Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 24 Juli 2025, "Orang-orang yang Berbahagia"

Perkataan Yesus ini berlatar belakang pertanyaan para murid mengapa Ia mengajar orang banyak dengan menyampaikan perumpamaan.

Editor: Eflin Rote
dok-pribadi
Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. John Lewar SVD 

Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Kamis, 24 Juli 2025
Pekan Biasa XVI
Sharbel Makhluf
Kel. 19: 1-2,9-11,16-20b; MT T.Dan. 3:52,53,54,56; Mat. 13:10-17
Warna Liturgi Hijau

Orang-orang yang Berbahagia

Dalam berita injil Matius ( 13:16 ) hari ini, Tuhan Yesus mengatakan: “Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar”.

Ungkapan ini berarti bahwa orang-orang yang memiliki kemampuan untuk melihat dan memahami kebenaran, serta mendengarkan dan memahami ajaran-ajaran rohani, adalah orang-orang yang diberkati. Mereka adalah orang-orang yang beruntung karena dapat menerima pengajaran dan hikmat yang tidak semua orang dapat terima.

Perkataan Yesus ini berlatar belakang pertanyaan para murid mengapa Ia mengajar orang banyak dengan menyampaikan perumpamaan.

Perumpamaan, di satu sisi, menarik untuk didengarkan karena menampilkan kisah-kisah yang bagus, selain itu mendidik karena mengajak orang untuk aktif berpikir dan merenungkan sendiri ajaran yang hendak disampaikan.

Namun, di sisi lain, karena harus berpikir sendiri itulah perumpamaan sering kali juga membuat orang bingung,
tidak mengerti, bahkan salah paham.

Menjawab pertanyaan itu, Yesus menegaskan bahwa karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah tidak dimiliki oleh setiap orang.

Seperti terjadi pada zaman Nabi Yesaya, banyak orang yang telinganya tebal sehingga berat untuk mendengar, banyak pula yang matanya melekat tertutup sehingga tidak bisa melihat. Mereka ini adalah orang-orang yang berkeras tidak mau membuka hati pada kehadiran dan sapaan Tuhan. Rahasia Kerajaan Allah tidak layak mereka ketahui, sebab seandainya mereka tahu, mereka toh tetap saja tidak mau tinggal di dalamnya.

Berbeda halnya dengan murid-murid Yesus. Secara khusus, mereka telah dipanggil dan dipilih oleh Yesus untuk menjadi pengikut-Nya. Kepada mereka diberikan karunia untuk mengerti, sehingga Yesus kemudian menjelaskan arti perumpamaan yang disampaikan-Nya. 

Ajaran-ajaran yang terkandung dalam perumpamaan itu hendaknya menguatkan hidup dan meneguhkan iman mereka. Karena itu, para murid disebut sebagai orang-orang yang berbahagia.

Bagaimana tidak, mereka boleh melihat Yesus dan mendengarkan-Nya secara langsung, sesuatu yang dirindukan oleh para pendahulu mereka, bahkan para nabi, di mana siang dan malam orang-orang itu menanti-nantikan kedatangan sang Mesias.

Para murid lebih-lebih telah mengambil langkah yang tepat, sebab setelah melihat dan mendengarkan Yesus, mereka memutuskan untuk percaya.

Pada zaman Yesus, banyak orang melihat diri-Nya dan mendengar-Nya berbicara. Namun, tidak semua dari mereka mau percaya kepada-Nya. Mereka tidak disebut berbahagia, sebab apa yang mereka lihat dan mereka dengar itu ternyata tidak mengubah hati mereka.

Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi faktor utama bukan soal “mata yang melihat” atau “telinga yang mendengar”, melainkan keterbukaan hati untuk percaya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved