Kota Kupang Terkini
Sadar Tak Bikin Pintar Keluarga Mama Ance Bertekad Hentikan Anaknya Minum Kental Manis
Program pendampingan keluarga ini, dalam pelaksanaannya dijalankan oleh Pengurus Wilayah Aisyiyah (PWA) Kota Kupang
POS-KUPANG.COM, KUPANG- Stevano (4 tahun) duduk bersila di lantai. Di hadapannya, sepiring nasi dengan campuran bunga telang, dengan potongan ayam goreng dan semangkok sayur capcai terhidang.
Sejenak ia memejamkan mata, mulutnya komat kamit mengucap doa dan ditutup dengan membuat tanda salib di dada.
“Terimakasih atas makanan hari ini Bapa,” ujarnya lirih, kemudian ia mulai menyuap makanannya.
Siang itu adalah jadwal kunjungan rumah yang dilakukan kader kesehatan Aisyiyah yang menjadi pendamping Stevano.
Di tengah sejumlah orang dewasa yang asyik bercerita sambil mengawasinya, anak laki-laki itu makan dengan lahap.
Ia menyendok nasi dengan sayur, sementara potongan paha ayam disimpan untuk bagian terakhir.
Baca juga: Digagas YAICI dan Aisyiyah, Kota Kupang Provinsi NTT Jadi Model Pendampingan Gizi Balita
Stevano, atau yang akrab disapa Nono adalah satu dari 24 anak peserta program pendampingan keluarga di Kota Kupang.
Program yang digagas Majelis Kesehatan PP Aisyiyah dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) ini bertujuan untuk menghentikan kebiasaan konsumsi kental manis sebagai minuman susu oleh balita, serta membiasakan keluarga menghidangkan menu sehat dan bergizi untuk anak.
Nono adalah anak ke tujuh dari sembilan bersaudara. Sang ibu, biasa di sapa Mama Ance menuturkan, awal mula Nono diberi kental manis karena saat itu ia hanya punya uang dua ribu, hanya cukup untuk membeli satu sachet kental manis.
“Dia masih kecil, tapi saya tidak bisa kasih ASI karena ada bayi lagi, lalu waktu itu juga pandemi, ekonomi susah. Jadi kami tidak bisa belikan susu bubuk seperti yang dulu diminum kakak-kakaknya,” Mama Ance memulai ceritanya.
Mujur tak dapat di raih, malang tak dapat di tolak. Nono, bocah laki-laki berkulit hitam manis itu lahir di masa pandemi.
Periode yang membuat banyak keluarga terpontang panting mengatasi persoalan keuangan, bagaimana meminimalisir pengeluaran sementara pemasukan tidak bertambah, malah cenderung menurun akibat kebijakan “di rumah saja”.
Baca juga: Pimpinan Wilayah Aisyiyah NTT Gelar Raker Rumuskan Peran Kemanusiaan
Belum lagi, saat Nono di usia yang membutuhkan asupan gizi lebih banyak, mama Ance ‘kesundulan’ lagi, yang membuat Nono tak lagi mendapat ASI.
“Dulu papa (suami) kerja serabutan tapi banyak panggilan. Tapi waktu pandemi jadi tidak ada kerja, tidak punya uang,” lanjut mama Ance.
Akhirnya dengan keterbatasan ekonomi dan pengetahuan, Ance membeli kental manis di warung tak jauh dari rumahnya. Sejak itu, ia menganggap kental manis sebagai pelengkap gizi sang anak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.