Provinsi NTT
D’Hokiest: Cokelat Kelor Hingga Cookies Sorgum, UMKM Kupang Bawa Rasa Lokal ke Pasar Luas
Huruf “D” berasal dari nama putrinya, Diandra, yang juga turut membantu usaha ini.
Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Tari Rahmaniar Ismail
POS-KUPANG. COM- KUPANG - Berawal dari rasa penasaran saat melihat seorang pemuda mendemokan cokelat kelor di pameran pembangunan Lasiana pada 2019, Albertina De Queljoe justru menemukan panggilannya sebagai pelaku UMKM. Kini, usahanya, D’Hokiest, tumbuh menjadi salah satu produsen cokelat, teh kelor, dan olahan pangan lokal yang mulai dikenal hingga luar Kota Kupang.
Nama “D’Hokiest” sendiri berasal dari kata “hoki” alias keberuntungan, ditambah huruf “S” dan “T” sebagai simbol bahwa mereka yang bergabung adalah “yang paling beruntung”. Huruf “D” berasal dari nama putrinya, Diandra, yang juga turut membantu usaha ini.
Lokasi rumah produksi UMKM ini berada di Manumuti, Rt 011, Rw 005, Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Tak hanya soal rasa, D’Hokiest membawa misi yang lebih besar yaitu pemberdayaan.
“Kalau saya sudah dapat bantuan dari pemerintah, masa saya pakai sendiri? Saya harus berbagi,” kata Albertina saat diwawancarai POS-KUPANG.COM, Jumat (2/5).
Dari pernyataan sederhana itulah, usaha ini tumbuh bukan hanya sebagai unit ekonomi, tapi juga wadah kerja dan belajar bagi ibu-ibu rumah tangga dan anak muda Kupang. Dengan modal awal sebesar Rp 1,5 juta, Albertina mulai bereksperimen membuat cokelat kelor dengan resep hasil improvisasi sendiri. Produknya kian berkembang.
cokelat lima varian dengan campuran kacang mete, kacang tanah, kacang kenari—teh kelor dalam tiga jenis, sambal, sari kedelai, sari kacang hijau, hingga cookies berbahan sorgum lokal. Produk-produk ini kini telah menghiasi etalase pusat oleh-oleh di Kupang dan Labuan Bajo.
“Kami juga punya hampers isi 60 cokelat yang dijual Rp 100.000 cocok untuk oleh-oleh dan hadiah,” ujarnya.
Dari tiga orang, kini D’Hokiest melibatkan 12 tenaga kerja, sebagian besar ibu-ibu dan anak muda. Tak sedikit dari mereka yang awalnya menganggur selepas kuliah, kini menjadi tenaga pengemasan bahkan staf IT.
Albertina pun membuka rumah produksi sebagai tempat penitipan produk UMKM lain, lengkap dengan akses alat produksi bersama.
“Siapa saja bisa datang titip produk mereka. Alatnya bisa digunakan bersama, asalkan punya niat untuk berkembang,” ucapnya.
Meski produksi mencapai 1.500 hingga 2.000 dos cokelat per bulan saat musim liburan, tantangan tetap ada. Distribusi masih terbatas dan jadwal kerja fleksibel terkadang terganggu aktivitas rumah tangga para karyawan.
Namun, semangat tak luntur. Dengan kisaran harga produk mulai Rp 5.000 hingga Rp 30.000, D’Hokiest tetap setia menyasar pasar menengah ke bawah. Pemasukan yang didapatkan dari usahanya ini sebesar Rp 20 juta dalam waktu satu bulan.
Dia mengatakan, marketing yang dilakukan selain menyasar pasar-pasar di Kota Kupang juga aktif di media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Shopee dengan nama D'Hokiest. Bagi Albertina, bisnis bukan semata soal cuan. “Kalau bisa jadi berkat bagi orang lain, itu sudah lebih dari cukup. Biar kecil, yang penting berdampak,” katanya menutup perbincangan.
Di tengah geliat UMKM lokal, kisah D’Hokiest adalah pengingat bahwa dari tangan perempuan, dari dapur kecil, bisa lahir rasa, kerja sama, dan harapan yang besar. (iar)
Baca berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE.NEWS
Menteri Trenggono Dijuluki Pangeran Laut oleh Orang Rote |
![]() |
---|
Seleksi PPAN dan PPAP NTT 2025, Peluang Pemuda untuk Go Internasional |
![]() |
---|
Dompet Dhuafa NTT Luncurkan Promo Spesial Jelang Idul Adha |
![]() |
---|
Jadi Tuan Rumah PeSONas 2026: Gubernur Dukung Penuh, SOIna NTT Matangkan Persiapan Laporan |
![]() |
---|
OJK Umumkan Hasil SNLIK Tahun 2025 Meningkat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.