Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 15 Juni 2025, "Allah Tritunggal Penopang Hidup"

Hari ini kita merayakan Pesta Tritunggal Mahakudus. Satu pesta yang sulit dimengerti, dia hanya membuat orang bingung dan heran

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Pastor John Lewar, SVD 

Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Minggu, 15 Juni 2025
Pekan Biasa XI/Tahun C/II
HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS
Ams. 8:22-31; Mzm. 8:4-5,6-7,8-9; Rm. 5:1-5; Yoh. 16:12-15
Warna Liturgi Putih

Allah Tritunggal Penopang Hidup

Pada dermaga kota Kupang bersandar satu kapal penumpang yang besar, Kapal Sirimau. Ada banyak penumpang yang datang dan pergi. Terdapat juga orangorang yang bukan penumpang. Kapten dan awak kapal mengizinkan orangorang boleh masuk dan melihat-lihat dalam kapal itu.

Ada seorang bapa membawa anaknya yang baru berumur sembilan tahun, untuk melihat-lihat kapal itu. Mereka berdua naik ke kapal. Mereka melihat dek, ruang kemudi, ruang kapten, ruangan mesin, ruangan pertemuan awak kapal; mereka masuk ke dalam ruangan makan, sampai ke kamar mandi. Singkatnya, suasana di dalam kapal itu seperti dalam satu kota kecil.

Waktu keluar sampai ruangan makan, anak kecil itu berdiri, dia merasa heran...Bapanya bertanya: ada apa anak? Kau pikir apa? Anak itu bertanya balik:”Bapa, ini betul kapal ? Bukan satu kota kah? Bapanya menjawab: “Ini kapal, bukan kota!” Anak itu bertanya lagi:”lalu di mana laut?’(diolah dari Fatamorgana Kehidupan Kristen, Penerbit Nusa Indah Ende, 1990,hal 35-37).

Pertanyaan anak ini membuat kita berpikir: dia sudah lihat seluruh isi kapal itu, perlengkapan kapal itu dan bagian-bagian kapal itu. Dia senang, merasa heran. Dia lalu bertanya: di mana laut, di atas mana kapal itu berada, di atasnya kapal itu bisa bergerak dan berlayar.

Pertanyaan ini sederhana, bersifat kekanakkanakan, tetapi membuat orang sadar bahwa kapal yang indah, bagus dan penuh dengan perlengkapan, tidak akan bisa bergerak, berlayar maju tanpa laut. Laut adalah unsur penting yang membuat kapal bisa terapung, bergerak, berlayar dan berjalan maju.

Hari ini kita merayakan Pesta Tritunggal Mahakudus. Satu pesta yang sulit dimengerti, dia hanya membuat orang bingung dan heran. Allah Tritunggal Mahakudus ini dapat kita bandingkan dengan laut, di atasnya hidup beragama kita dipraktekkan.

Tanpa Allah Tritunggal kita tidak dapat merayakan pestapesta orang kudus. Menurut cerita tadi, ada banyak orang yang masuk keluar kapal, tetapi banyak yang tidak sadar bahwa laut itu penting. Kita hidup, kita bernapas, kita bekerja, dan bergembira. Tetapi apakah kita sadar bahwa unsur yang mendasari hidup kita adalah Allah? Kita saksikan matahari terbit dan terbenam: kita kagum.

Kita kagumi hempasan ombak yang dashat bukti kekuatan alam. Kita mencapai puncak gunung, lalu menikmati pemandangan yang indah dan mengesankan. Tetapi apakah kita sadar bahwa Allah Tritunggal berada di belakang segala peristiwa itu?

Kitab Amsal 8: 22-31 mengatakan bahwa Bapa, Putra dan Roh Kudus merupakan sumber kekuatan dan pemandu jalan hidup segala makluk ciptaan Allah. Allah Bapa menyatakan diriNya secara amat jelas dalam penyelenggaraan dunia.

Pernyataan diri Bapa memuncak dengan kedatangan Yesus Kristus dan bersama dengan Roh Allah, mengikuti dan melaksanakan rencana penyelamatan manusia. Santu Paulus menegaskan kepada Umat di Roma (5:1-5), bahwa Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus sangat berperan dalam karya keselamatan kita.

Dalam iman kita mengalami kasih Allah yang terwujud dalam Kristus. Roh Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita. Kita mengalami cinta yang membahagiakan: kita boleh mencintai dan dicintai. Kita merasakan simpati dan perhatian orang lain yang membikin hidup kita gembira dan bersemangat. Tetapi apakah kita sadar bahwa Allah Roh Kudus berkarya di balik pengalaman-pengalaman itu?

Kita mengalami masalah hidup: hati kita tertekan, kita merasa sedih, tetapi ada orang yang mengulurkan tangan untuk membantu. Apakah kita sadar bahwa Roh Kristus berperan di dalam situasi hidup kita? Kita mengalami sakit dan derita, kita merasa ditolak oleh sesama, tidak dimengerti, kita merasa terbuang atau disingkirkan karena mempertahankan kebenaran.

Tetapi apakah dalam pengalaman-pengalaman ini kita sadar bahwa dengan itu kita menjadi serupa dengan Kristus Hamba Tuhan yang menanggung derita untuk menyelamatkan manusia? Allah Tritunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus itu dapat kita bandingkan dengan laut, di atasnya hidup kita berada. Bergerak maju, berkembang dan mencapai tujuannya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved