Rote Ndao Terkini
Rumah Tetap Untuk Kura-Kura Leher Ular Rote
Menyadari akan hal itu, ia mengajak masyarakat Rote Ndao untuk berperan menjaga satwa endemik, bersama alam tempatnya hidup dan berkembang.
Penulis: Mario Giovani Teti | Editor: Oby Lewanmeru
Dikatakannya, produksi telur dari hewan ini jauh lebih banyak dibandingkan kura-kura spesies lain.
Kayat menerangkan, setiap induk betina Kura-Kura Leher Ular Rote dapat bertelur hingga tiga kali, bahkan ada yang enam kali, per tahun.
Namun, tingkat kelangsungan hidup tukik atau anak Kura-Kura Leher Ular Rote masih di bawah 50 persen karena berbagai faktor, termasuk serangan penyakit.
Untuk itu, penelitian intensif dilakukan guna meningkatkan kesehatan anakan, terutama pada usia 0 hingga 3 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan, Kura-Kura Leher Ular Rote yang dilepasliarkan pada usia empat tahun memiliki peluang bertahan lebih besar dibandingkan yang dilepas pada usia lebih muda.
Hal ini menjadi pedoman dalam program reintroduksi kura-kura ke habitat aslinya.
Dia juga menegaskan, pelibatan masyarakat menjadi kunci dalam konservasi Kura-Kura Leher Ular Rote ini.
Dikatakannya, pendekatan berbasis partisipasi masyarakat perlu dilakukan, seperti menetapkan beberapa danau sebagai kawasan perlindungan lokal.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) NTT, Arief Mahmud mengungkapkan, danau habitat Kura-Kura Leher Ular Rote yang tersisa itu tersebar di tiga kecamatan.
Danau Peto di Kecamatan Rote Tengah, Danau Ledulu, di Desa Daiama, Kecamatan Landu Leko, dan Danau Lendeoen yang berada di Desa Daurendale, Kecamatan Landu Leko.
"Danau-danau yang merupakan habitat alami kura-kura Rote di Pulau Rote semuanya berada di luar kawasan konservasi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya konservasi spesies endemik itu dalam jangka panjang," pungkas Arief.
Dijelaskan lebih lanjut, Balai Besar KSDA NTT bersama Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP) atau organisasi konservasi internasional, menginisiasi upaya repatriasi tahap I terhadap 13 kura-kura Rote dari Amerika Serikat melalui Singapore Zoo pada 23 September 2021 lalu.
Seluruh kura-kura ditampung sementara di Instalasi Karantina Hewan (IKH) milik Balai Besar KSDA NTT. Selama di IKH, kura-kura Rote tersebut dirawat, diberi pakan, dicek kesehatan dan berat badannya, serta dipantau perilakunya secara secara rutin sebagai bagian dari proses habituasi dan pemulihan sifat liar.
Setelah melalui proses habituasi sekitar satu tahun, tahap selanjutnya adalah soft release ke habitatnya di Danau Ledulu di Pulau Rote.
"Dengan dilaksanakannya tahap reintroduksi melalui soft release pada RKT (Rencana Kerja Tahunan) 2023, tahap selanjutnya adalah repatriasi batch II yang dilaksanakan pada tahun 2023, sehingga IKH menjadi instalasi penting untuk mendukung upaya konservasi spesies secara luas di Nusa Tenggara Timur," jelas Arief.
Kerja sama dengan WCS-IP tersebut berupa penguatan fungsi program pengembangan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan konservasi di Provinsi NTT. Kedua belah pihak menaruh perhatian besar terhadap ekosistem lahan basah Rote yang merupakan habitat alami Kura-Kura Leher Ular Rote.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.