NTT Terkini

Horeka di NTT Didorong Kelola Sampah Mandiri, Targetkan 51,20 Persen Tercapai 2025

Pemerintah menargetkan pengelolaan sampah nasional mencapai 51,20 persen pada tahun 2025 dan 100 persen pada tahun 2029

POS-KUPANG.COM/YUAN LULAN 
HOREKA - Pembinaan Pengelolaan Sampah Sektor Hotel, Restoran, dan Kafe (Horeka) di Provinsi NTT, klaster Pulau Timor dan Sumba, pada Kamis (28/8/2025) di Aula T-More Room Hotel Sahid T-More Kupang 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yuan Lulan

POS-KUPANG.COM, KUPANG – Pemerintah menargetkan pengelolaan sampah nasional mencapai 51,20 persen pada tahun 2025 dan 100 persen pada tahun 2029 sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2025–2029. 

Untuk mendukung pencapaian itu, Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup (Pusdal LH) Bali dan Nusa Tenggara menyelenggarakan Sosialisasi dan Pembinaan Pengelolaan Sampah Sektor Hotel, Restoran, dan Kafe (Horeka) di Provinsi NTT, klaster Pulau Timor dan Sumba.

Kegiatan ini digelar pada Kamis (28/8/2025) di Aula T-More Room Hotel Sahid T-More Kupang, dengan melibatkan pemerintah daerah, pelaku usaha Horeka, serta pemangku kepentingan terkait.

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2024, sektor perniagaan di Kota Kupang menyumbang 11 persen atau 26,67 ton sampah per hari.

Baca juga: 1,1 Ton Sampah Plastik di Pantai Padar Selatan Dikumpulkan PHC Saat Clean Up Beach

Sebagian besar sampah itu dibuang langsung ke TPA Alak tanpa melalui pemilahan. Kondisi ini membebani TPA yang kapasitasnya sudah melebihi batas.

Kepala Bidang Wilayah III Provinsi NTT, Pusdal LH Bali dan Nusa Tenggara, Kementerian Lingkungan Hidup, Dr. Ade Suharso, S.Hut., M.Si., menegaskan bahwa sektor Horeka memiliki kontribusi signifikan terhadap timbulan sampah di NTT.

“Kegiatan ini dimaksudkan sebagai dukungan atau wujud upaya untuk memenuhi target pengelolaan sampah 51,20 persen di tahun 2025. Sektor Horeka menyumbang sekitar 11 persen dari total sampah di NTT, sehingga jika mereka dikelola dengan baik, target ini akan lebih mudah tercapai,” ujar Ade.

Baca juga: Clean Up Beach, PHC Bersama BTNK Bersihkan Sampah di Pantai Padar Selatan, Ini Tujuannya

Namun, Ade juga menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi NTT dalam pengelolaan sampah, antara lain kondisi geografis kepulauan yang membuat biaya daur ulang lebih mahal, rendahnya kesadaran masyarakat, minimnya infrastruktur pengelolaan sampah, serta alokasi anggaran daerah yang masih jauh dari rekomendasi minimal 3 persen APBD.

Meski demikian, ia mengapresiasi praktik lokal di sejumlah kabupaten di NTT, terutama dalam pemanfaatan sampah organik sebagai pakan ternak.

Menurutnya, yang masih menjadi pekerjaan rumah terbesar adalah sampah anorganik, khususnya plastik.

Dalam kesempatan itu, Ade juga mengajak seluruh pihak untuk bersinergi.

“Mari kita bersama-sama, baik pemerintah daerah, masyarakat, akademisi, kelompok swadaya, sektor swasta, maupun media, saling mengingatkan dan bekerja sama untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sampah. Dengan kolaborasi, NTT bisa menjadi lebih bersih dan nyaman,” tutupnya. (uan)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved