Lewotobi Erupsi

Penyintas Lewotobi Jual Sisa Harta di Tenda Pengungsian

Salah satunya Algonda Tukan (60), penyintas yang saban hari menjual singkong, pisang, dan terong. Hasil bumi itu dipanen dari kebunnya di Desa Nawokot

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Seorang penyintas bernama Algonda Tukan (60) sedang berdiri di depan jualnnya di camp pengungsian Desa Konga, Flores Timur, NTT. Dokumentasi pada tanggal 21 Juni 2025. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Kehidupan para penyintas erupsi Gunung Lewotobi di posko-posko pengungsian tidak bergantung seutuhnya dari bantuan kemanusiaan. Seiring waktu berjalan, para penyintas berusaha semampu mungkin demi menopang hidupnya sehari-hari.

Sejumlah pengungsi di Pos Lapangan (Poslap) Desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT, mengais sisa-sisa hartanya dari kebun yang berada di zona bahaya erupsi kemudian dijual di tenda darurat.

Salah satunya Algonda Tukan (60), penyintas yang saban hari menjual singkong, pisang, dan terong. Hasil bumi itu dipanen dari kebunnya di Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, kampung yang terpaut 5 kilometer dari dua gunung api aktif.

"Yang dijual ini sisa-sisa tanaman yang selamat dan layak dikonsumsi. Sehari dapat Rp 20.000 saja sudah senang sekali," katanya, ditemui 21 Juni 2025 kemarin.

Algonda dan suaminya belum berani ke kebun setelah erupsi besar Senin (07/07/25) kemarin. Ia trauma dengan keadaan, tak terkecuali penyintas lain yang dihadapkan dengan urusan angsuran dan biaya pendidikan.

Saat menuju Nawokote, penyintas merogoh kocek Rp.20.000 sampai Rp 30.000.000 untuk transportasi pulang-pergi. Pengeluaran yang kadang tak sesuai pemasukan.

"Yang orang tidak beli akan jadi makanan (alternatif) kami di sini," ujarnya.

Baca juga: Dampak Erupsi Gunung Lewotobi, Warga Sikka Krisis Air Bersih dan Terserang Penyakit

Di depan posko, pinggir Jalan Trans Pulau Flores Larantuka-Maumere, terdapat beberapa penyintas penjual pisang dan singkong. Semua yang dijual datang dari jerih lelah yang mereka usahakan.

POS-KUPANG.COM kemudian mengunjungi Hunian Sementara (Huntara) di Desa Konga, sekitar 600 meter dari Posko Konga. Di sana ada ribuan penyintas asal Desa Dulipali, Desa Klatanlo, dan sebagiannya lagi dari Dusun Kampung Baru.

Aktivitas ekonomi mulai hidup, mulai dari usaha kios kecil hingga penjual kue. Ada juga petani yang mengolah komoditi kelapa menjadi kopra lalu dijual ke pengepul.

Meski status Gunung Lewotobi Laki-laki masih level IV (Awas) dengan rekomendasi aktivitas 7 kilometer, tak sedikit penyintas yang nekat ke zona bahaya. Mereka ke sana untuk memanen hasil bumi yang tersisa.

"Kami bukan keras kepala, atau tidak mau ikut pemerintah. Kami ikut arahan, pulang kampung untuk cari satu dua rupiah (uang). Anak masih sekolah, kalau tidak kerja mau bayar sekolah pakai apa," kata salah satu penyintas, beberapa waktu lalu.

Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, Jumat, 11 Juli 2025, melaporkan aktivitas kegempaan pada gunung itu masih fluktuatif. Selama 00.00 Wita sampai 06.00 Wita, Gunung Lewotobi Laki-laki mengalami lima jenis gempa dengan total aktivitas sebanyak 10 kali.

Di antaranya, dua kali gempa hembusan, enam kali gempa tremor non-harmonik, satu kali gempa low frekuensi, dan satu kali gempa vulkanik dalam.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved