Opini

Opini: Di Balik Hilangnya Jersey Persebata

Ia perlu dikelola lewat pembinaan, pendampingan, dan pembentukan melalui keluarga maupun keterlibatan psikolog. 

Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOKUMENTASI ROBERT BALA
MARTIN DEMICHELIS - Robert Bala mendampingi pemain legendaris Bayern Munchen, Martin Demichelis (kanan) pada tanggal 23-24 Juni 2019. 

Yang ia sharingkan kepada remaja yang akan melewati beberapa bulan di Allianz Arena Jerman dan punya impian untuk bisa suatu saat benar-benar bermain di Eropa adalah pentingnya penanganan psikologis. 

Bagi pria kelahiran 20 Desember 1980, mimpi mencetak prestasi, baik ilmu pengetahuan maupun olahraga, tidak mesti mengambil jalan pintas. 

Ia perlu dikelola lewat pembinaan, pendampingan, dan pembentukan melalui keluarga maupun keterlibatan psikolog. 

Ketegaran Mental 

Sharing berharga yang penulis dapatkan dari pemain didikan River Plate Argentina sejak usia 10-13 tahun) ini bisa jadi rujukan untuk menjawab pertanyaan tentang Persebata

Pertama, persoalan hilangnya Jersey pemain, meski ada indikasi pelanggaran hukum, tetapi  di dasarnya bukan pertama-tama sebuah kasus hukum.  

Ada pelanggaran yang bisa dideteksi di permukaan mesti digali untuk mencari penyebabnya. Sebaliknya bersikap gegabah bisa berakibat pada salah diagnosis yang berakibat pada solusi yang tidak tepat. 

Pada titik ini, maka penanganan ‘hukum’ dengan terbentuknya tim hukum tentu untuk kasus tertentu tepat tetapi dalam kaitan dengan olahraga, hal itu masih bersifat ‘debatable’ atau masih dapat diperdepatkan. 

Kedua, sharing dengan Demichelis sebagaimana dikisahkan di awal hanya mengingatkan bahwa tim-tim sekaliber Bayern Munchen dari awal sudah memahami bahwa sepak bola bukan sekadar tendang bola dan ‘kelincahan’ (dengan sedikit kelicikan) tetapi yang paling utama adalah penanganan psikologis akibat tingginya beban psikologis dan stress. 

Dalam konteks liga profesional Indonesia, para pemain Persebata ibarat berangkat dari ‘kampung kecil’ (maaf gunakan kata ini) Lembata dan kemudian bertarung di ‘kampung besar’ NTT. 

Kini mereka harus merumput di liga pro dengan tingkatan stres dan ketegangan besar. Karena itu pemahaman dan pengendalian emosi menjadi sangat penting. 

Bila hal ini dikelola dengan komunikasi yang baik, maka akan muncul kepercayaan diri yang semakin baik. Hal ini sangat diperhatikan oleh klub raksasa dunia seperti: Barcelona, Real Madrid, Bayern Munchen. 

Di Indonesia, Persija, Persebaya, Persib, Persema, sekadar menyebut tiga contoh sangat memperhatikan pendampingan psikologis pemain. 

Ketiga, hal penting yang patut dikelola dan diperjuangkan adalah mencapai ketegaran mental (mental toughness).

 Dalam arti yang paling sederhana, ketegaran mental adalah upaya menguasai dan mengalahkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum menguasai dan mengalahkan orang lain. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved