Opini
Opini: Bahasa Sebagai Sidik Jari tak Kasat Mata di Era Digital
Gaya bahasa yang kita gunakan secara tidak sadar menunjukkan usia, pendidikan, hingga emosi saat menulis.
Transparansi, persetujuan eksplisit, dan perlindungan hukum terhadap data bahasa menjadi kebutuhan mendesak. Kita butuh regulasi yang mengatur perlakuan terhadap jejak linguistik.
Sebagai masyarakat digital, kita harus sadar: bahasa adalah milik kita. Ia harus dilindungi, dihormati, dan digunakan secara etis.
Masa Depan: Bahasa Sebagai Peta Diri
Ke depan, bahasa akan menjadi alat utama dalam memahami manusia secara lebih dalam.
Dari pendidikan, kesehatan mental, hingga rekruitmen kerja—bahasa jadi kunci utama.
Teknologi akan semakin mampu menganalisis bahasa untuk mendeteksi kecenderungan pribadi, kebutuhan emosional, bahkan gaya belajar individu.
Aplikasi seperti pengenal gaya belajar berbasis teks atau deteksi depresi dari cuitan akan jadi hal umum.
Bahasa akan menjadi jembatan antara data dan perasaan. Namun, penting untuk tidak melupakan aspek manusiawi dari bahasa. Ia bukan hanya alat ukur, tapi juga wadah rasa, ide, dan imajinasi.
Ketika bahasa menjadi sidik jari digital, kita punya tanggung jawab untuk menggunakannya dengan bijak. Karena dari kata-kata, dunia bisa berubah—lebih baik atau lebih buruk.(*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.