Opini
Opini: Budayakan Literasi Baca Tulis dalam Keluarga
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tampak di dalam lemahnya kebiasaan membaca di kalangan anak-anak Indonesia.
Oleh: Gebrile Mikael Mareska Udu
Mahasiswa Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
POS-KUPANG.COM - Patut diakui bahwa mutu pendidikan di Indonesia belum maksimal.
Laporan Programme for International Student Assessment (PISA) menempatkan kualitas Pendidikan di Indonesia pada ranking yang rendah.
Indonesia berada pada urutan ke-70 dari 80 negara dengan skor literasi membaca 359.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tampak di dalam lemahnya kebiasaan membaca di kalangan anak-anak Indonesia.
Rata-rata buku yang dibaca oleh orang Indonesia kurang dari enam judul buku per tahun.
Selain itu rata-rata buku yang dibaca oleh orang Indonesia kurang dari enam judul buku setahun.
Jika budaya membaca saja sangat rendah apalagi budaya menulis. Anak-anak yang minim informasi akan sulit menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan.
Ada yang berpendapat bahwa buruknya pendidikan di Indonesia disinyalir oleh beragam ketimpangan seperti kurangnya ketersediaan infrastruktur, fasilitas dan tenaga pendidikan yang memadai.
Tak hanya itu, rendahnya mutu pendidikan dilihat dari kualitas kesehatan sumber daya manusia yang belum maksimal.
Tak heran pemerintah dengan gempar mencanangkan program makan bergizi gratis kepada seluruh peserta didik sekalipun keberhasilannya diragukan.
Namun kita mesti bertanya, apakah kekurangan-kekurangan di atas menjadi satu-satunya penyebab rendahnya mutu pendidikan Indonesia?
Penulis menemukan adanya penyebab lain yang kerap tidak terlintas dari perhatian publik.
Penyebab itu adalah rendahnya literasi baca-tulis bagi anak-anak di dalam keluarga.
Penulis merasa prihatin dengan kebiasaan pembinaan anak oleh orang tua di dalam keluarga dewasa ini.
Dalam kebanyakan keluarga, anak-anak sering kali dimanjakan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi seperti Handphone dan Televisi.
Oleh karena kurangnya pengawasan orang tua, pada akhirnya anak-anak terbiasa dengan budaya Hunting, Posting, Chating, Gaming, Shopping, dan lain sebagainya. Mereka lebih mementingkan itu semua dan lupa meningkatkan literasi membaca dan menulis.
Seorang pakar pendidikan mengungkapkan bahwa keseringan anak menonton televisi atau berselancar dalam dunia maya mengakibatkan efek samping serius bagi prestasi akademik mereka khususnya dalam hal membaca dan menulis.
Otak mereka cenderung beristirahat. Untuk menikmati tayangan yang ditawarkan di dalam televisi/Hp tidak diperlukan perjuangan yang ekstra sehingga otak anak-anak menjadi malas, kurang bekerja dan kurang produktif.
Tak dapat dimungkiri bahwa TV dan HP membuat otak anak-anak tidak terbiasa berpikir. Otak mereka justru terbiasa dengan informasi yang seharusnya tidak layak bagi mereka.
Hal itu tak pelak membuat daya kritis pada otak anak menjadi tumpul dan tidak siap untuk belajar.
Literasi Baca-Tulis
Membaca dan menulis merupakan dua keterampilan dasar berbahasa yang penting untuk dipahami dan dikuasai anak-anak.
Meskipun kedua keterampilan tersebut memiliki pengertian yang berbeda namun mengandung hubungan yang erat.
Keterampilan membaca membantu anak-anak untuk mengubah pola pikir lama yang didikte oleh pemikiran yang salah kepada peningkatan wawasan dan pengetahuan baru.
Wawasan dan pengetahuan itu pada gilirannya dituangkan dalam bentuk tulisan.
Oleh karena itu keterampilan membaca tanpa dibarengi dengan keterampilan menulis ibarat orang yang berjalan pincang.
Keterampilan membaca dan menulis dapat menunjang mutu pendidikan seseorang.
Ketika kedua keterampilan tersebut bekerja dengan baik, individu mampu belajar secara mandiri, berpartisipasi aktif dalam diskusi ilmiah dan menyampaikan pendapat secara efektif.
Selain itu kemampuan kedua literasi tersebut mendorong kepercayaan diri anak dalam berkomunikasi, membuka akses terhadap berbagai sumber ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan dalam menghadapi tantangan.
Dengan demikian literasi membaca dan menulis tidak hanya mendukung pencapaian akademik tetapi juga berperan penting dalam membentuk
mutu pendidikan, kecakapan hidup dan daya saing individu di tengah masyarakat.
Peran Andil Orang Tua
Seyogyanya literasi membaca dan menulis dalam diri anak tidak hanya dicapai semata-mata di lingkungan sekolah formal.
Keberadaan keluarga secara khusus orang tua dapat menentukan dasar-dasar literasi baca-tulis dalam diri anak.
Dalam hal ini, orang tua dapat terlibat aktif menumbuhkan minat baca-tulis anak.
Orang tua memiliki kewajiban untuk meluangkan waktu untuk ada bersama anak-anak secara khusus menemani kegiatan belajar mereka. sekurang-kurangnya orang tua membantu anak untuk membaca teks-teks tertentu.
Jika tidak keberatan, buku-buku bacaan bisa diambil dari buku kesukaan anak-anak. Yang terpenting anak-anak diajarkan tentang bagaimana membaca suatu cerita dan menarasikannya kembali dengan bahasa mereka dalam
bentuk tulisan.
Kebiasaan orang tua mengajarkan anak-anak dalam hal membaca dan menulis juga bisa terjadi manakala mengatur jadwal penggunaan Hp atau menonton televisi. Hal ini bertujuan agar anak-anak terbiasa memanajemen waktu dalam hidupnya. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
												      	 
												      	 
												      	 
												      	 
												      	 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.