Paskah 2025
Renungan Malam Paskah: Sungguh Tuhan Telah Bangkit
Liturgi Malam Paskah menyediakan kepada kita, kisah tentang rencana dan tindakan penyelamatan Allah yang terjadi di dalam sejarah.
Oleh: Romo Gabriel A. I Benu, Pr
Imam Keuskupan Agung Kupang, tinggal di Seminari St. Mikhael Penfui Kupang
Bacaan I: Kej.1:1.26-31a
Bacaan II: Kej. 22:1-2.9a.10-13.15-18
Bacaan III: Kel. 14:15-15:1
Bacaan Epistola: Rm. 6:3-11
Injil: Luk. 24:1-12
Saudara-saudara terkasih dalam Kristus...
“Bersoraklah para malaikat di surga. Elukanlah Kristus, raja di raja. Pujilah kemenangan jaya. Gemakanlah bunyi nafiri. Bersoraklah, nyanyikanlah lagu gembira bagi Kristus, yang menebus kita; bersyukurlah kepada Allah, kita bangkit bersama Kristus.”
Inilah penggalan dari Madah Pujian Paskah yang diperdengarkan kepada kita pada malam ini.
Madah yang mengajak kita semua, segenap manusia, segenap ciptaan, seluruh semesta untuk untuk memuji dan bersyukur kepada Allah yang telah menghalau kegelapan dosa dengan cahaya kebangkitan Kristus.
Inilah malam yang menghubungkan kembali surga dengan dunia, Allah dengan umat manusia.
Saudara-saudara terkasih dalam Kristus...
Liturgi Malam Paskah menyediakan kepada kita, kisah tentang rencana dan tindakan penyelamatan Allah yang terjadi di dalam sejarah.
Sudah sejak semula. Pada mulanya, Allah telah menciptakan kita karena kasih dan dengan kasih yang sama pula merencanakan dan bertindak menyelamatkan kita.
Bacaan pertama dari Kitab Kejadian yang berkisah tentang penciptaan menunjukkan secara jelas bahwa sudah sejak semula Allah menghendaki penciptaan langit dan bumi dan selanjutnya menciptakaan manusia, laki-laki dan perempuan seturut dengan citra-Nya.
Tahapan-tahapan penciptaan menunjukkan bahwa sejak semua Allah telah merencanakan dan dalam kepenuhan waktu Ia merealisasikan rencana dan kehendak-Nya.
Dimulai dari penciptaan langit dan bumi, lalu penciptaan segenap binatang dan tumbuhan hingga pada penciptaan manusia, Allah menunjukkan bahwa Ia berkarya, Ia mencipta, Ia merealisasikan segenap karya-Nya bukan dari ketiadaan semata-mata melainkan lebih dari itu dari kehendak, rencana dan tindakan-Nya sendiri.
Melalui dan di dalam Sabda-Nya, segala sesuatu dijadikan menurut rencana dan kehendak-Nya.
Secara lebih istimewa ketika Ia memandang manusia ciptaan-Nya sebagai sungguh amat baik, Allah pada momentum penciptaan ini memahkotai seluruh ciptaan dengan manusia sebagai mahkota ciptaan. Mahkota yang secitra dengan Allah sendiri.
Inilah hakikat asali dari kemanusiaan kita sebelum kejatuhan dalam dosa yaitu memiliki ikatan khusus, murni dan otentik dengan Allah sendiri.
Saudara-saudara terkasih dalam Kristus...
Di dalam perjalanan selanjutnya ternyata manusia jatuh di dalam dosa akibat keraguan, ketidakpercayaan dan ketidaktaatan kepada Allah.
Kejatuhan di dalam dosa melukai relasi intim dan murni dengan Allah. Manusia tidak lagi mampu berhadapan muka dengan muka dengan Allah.
Manusia bersembunyi dan manusia yang bersembunyi itu menjadi asing. Keterasingan manusia dari Allah melahirkan perjanjian dari pihak Allah sendiri.
Meski Allah murka, Ia tetap menjanjikan pemulihan. Ini menunjukkan bahwa Allah membenci dosa namun tetap mencintai dan mengasihi manusia.
Janji Allah untuk pemulihan selanjutnya diwujudkan melalui Abraham sebagaimana dikisahkan di dalam bacaan kedua. Allah menguji Abraham meminta korban Ishak puteranya.
Terhadap ini Abraham taat. Abraham setia. Abraham mengalahkan kekalutan manusiawi seorang ayah yang mencintai putera satu-satunya.
Terhadap iman Abraham ini Allah memberikan berkat, tanah dan terutama melalui keturunannya, segala bangsa di bumi akan memperoleh berkat.
Saudara-saudara terkasih dalam Kristus...
Janji Allah kepada Abraham pada gilirannya dibuktikan melalui pembebasan Israel sebagai keturunan Abraham dari perbudakan di Mesir.
Israel dipulihkan sebagai bangsa yang diperbudak menjadi bangsa yang merdeka.
Kisah pembebasan Israel dari Mesir dan selanjutnya peritiwa penyeberangan Laut Merah menunjukkan bahwa Israel sebagai keturunan Abraham tidak saja dibebaskan dari perbudakaan tetapi dibentuk kembali sebagai bangsa pilihan yang dari padanya segala bangsa akan menyaksikan keselamatan yang datang dari Allah.
Kisah penyeberangan Israel di Laut Merah menjadi pralambang bagi orang yang percaya bahwa melalui pembaptisan kita turut mati bersama Kritus dan bangkit juga bersama Dia dalam kebangkitan-Nya.
Sebagaimana dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma, “Saudara-saudara, kita semua, yang telah dibabtis di dalam Kristus, telah dibabtis dalam kematian-Nya, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika telah menjadi satu dengan Kristus dalam kematiannya, kita juga menjadi akan menjadi satu dengan Dia dalam kebangkitan-Nya.”
Saudara-saudara terkasih dalam Kristus...
Rangkaian panjang sejarah keselamatan inilah yang dipenuhi di dalam Kristus yang bangkit. Allah memenuhi perjanjiannya. Rangkaian ribuan tahun janji penyelamatan tidak pernah membuat perjanjian Allah menjadi kadaluarsa.
Justru janji Allah selalu baru, setiap hari setiap pagi, setiap waktu selalu baru. Seperti dinubuatkan oleh nabi Yeremia, “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu” (Yer. 31:3).
Wafat dan kebangkitan Kristus menjadi meterai abadi yang memeteraikan perjanjian Allah dengan manusia. Kritus memeteraikan perjanjian itu dengan darah-Nya sendiri. Menegaskan bahwa perjanjian itu hidup. Tak pernah berkesudahan. Tetap untuk selamanya.
Saudara-saudara terkasih dalam Kristus...
Pada malam ini saat Kristus bangkit kita bersyukur bahwa kita menyaksikan kepenuhan perjanjian Allah itu. Saat kita dibangkitkan bersama dengan Kristus untuk memulai suatu perjalanan hidup baru.
Perjalanan bersama sebagai orang percaya di dalam keluarga, komunitas gerejani, masyarakat dan dunia menuju kepada kehidupan baru.
Kehidupan yang bangkit dari keterpurukan masa lalu akibat keserakahan, ketidaktaatan, kekekerasan, ketidakpedulian, ketidakadilan dan sebagainya menuju kehidupan baru penuh pengharapan bahwa entah itu penindasan, kesesakan atau penganiayaan, kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya atau pedang, tidak ada suatu apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus kini dan selamanya (bdk. Rm. 8:35).
Sungguh Tuhan telah bangkit, Alleluia. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.