Opini

Opini: Mengatasi Akar Sosioekonomi Penyebab 145 Ribu Anak Tidak Sekolah  di NTT

Ironisnya, sebagian besar ATS tumbuh di wilayah dengan indeks pembangunan manusia (IPM) terendah di Indonesia.

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PRIBADI
Rikardus Herak 

Keterbatasan infrastruktur sekolah mulai dari ruang kelas yang penuh sesak hingga guru yang minim-memperparah situasi. 

Sekolah darurat dengan fasilitas seadanya seringkali menjadi pilihan, namun kapasitasnya tidak memadai untuk menampung seluruh ATS. 

Kondisi ini membuat proses belajar-mengajar kurang optimal dan menurunkan motivasi siswa. 

Belum lagi gizi buruk akibat fasilitas kantin yang terbatas, memperlemah daya tahan fisik anak-anak di kelas. 

Tanpa perbaikan infrastruktur, siswa dan guru terjebak dalam lingkaran setan seperti ini.

Budaya lokal juga berperan. Di beberapa komunitas adat, anak perempuan dituntut membantu pekerjaan rumah tangga atau mengikuti tradisi pernikahan dini, sehingga hak belajar mereka terabaikan. 

Norma patriarki yang masih kuat membuat kontribusi anak perempuan di rumah dianggap lebih penting daripada sekolah. 

Akibatnya, angka putus sekolah anak perempuan di NTT jauh lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. 

Padahal, investasi pada Pendidikan perempuan terbukti meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan keluarga jangka panjang.

Pendidikan yang merata bagi perempuan menjadi kunci memutus rantai kemiskinan. Biaya tak langsung: seragam, buku, dan transportasi sering menjadi beban berat bagi keluarga miskin.

Meski sekolah negeri gratis, biaya komite sekolah dan perlengkapan siswa membuat banyak orang tua enggan mendaftarkan anaknya. 

Seringkali, orang tua harus memilih antara membeli kebutuhan pokok atau kebutuhan sekolah anak. 

Akibatnya, puluhan ribu anak tertahan di rumah, menunggu situasi ekonomi membaik yang belum tentu terjadi. 

Kebijakan bantuan harus menyasar biaya pendukung ini agar sekolah benar-benar menimalisir beban keluarga.

Akses transportasi publik yang minim di daerah perdesaan juga memperburuk angka ATS. 

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved