Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu Palma 13 April 2025, 'Manusia Pendamai dan Manusia Baru'
Aku tahu Tuhan Allah menolong aku. Maka aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu
Oleh : RP Markus Tulu SVD
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik RP Markus Tulu SVD Minggu Palma diberi judul 'Manusia Pendamai dan Manusia Baru'.
Renungan Harian Katolik Hari Minggu Palma ini merujuk pada Bacaan I : Yes. 50:4-7; Flp. 2:6-11; Luk. 22:14'-23:56.
Berikut ini teks lengkap renungan yang ditulis RP Markus Tulu SVD hari ini.
Selamat merayakan Hari Minggu Palma Bagi Kita Yang Merayakannya.
Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. Aku tahu Tuhan Allah menolong aku. Maka aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu.
Demikian uangkapan kesejatian iman seorang murid Tuhan yakni Yesaya seorang nabi.
Yesaya yakin Tuhan yang menolongnya itu mengaruniakan kepadanya lida seorang murid supaya dengan perkataannya dia dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu.
Dan setiap pagi Tuhan mempertajam pendengarannya untuk mendengar seperti seorang murid.
Itulah sebabnya dia tidak memberontak dan tidak berpaling tapi memberi punggung kepada orang-orang yang memukulnya dan pipinya kepada orang-orang yang mencabut janggutnya.
Tanda ungkapan iman yang militan seorang murid. Kesetiaan iman seperti ini tentu didalami dari penghayatan akan peristiwa suci yakni pengosongan diri Yesus yang adalah setara dengan Allah tapi merendah dan serendah-rendahnya seperti seorang hamba.
Hal ini mau menunjukkan kepada kita bahwa betapa Yesus taat kepada kehendak Bapa-Nya sampai mati dan mati disalibkan.
Itulah sebabnya mengapa Allah meninggikan-Nya dan menganugerahkan-Nya nama di atas segala nama agar dalam nama Yesus bertekuk lututlah segala yang ada di langit yang ada di atas dan di bawah bumi dan semua lida mengakui: Yesus Kristus adalah Tuhan.
Di sini sebagai orang beriman kita kembali disadari bahwa perayaan Minggu Palma adalah perayaan yang mengajak kita untuk merenungkan kisah sengsara Yesus Kristus.
Memang ironis amat perayaan ini. Karena sebelumnya ketika Yesus masuki kota Yerusalem, Dia disambut sebagai Raja dengan teriakan hosana, hosana Putera Daud, tapi kemudian Dia diadili secara kejam, dihukum paksa, disiksa sampai mati dan mati disalibkan.
Kisah sengsara Yesus yang berpuncak pada penyaliban dan kematian di atas kayu salib sebenarnya mau menegaskan bahwa "Ke-Allahan Yesus Kristus ditanggalkan".
Dia melepaskannya untuk menjadi sama dengan manusia dan mengosongkan diri seperti seorang hamba.
Di dalam kesengsaraan yang amat mengerikan itu Yesus justru menunjukkan hakikat ke-Allahan-Nya yang meminta perhatian kita untuk melihat pesan-pesan utama yakni pertama; pengampunan; Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.
Pengampunan terjadi di tengah hujatan, ejekkan, dan penolakkan bahkan di tengah dua penjahat yang layak menerima hukuman.
Pengampunan yang berpuncak pada janji Firdaus bagi yang bertobat.Kedua; Perdamaian; Yesus mendamaikan relasi politik dan rohani yang rusak antara Herodes dan Pilatus yang mengadili-Nya.
Ia mendamaikan pendengaran manusia yang dipenuhi hasutan dan berita palsu. Ia menasihati wanita-wanita Yerusalem yang menangisi-Nya yang berarti peduli hidup terhadap sesama jauh lebih berguna daripada menumpahkan air mata dusta.
Ketiga; Kemenangan mutlak atas kegelapan dosa melalui kematian. Bahwa dengan kebangkitan-Nya, Yesus membawa kita kepada keselamatan dan menggantikan hidup lama kita yang ditutupi kegelapan dosa.
Kemenangan yang membawa pertobatan kepala pasukan yang dengan tegas mengatakan Yesus tidak bersalah.
Dan orang banyakpun pergi sambil memukul dada sebagai gambaran penyesalan atas kejahatan mereka.
Kisah sengsara Yesus hingga kini meninggalkan pesan untuk kita menjadi pribadi pengampun dan sarana keselamatan, manusia pendamai dan manusia baru yang terus disinari iman akan Allah.(PMT)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.