Belu Terkini 

Jumlah Pasien Cuci Darah Pakai JKN KIS di RSUD Atambua Tembus 300 Orang per Bulan

Ia berharap dengan dukungan layanan kesehatan yang memadai dan partisipasi aktif keluarga, kualitas hidup pasien cuci darah dapat terus terjaga.

Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/AGUS TANGGUR
PASIEN CUCI DARAH - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua, Kabupaten Belu, mencatat rata-rata 250 hingga 300 pasien cuci darah setiap bulan. Seluruh pasien ini memanfaatkan layanan Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dari BPJS Kesehatan, Jumat (25/7/2025). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur

POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua, Kabupaten Belu, mencatat rata-rata 250 hingga 300 pasien cuci darah setiap bulan. Seluruh pasien ini memanfaatkan layanan Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dari BPJS Kesehatan.

Kepala Ruangan Hemodialisa RSUD Atambua, Akbar Rasid, S.Kep, Ners, menyampaikan bahwa pasien-pasien tersebut tidak hanya berasal dari Kabupaten Belu, tetapi juga dari dua kabupaten tetangga yaitu Malaka dan Timor Tengah Utara (TTU).

“Pasien cuci darah yang kami tangani mencapai 250 hingga 300 orang per bulan. Pelayanan dilakukan setiap hari Senin sampai Sabtu, pada pagi dan sore hari,” ujar Akbar saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (25/7/2025).

Menurut Akbar, unit pelayanan cuci darah di RSUD Atambua ditangani oleh tim yang terdiri dari lima perawat, satu dokter spesialis penyakit dalam, dan satu dokter umum yang didukung dengan 14 unit mesin hemodialisa dan 11 di antaranya aktif beroperasi.

Baca juga: Guru SD Belu Dibekali Keterampilan Koding dan HOTS untuk Pembelajaran Digital


“Pasien rutin datang satu hingga tiga kali seminggu, tergantung kondisi medisnya. Semua dibiayai melalui JKN-KIS,” jelasnya.

Akbar juga menyampaikan pentingnya peran keluarga dalam mendampingi dan menjaga pasien gagal ginjal. Ia menekankan pentingnya pengawasan terhadap pola hidup pasien agar tidak memperparah kondisi.

“Kadang-kadang pasien sulit dikendalikan, apalagi soal pola makan. Mereka suka mengabaikan anjuran medis, padahal itu sangat memengaruhi kesehatan mereka. Jadi, peran keluarga sangat penting dalam memberi dukungan dan pengawasan,” tegasnya.

Ia berharap dengan dukungan layanan kesehatan yang memadai dan partisipasi aktif keluarga, kualitas hidup pasien cuci darah dapat terus terjaga. (gus) 

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved