Opini

Opini: Paus dan Takhta Kemanusiaan

Takhta kepausan yang disebut sebagai takhta suci berfungsi sebagai suara kemanusiaan yang melampaui batas politik dan agama. 

Editor: Dion DB Putra
TANGKAPAN LAYAR YT VATICANNEWS
DOA RATU SURGA - Paus Leo XIV saat memimpin Doa Regina Caeli atau Ratu Surga pada pukul 12.00 waktu Vatikan, Minggu 11 Mei 2025. 

Oleh: Dony Kleden
Rohaniwan Katolik dan Antropolog dari Universitas Katolik Weetebula, Sumba Barat Daya, NTT

POS-KUPANG.COM - Peran utama dari seorang Paus adalah peran moral dan spiritual  dalam membela martabat manusia di seluruh dunia. 

Meskipun Paus bukan pemimpin politik global, ia sering dianggap sebagai "suara hati nurani dunia", yang berbicara atas nama kemanusiaan, terutama mereka yang lemah, menderita, dan tertindas. 

Dalam arti ini Paus dipandang bukan hanya pemimpin Gereja, tetapi juga pelayan umat manusia, mengikuti teladan Kristus yang datang untuk melayani. 

Takhta Paus bukan takhta kekuasaan duniawi, melainkan takhta pelayanan dan belas kasih. 

Dony Kleden
Dony Kleden (DOK PRIBADI)

Takhta kepausan yang disebut sebagai takhta suci berfungsi sebagai suara kemanusiaan yang melampaui batas politik dan agama. 

Kesucian dalam arti ini dilihat dari sejauh mana Gereja (takhta kepausan) itu  berpijak pada realitas untuk mengangkat dan menjaga kemanusiaan.

Meninggalnya Paus Fransiskus meninggalkan sejuta kesan dan cerita.  Paus memang tidak hanya sebagai seorang  pemimpin Gereja Katolik di seluruh dunia, tetapi juga sebagai kepala negara Vatikan, sebuah negara terkecil di dunia yang luasnya sekitar 44 hektare atau 0,44 km⊃2;. 

Tetapi kesan dan cerita tentang Paus Fransiskus bukan karena dia adalah seorang pemimpin Gereja Katolik, sebuah jabatan yang luar biasa luasnya dan tinggi, atau sebagai kepala pemerintahan, tetapi lebih dari itu karena perjuangannya akan kemanusiaan membuat dia menjadi pusat perhatian di seluruh dunia. 

Paus Fransiskus begitu tersohor karena kepeduliannya pada kemanusiaan khususnya kepeduliannya pada kaum miskin, lingkungan hidup, dan dialog lintas agama. 

Semasa kepemimpinannya, Paus Fransiskus sangat konsen pada tiga isu ini. 

Tentu  semua Paus  dari waktu ke waktu mengemban tugas yang satu dan sama yakni memastikan ajaran sosial gereja dan seruan kemanusiaan dari Tuhan Yesus Kristus terus berlangsung dan hadir di tengah dunia. 

Ini sebenarnya menjadi pusat pewartaan Gereja Katolik. Gereja Katolik dalam berbagai ajaran dan misinya, memperjuangkan hal yang satu dan sama yaitu kemanusiaan dan keadilan tumbuh, hadir dan dirasakan oleh semua manusia tanpa kecuali dan tanpa dibatasi oleh berbagai macam perbedaan.

Takhta Kemanusiaan

Ajaran Sosial Gereja Katolik tentang kemanusiaan merupakan bagian penting dari doktrin Gereja yang menekankan martabat manusia, solidaritas, dan keadilan sosial. 

Prinsip-prinsip utama ajaran ini berakar pada Kitab Suci, Tradisi Gereja, dan refleksi teologis atas pengalaman hidup umat manusia. 

Ajaran ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi menjadi dasar bagi keterlibatan Gereja dalam dunia sosial-politik, melalui pendidikan, pelayanan kesehatan, advokasi hak asasi manusia, hingga karya-karya dan kerja karitatif. 

Takhta Suci Kepausan yang disimbolkan dalam diri seorang Paus, tidak bisa dilepaspisahkan dari yang namanya kemanusiaan. 

Artinya, takhta suci kepausan itu hanya punya arti kalau dia membangun kemanusiaan, memperjuangkan kemanusiaan dan menghadirkan kemanusiaan yang dalam bahasa biblis diartikan sebagai hadirnya Kerajaan Allah. 

Misi Gereja dalam menghadirkan Kerajaan Allah adalah inti dari keberadaannya di dunia. 

Gereja dipanggil untuk menjadi tanda dan sarana kehadiran Allah yang menyelamatkan, sesuai dengan ajaran Yesus sendiri yang sering berbicara tentang "Kerajaan Allah" (Kerajaan Surga) dalam Injil.

Hadirnya Kerajaan Allah di tengah dunia ditandai dengan adanya kedamaian, keadailan, cinta kasih dan belarasa yang lagi-lagi tidak dibatasi oleh berbagai macam perbedaan yang adalah suatu keniscayaan. 

Berbagai macam hubungan bilateral yang dijalin oleh Vatikan, sesungguhnya semata-mata untuk memastikan di negara-negara tersebut kemanusiaan dihargai dan dijunjung tinggi melebihi segala kepentingan lain. 

Kita bisa melihat hal ini dalam diri Paus Fransiskus yang begitu luar biasa aktif membangun  dan menyerukan perdamaian di seluruh dunia dan umat Kristiani harus mengajak semua orang yang beragama dan budaya lain untuk bersama-sama membangun  dan menciptakan kemanusiaan. 

Sejak awal kepemimpinannya, Paus Fransiskus menekankan pentingnya belas kasih, keadilan sosial, dan solidaritas sebagai jalan hidup kristiani di tengah dunia modern yang sering mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. 

Paus Fransiskus dinobatkan sebagai "Person of the Year" (Tokoh Tahun Ini) oleh majalah Time pada tahun 2013, tidak lama setelah ia terpilih sebagai Paus pada Maret tahun yang sama. 

Penobatan ini bukan semata karena jabatannya, tetapi karena pengaruh moral, sosial, dan spiritual yang begitu besar dalam waktu singkat. 

Penobatan ini mencerminkan bahwa dunia, baik yang religius maupun sekuler, mengakui keteladanan dan kepemimpinan moral Paus Fransiskus di zaman yang penuh tantangan. 

Time menyebutkan bahwa pengaruh Paus Fransiskus menjangkau dan bahkan melampaui batas agama dan budaya. 

Ia dianggap mengubah persepsi global tentang kepausan, dari simbol kekuasaan menjadi ikon pelayanan dan kasih universal demi kemanusiaan. 

Selain itu dia juga Paus Fransiskus telah beberapa kali berpidato di hadapan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyampaikan pesan-pesan penting tentang perdamaian, keadilan, dan reformasi multilateral.

Gereja dan Paus Baru

Walaupun setiap paus memegang amanah yang satu dan sama, tetapi tantangan di setiap waktu dan  saman berbeda-beda. 

Itu artinya, setiap Paus pun harus cerdas dan peka dengan apa yang benar-benar dibutuhkan dunia saat ini, bukan dibutuhkan gereja, mengingat Takhta Suci Paus itu tidak semata-mata untuk kepentingan Gereja Katolik tetapi untuk kemanusiaan di seluruh dunia. 

Harapan pada Paus baru Pau Leo ke IV pengganti Paus Fransiskus tentu akan mencerminkan kebutuhan zaman dan tantangan Gereja Katolik ke depan, baik secara internal maupun eksternal. 

Umat Katolik dan dunia luas memiliki sejumlah harapan besar pada Paus Leo ke IV terkait dengan isu kemanusiaan.  

Intinya adalah bagaimana Gereja Katolik hadir dengan ajaran-ajarannya yang relevan yang korelatif dengan kebutuhan dunia saat ini.  

Gereja yang relevan adalah Gereja yang hidup, terbuka, dan hadir di tengah dunia, bukan tertutup atau terjebak dalam formalitas dan struktur yang kaku. 

Gereja yang relevan adalah Gereja yang  peduli pada dunia, terbuka untuk berdialog, dan penuh belas kasih. 

Relevansi Gereja dalam arti ini bukan soal mengikuti tren dunia, tetapi tentang kesetiaan pada Injil sambil pada saat yang sama tetap menyentuh realitas umat manusia. 

Gereja relevan yang seperti inilah yang dinanti-nantikan dunia saat ini. Habemus Papam Paus Leo IV. Welcome to Our New Pope and New Hope. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved