Prakiraan Cuaca

Peringatan Dini BMKG: Waspada, Angin Kencang Berpotensi Landa Wiayah NTT hingga 10 Juli 2025

Peringatan Dini BMKG: Waspada, angin kencang berpotensi landa Wiayah NTT hingga 10 Juli 2025

Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Adiana Ahmad
Dokumen Polres Kupang via Kompas.com
WASPADA ANGIN KENCANG - Bangunan SDN Fatululat di Desa Fatumonas, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), ambruk diterjang angin kencang. Peringatan Dini BMKG: Waspada, Angin Kencang Berpotensi Landa Wiayah NTT hingga 10 Juli 2025. 

POS-KUPANG.COM -Ada Peringatan Dini BMKG: Waspada, angin kencang berpotensi landa Wiayah NTT hingga 10 Juli 2025

Peringatan Dini BMKG ini dikeluarkan pada 4 Juli lalu.

Tak hanya NTT, ada Sejumlah Wilayah Indonesia juga mendapat peringatan yang sama. 

Adapun Wilayah yang juga mendapat Peringatan Dini BMKG waspada angin kencang selama periode 4-10 Juli 2025 yakni Kep. Riau, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Papua Selatan untuk periode 4-6 Juli 2025 dan Kep. Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua, dan Papua Selatan periode 7-1 Juli 2025.

Baca juga: Peringatan Dini Cuaca Maritim NTT, BMKG: Waspada Gelombang Tinggi 2,5 Meter hingga 8 Juli 2025

Berikut Informasi lengkap Prospek Cuaca hingga 10 Julli 2025.

Berdasarkan analisis BMKG, hingga akhir Juni 2025, tercatat bahwa 30 persen zona musim di Indonesia telah memasuki periode musim kemarau.

Angka ini hanya mencapai setengah dari jumlah zona musim yang secara klimatologis seharusnya mengalami musim kemarau pada akhir Juni. Kondisi tersebut disebabkan oleh curah hujan dasarian yang lebih tinggi dari normalnya (Atas Normal).

Anomali curah hujan dasarian dengan kategori atas normal ini mulai teramati sejak awal Mei 2025 dan masih berlanjut hingga saat ini.

Pada akhir Juni 2025, hujan dengan sifat atas normal terjadi di sekitar 53 % wilayah Indonesia, dengan cakupan utama di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Meskipun demikian, hujan lebat hingga sangat lebat masih terjadi di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan terakhir.

Pada 2 Juli 2025, BMKG mencatat curah hujan ekstrem di Stasiun Geofisika Deli Serdang (142 mm) dan Stasiun Meteorologi Rendani, Papua Barat (103 mm). Kondisi ini dipicu oleh dinamika atmosfer yang masih aktif, meski Madden-Julian Oscillation (MJO) berada di fase 2 (Indian Ocean) yang secara umum kurang mendukung pembentukan awan hujan.

Baca juga: Waspada, BMKG Prediksi Gelombang Tinggi 2,5 Meter di Perairan NTT hingga 8 Juli 2025 Besok

Beberapa faktor yang mendorong terbentuknya awan hujan yang masih intensif di wilayah Indonesia adalah Monsun Australia terindikasi lemah yang menyebabkan kondisi atmosfer di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan masih lembab dan adanya aktivitas atmosfer intra-musiman, yakni MJO dan Gelombang Ekuator.

Secara spasial, gangguan MJO masih terdeteksi di wilayah timur Indonesia, yakni di Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua, yang mendorong pertumbuhan awan-awan hujan.

Gelombang ekuator seperti Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan gelombang Low Frequency turut memperkuat proses konveksi, terutama di Sumatera bagian Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara, dan beberapa daerah di selatan Jawa. Kelembaban udara yang tinggi dan suhu muka laut yang hangat semakin mendukung proses pembentukan awan hujan di berbagai wilayah.

Dengan kondisi atmosfer yang masih sangat dinamis, BMKG mengimbau masyarakat serta pihak-pihak terkait untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai kilat atau petir, angin kencang, dan gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved