Opini

Opini: Bahasa Sebagai Sidik Jari tak Kasat Mata di Era Digital

Gaya bahasa yang kita gunakan secara tidak sadar menunjukkan usia, pendidikan, hingga emosi saat menulis.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Yoseph Yoneta Motong Wuwur 

Transparansi, persetujuan eksplisit, dan perlindungan hukum terhadap data bahasa menjadi kebutuhan mendesak. Kita butuh regulasi yang mengatur perlakuan terhadap jejak linguistik.

Sebagai masyarakat digital, kita harus sadar: bahasa adalah milik kita. Ia harus dilindungi, dihormati, dan digunakan secara etis.

Masa Depan: Bahasa Sebagai Peta Diri

Ke depan, bahasa akan menjadi alat utama dalam memahami manusia secara lebih dalam. 

Dari pendidikan, kesehatan mental, hingga rekruitmen kerja—bahasa jadi kunci utama.

Teknologi akan semakin mampu menganalisis bahasa untuk mendeteksi kecenderungan pribadi, kebutuhan emosional, bahkan gaya belajar individu.

Aplikasi seperti pengenal gaya belajar berbasis teks atau deteksi depresi dari cuitan akan jadi hal umum. 

Bahasa akan menjadi jembatan antara data dan perasaan. Namun, penting untuk tidak melupakan aspek manusiawi dari bahasa. Ia bukan hanya alat ukur, tapi juga wadah rasa, ide, dan imajinasi. 

Ketika bahasa menjadi sidik jari digital, kita punya tanggung jawab untuk menggunakannya dengan bijak. Karena dari kata-kata, dunia bisa berubah—lebih baik atau lebih buruk.(*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved