Breaking News

NTT Terkini

Media Site Visit PLTP Ulumbu: PLN Perkuat Sinergi dengan Jurnalis Lokal

Proses pembebasan lahan ini mencakup tiga desa di sekitar area pengembangan, yakni Desa Lungar, Desa Wewo, dan Desa Mocok, yang semuanya berada

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) mengadakan kegiatan Media Site Visit bersama 26 jurnalis dari Kabupaten Manggarai ke lokasi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu 4x2,5 MW yang berlokasi di Desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, pada Rabu, 18 Juni 2025 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) mengadakan kegiatan Media Site Visit bersama 26 jurnalis dari Kabupaten Manggarai ke lokasi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu 4x2,5 MW yang berlokasi di Desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, pada Rabu, 18 Juni 2025.

Melalui kegiatan ini, PLN mengajak para jurnalis lokal dari Kabupaten Manggarai untuk melihat langsung PLTP Ulumbu eksisting yang saat ini sedang dalam proses pengembangan Unit 5 dan 6 berkapasitas 2x20 MW.

Tujuannya adalah agar para jurnalis dapat memahami secara lebih dekat bagaimana energi panas bumi dikelola, termasuk dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

PLN berharap, kunjungan ini dapat memperkuat sinergi dengan media dalam menyampaikan informasi yang faktual dan mendukung transisi energi bersih di Nusa Tenggara.

Acara ini turut dihadiri oleh Kepala Teknis Panas Bumi (KTPB) PLN UIP Nusra, Roya Ginting, yang memberikan pemaparan teknis seputar energi panas bumi dan pengembangan PLTP Ulumbu. Hadir pula Kepala Desa Wewo, Laurensius Langgut, Kepala Desa Lungar, Eduardus Joman, Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Goudensia Jelina, Pendamping Kelompok Tani, Sulastri Nofamot serta perwakilan tokoh pemuda gendang dari Desa Wewo, Fais Yonas Boa, dari wilayah sekitar pengembangan. Kehadiran berbagai elemen masyarakat ini mencerminkan komitmen PLN dalam menjalin komunikasi yang terbuka dan partisipatif, serta memastikan pengembangan energi bersih di Flores berjalan selaras dengan kearifan lokal dan kepentingan masyarakat setempat.

Dalam paparannya, Kepala Teknis Panas Bumi (KTPB) PLN UIP Nusra, Roya Ginting, menjelaskan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Ulumbu memiliki total luas 18.280 hektare.

Dari luasan tersebut, Roya menjelaskan bahwa PLTP eksisting (4x2,5 MW) telah memanfaatkan lahan sebesar 2,4 Ha untuk kebutuhan Wellpad, Power House, dan fasilitas pendukung seperti Gudang.

"Sedangkan untuk Pengembangan PLTP Ulumbu 5-6, kami telah melakukan proses pengadaan lahan sekitar 10,3 hektare lahan untuk keperluan pembangunan wellpad D, E, F, dan J. Sementara itu, untuk wellpad H dan I, saat ini masih dalam tahap persiapan pengadaan tanah melalui mekanisme penetapan lokasi (penlok) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai", ungkap Roya.

Proses pembebasan lahan ini mencakup tiga desa di sekitar area pengembangan, yakni Desa Lungar, Desa Wewo, dan Desa Mocok, yang semuanya berada di Kecamatan Satar Mese. 

Baca juga: PLN Bergerak Jaga Pantai Londa Empat, Gaungkan Pentingnya Zero Waste

Lebih lanjut, Roya Ginting menjelaskan pengembangan energi panas bumi di Flores memiliki dasar yang kuat secara teknis maupun kebijakan nasional. 

Flores telah ditetapkan sebagai Pulau Panas Bumi melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 2268 K/30/MEM/2017 tanggal 19 Juni 2017, yang menegaskan pentingnya pemanfaatan potensi geothermal di wilayah ini sebagai bagian dari transisi energi nasional.

“Geothermal adalah sumber energi bersih yang tersedia sepanjang waktu, tidak bergantung pada faktor cuaca seperti matahari atau angin. Potensinya sangat besar dan berkelanjutan. Penetapan Flores sebagai Pulau Geothermal menjadi dasar kuat bagi kami untuk terus mendorong pengembangannya,” jelas Roya Ginting di hadapan para peserta site visit.

Dalam sesi penjelasan teknis, Roya Ginting juga memaparkan bagaimana energi panas bumi dihasilkan dari proses alami yang terjadi jauh di bawah permukaan bumi.

Ia menjelaskan air hujan yang meresap ke dalam tanah hingga kedalaman 1.000–3.000 meter akan mencapai zona batuan panas dan berubah menjadi uap. Uap tersebut kemudian dialirkan melalui sumur produksi menuju pembangkit untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.

“Yang membedakan geothermal dengan sumber energi lain adalah sifatnya yang tertutup dan berkelanjutan. Setelah digunakan, uap dikondensasi menjadi air dan disuntikkan kembali ke dalam tanah melalui sumur injeksi. Ini adalah sistem tertutup yang minim emisi dan tidak menghasilkan limbah padat seperti pembangkit berbasis fosil,” ujar Roya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved