biji Sesawi dan Ragi
Dalam injil Matius 13:31-35 kali ini, Yesus berbicara tentang Kerajaan Surga yang digambarkan seperti biji sesawi dan ragi. Biji sesawi yang kecil dapat tumbuh menjadi pohon besar, dan ragi sedikit dapat membuat seluruh adonan mengembang.
Ini menunjukkan bahwa Kerajaan Surga dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana, tetapi memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa dan dampak yang besar.
Untuk bertumbuh memerlukan proses yang panjang dan lama. Untuk tumbuh memerlukan tanah yang baik, sinar matahari yang cukup, perawatan yang intensif dan menjaganya dari serangan hama, air yang cukup dan banyak hal lain yang dibutuhkan untuk tumbuh.
Mengaduk pun adalah proses membuat roti, terkadang bukan hanya diaduk, tapi perlu dibanting demi menghasilkan roti yang enak rasanya.
Jadi apapun itu, baik biji sesawi atau ragi yang paling penting dari perumpamaan diatas adalah proses yang membawa pertumbuhan dan perubahan, dari kecil menjadi besar dan mengembang.
Biji sesawi dan ragi adalah dua benda kecil yang kelihatan sepele, tetapi mempunyai makna filosofis yang dalam.
Pertama, biji sesawi. Yesus menggambarkan perubahan biji sesawi secara kontras untuk menekankan filosofi sesawi itu sendiri. Sesawi adalah simbol dari ketekunan dan komitmen. Pertumbuhan sesawi menunjukkan bahwa potensi sekecil apa pun bisa menjadi besar apabila ditekuni dengan penuh komitmen.
Kita perlu tekun mengembangkan potensi-potensi kita. Kita perlu mengasahnya terus-menerus sampai mencapai titik maksimal. Ketekunan juga berarti bertahan dalam tantangan dan tekanan.
Orang tekun selalu berusaha mengatasi masalahnya. Ketekunan selalu mengisyaratkan komitmen. Komitmen adalah sikap memegang teguh janji, prinsip, atau kesepakatan. Orang bisa tekun kalau ia berkomitmen terhadap janjinya.
Ia tidak terbuai ataupun menyerah saat menghadapi tantangan. Cobalah perhatikan para peneliti dan penemu, seperti Marie Curie, Thomas Alva Edison, Wright bersaudara, dan Alexander Graham Bell.
Kedua, ragi. Mereka yang hobi membuat penganan pasti akrab dengan benda kecil ini. Ragi berfungsi mengembangkan adonan, serta membentuk aroma dan rasa, sehingga roti yang dihasilkan empuk dan menggugah selera.
Ragi hanya berfungsi kalau dicampurkan ke dalam adonan, sebab akan mengubah adonan itu dari dalam. Yesus menggunakan ragi untuk menunjukkan bahwa kematangan selalu berawal dari perubahan batiniah. Itulah filosofi ragi.
Kalau ingin mengembangkan potensi, baiklah kita mengawalinya dengan mengubah batin. Caranya, kita harus mengubah cara pandang, memurnikan motivasi, menata perasaan-perasaan, serta memperkuat kehendak. Hal ini memang tidak mudah.
Renungan Harian Katolik Kamis 28 Agustus 2025, “Berjaga-jagalah” |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 28 Agustus 2025, "Siaga untuk Selalu Berbuat Baik" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Kamis 28 Agustus 2025, "Berjaga-jaga Dalam Kehidupan Sehari-hari" |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Rabu 27 Agustus 2025, Ketulusan Iman, Bukan Sekadar Penampilan |
![]() |
---|
Renungan Harian Katolik Rabu 27 Agustus 2025, "Bersaksi Melawan Diri Sendiri" |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.