Opini
Opini: Kepemimpinan Berbasis Kasih, Menenun Sekolah dari Nilai Kekerabatan Sabu
Setiap individu bertindak dalam kesadaran bahwa ia terhubung dengan yang lain. Tidak ada pemimpin tanpa rakyat, dan tidak ada rakyat tanpa pemimpin.
Kata orang Sabu: “Eda ngara heda ledo, awu rae lou kene” (Jangan berjalan sendiri dalam gelap, bawalah terang bersama yang lain).
Inilah filosofi dasar dari kepemimpinan kolaboratif dalam kekerabatan sabu: selalu bersama, tidak ada yang ditinggal.
Menenun Pendidikan Seperti Menenun Tenun Sabu
Seni tenun sabu bukan hanya aktivitas budaya, tapi metafora tentang kepemimpinan dan pendidikan. Menenun membutuhkan:
- Kesabaran (karena hasil tak langsung terlihat)
- Ketekunan (karena proses tak boleh tergesa)
- Keterhubungan benang demi benang (karena hasil hanya indah jika semua terhubung dengan rapi).
Begitu pula dengan sekolah. Pemimpin sekolah tidak bisa membangun mutu hanya dengan menyusun program dan memberi perintah.
Ia harus membangun hubungan, memperhatikan emosi guru, memahami latar belakang siswa, dan merawat kepercayaan publik.
Penelitian oleh Leithwood et al. (2019) menegaskan bahwa kepemimpinan relasional meningkatkan kesejahteraan psikologis guru dan meningkatkan retensi tenaga pendidik, terutama di sekolah-sekolah yang menghadapi keterbatasan geografis dan ekonomi.
Artinya, di tempat seperti Sabu, pemimpin yang memperhatikan relasi akan lebih mampu menjaga stabilitas sekolah.
Menghindari Model Kepemimpinan Individualistik
Model kepemimpinan tunggal yang kaku dan hirarkis sebenarnya tidak selaras dengan budaya timur seperti Sabu.
Masyarakat Sabu tidak mengenal pemimpin yang berjalan sendiri. Semua keputusan besar selalu didasarkan pada musyawarah dan kesepakatan kolektif.
Maka, kepala sekolah yang memaksakan kehendak tanpa mendengar guru, atau yang bersikap eksklusif tanpa melibatkan masyarakat, sejatinya menyalahi roh budaya tempat ia memimpin.
Dalam relasi kekerabatan, otoritas tumbuh dari pengakuan, bukan paksaan. Oleh karena itu, pemimpin yang berakar dalam budaya sabu tidak akan menggunakan kekuasaan sebagai alat tekan, tetapi sebagai kesempatan melayani.
Penutup: Kepala Sekolah Sebagai Penenun Relasi
Kepemimpinan sekolah di Sabu dan wilayah NTT pada umumnya harus kembali ke nilai-nilai dasar: kasih, relasi, dan pelayanan.
Heryon Bernard Mbuik
Opini Pos Kupang
Sabu Raijua
POS-KUPANG.COM
Universitas Citra Bangsa
Kekerabatan
Kepala Sekolah
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.