Liputan Khusus
Lipsus: Wakil Bupati Sikka Simon Subandi Supriadi Terjang Banjir Rob
Banjir rob atau air laut pasang merendam permukiman warga di Kelurahan Wairotang, Kecamatan Alok Timur dan Kampung Garam, Kelurahan Kota Uneng
POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Banjir rob atau air laut pasang merendam permukiman warga di Kelurahan Wairotang, Kecamatan Alok Timur dan Kampung Garam, Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Rabu (2/4).
Air laut setinggi mata kaki orang dewasa dan semua pemukiman digenangi air sehingga warga kesulitan untuk beraktivitas dengan baik.
Maria Herlini Indrawati, warga Kelurahan Wairotang Kecamatan Alok Timur mengaku banjir terjadi sejak tiga hari lalu.
"Sudah tiga hari banjir rob ini. Air naik sampai di dapur, kamar-kamar, aktivitas kami terganggu,kita mau lewat jadinya geli," ujar Maria Herlini Indrawati.

Warga mengaku, lokasi tersebut menjadi langganan banjir rob setiap tahun karena turap penahan ombak sudah rusak.
Warga berharap pemerintah untuk membangun turap penahan ombak agar warga bisa beraktivitas disaat dilanda banjir rob.
Banjir rob juga merendam ratusan rumah warga di Kampung Garam, Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka.
Yohanes Januarius Marno, warga setempat mengatakan, banjir rob melanda wilayah itu sudah memasuki hari ke empat. Air laut menggenangi rumah warga dan akses Jalan warga di wilayah itu.
Kata Yohanes Januarius Marno, pemukiman dua RT di Kampung Garam atau ratusan rumah terendam banjir rob. Hingga saat ini, banjir rob masih menggenangi pemukiman di dua wilayah tersebut.
Pantauan Pos Kupang, sejumlah tempat produksi garam terhambat banjir rob di Kelurahan Kota Uneng Kecamatan Alok.
Baca juga: Wakil Bupati Sikka Pantau Kondisi Warga Terdampak Banjir Rob
"Yang menjadi kendala itu yang masak garam, karena saat masak garam dan terjadi pasang laut kayu api semuanya basah sehingga aktivitas masak garam terhambat," kata Yohanes Januarius Marno, warga Kampung Garam.
Kata Yohanes Januarius Marno, banjir rob sudah menggenangi rumah dan akses jalan warga memasuki hari ke empat sehingga membuat aktivitas warga terhambat.
Setidaknya terdapat dua ratusan rumah terendam yang tersebar pada dua RT di Kampung Garam.
Yohanes Januarius Marno hanya berharap bantuan dari pemerintah Kabupaten Sikka untuk memperhatikan kondisi warga sebab lokasi tersebut menjadi langganan banjir rob setiap tahunnya.
Wakil Bupati Sikka, Simon Subandi Supriadi pun langsung menuju lokasi terdampak banjir rob untuk memantau kondisi warga.
Simon Subandi Supriadi pun menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat terkait masalah banjir rob yang hampir setiap tahun melanda wilayah tersebut.

"Untuk sekarang ini, kita sudah pantau di daerah Kampung Garam, dan Beru. Kalau di Kampung Garam ini mereka butuh turap. Kalau di Beru itu salurannya disalahgunakan, di mana ada bangunan di atas saluran sehingga airnya tersumbat dan masuk ke kamar-kamar warga," ujar Simon Subandi Supriadi.
Simon Subandi Supriadi berjanji akan berkoordinasi dengan BPBD Sikka terkait penanganan wilayah terdampak banjir rob dengan pembangunan turap penahan ombak.
"Di sini memang butuh penanganan cepat, kami akan berkoordinasi dengan BPBD. Ini juga mungkin menjadi prioritas untuk ke depan turap harus segera dibangun," ujar Simon Subandi Supriadi.
Banjir Rob Saat Lebaran
Di tengah merayakan lebaran, warga Desa Papela diterpa musibah banjir rob akibat jebolnya tanggul tabrakan di Dusun Tanjung, Desa Papela, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao.
Ketua RT 05, RW 03, Dusun Tasisu, Desa Papela, Susanti Ain Manuain mengatakan, banjir rob ini tidak terjadi kali ini saja, tetapi sudah sejak dahulu. Kala dia, yang paling parah pada tahun 2017 silam. Setiap tahun air laut selalu masuk merendam rumah warga di desa tersebut.
“Saya mengharapkan dan mengimbau kepada Bapak Bupati dan pemerintah yang di atas lebih tinggi, tolong bantu kami,” pinta Susanti Ain Manuain, Rabu, (2/4).
Baca juga: Petani Rumput Laut Tablolong Merugi Akibat Banjir Rob
Susanti Ain Manuain mengaku, barang-barang di dalam rumah, terutama alat elektronik sudah rusak akibat digenang air laut.
Dikisahkannya, ia bersama anggota DPRD Rote Ndao, Jufri Laela pernah mengelilingi rumah warga di jam 12 dua malam untuk melihat kondisi rumah yang tergenang air laut akibat jebolnya tanggul.
“Jadi saya minta kali ini Bapak Bupati bersama Ibu Wakil di Rote Ndao tolong lihat kami. Ada lagi rumah ibadah tertua yang perlu dijaga, jangan sampai punah dan tenggelam karena air laut,” cetus Susanti Ain Manuain.
Susanti Ain Manuain mengatakan, permintaan perbaikan tanggul ini telah disampaikan kepada pemerintah kecamatan.
Bahkan pemerintah setempat telah datang guna mengukur kerusakan untuk segera diperbaiki. Namun pelaksanaannya sampai sekarang tidak pernah terjadi.
Susanti Ain Manuain juga telah melaporkan musibah itu kepada Kepala Desa Papela untuk diteruskan ke Pemerintah Kabupaten Rote Ndao.
“Saya berterima kasih kepada anggota DPRD Rote Ndao, Jufri Laela yang telah datang dan melihat langsung kondisi rumah warga yang terendam air laut. Saya berharap Jufri Laela agar masalah tanggul jebol di Desa Papela segera teratasi,” pinta Susanti Ain Manuain.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Rote Ndao Jufri Laela turun langsung ke Dusun Tanjung, Desa Papela, Kecamatan Rote Timur guna meninjau kerusakan tanggul penahan ombak yang rusak parah akibat banjir rob yang terjadi sejak Selasa, (1/4).
Tanggul sepanjang puluhan meter tersebut roboh setelah diterjang banjir yang melanda wilayah pesisir perkampungan nelayan di desa tersebut.
Kerusakan tanggul ini menyebabkan air laut masuk ke permukiman, merendam puluhan rumah warga. Kondisi ini telah memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat setempat, terutama bagi mereka yang tinggal di dekat pesisir.
Jufri Laela menyatakan keprihatinannya terhadap bencana ini. Dia berjanji akan membawa masalah ini ke rapat Dewan untuk segera ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah.
"Kita akan upayakan perbaikan tanggul secepatnya agar masyarakat Papela bisa kembali merasa aman dari ancaman banjir rob," ujar Jufri Laela, Rabu (2/4).
Jufri Laelamengungkapkan, sejak Selasa (1/4) masyarakat kesulitan beraktivitas. Hasil pantauan di lapangan, katanya, air laut masuk ke dalam rumah warga dan seluruh perabot rumah tangga telah digenangi air laut.
"Kondisi ini harus segera di atasi. Gara-gara tanggul jebol bahkan Masjid juga sudah digenangi air laut," pungkas Jufri Laela.
Politisi PAN ini meminta pemerintah daerah untuk menaruh perhatian terhadap musibah yang menimpa masyarakat di Desa Papela.
Selalu Kebanjiran
Masyarakat panik ketakutan hingga menangis setiap kali hujan turun Desa Oanmane, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka karena setiap kali hujan turun, pasti diikuti dengan banjir.
Baca juga: Lebaran di Tengah Banjir Rob, Warga Desa Papela Minta Pertolongan Pemerintah
"Saat hujan turun itu kita sangat panik dan takut. Karena itu pasti banjir. Apalagi kita punya anak kecil di rumah. Sedih sekali. Kadang menangis karena pikiran kebun rusak, ternak dong dibawa banjir. Apalagi rumah selalu kemasukan air setiap kali turun hujan," ucap Natalia Seuk (46), perempuan beranak empat kepada Pos Kupang, Selasa (1/4).
Untuk menghindari dampak banjir, ujar Natalia, mereka melakukan evakuasi mandiri termasuk barang - barang berharga.
"Kami biasa melihat situasi saat hujan deras. Itu kami pindahkan barang sementara ke tempat yang lebih tinggi seperti loteng untuk menghindari kerugian. Karena kami tidak punya rumah panggung," ucap Natalia Seuk.
Banjir di Kecamatan Malaka Barat itu, kata Natalia biasa terjadi setiap tahun sejak bulan Desember hingga Mei.
"Biasa di bulan itu kami pasrah saja karena sudah setiap tahun begini na. Makanya ini tanah dari lumpur juga sudah sama rata dengan fondasi rumah kami," ungkap Natalia Seuk.
Terkait dampak terparah yang dialami, Natalia mengatakan kebun mereka yang berukuran satu hektar lebih di Desa Motaain sudah jadi jalur kali dan tidak bisa dikelola lagi sebagai kebun. Kebun tersebut rusak waktu padi sudah mau panen tetapi dirusaki banjir.
“Dari situ, kebun itu sekarang kami sudah tidak bisa kelola lagi karena terkikis banjir dan sekarang sudah jadi jalur kali. Sehingga sekarang kami hanya bisa tanam padi di pekarangan rumah saja. Selain kebun rusak, saat itu babi besar yang harganya sudah bisa tiga jutaan dan ayam enam ekor juga hanyut dibawa banjir," tutur Natalia Seuk.
Natalia Seuk berharap agar secepatnya pemerintah dapat membangun tanggul dan kualitas tanggulnya bagus menghadang banjir karena tanggul yang ada ini jebol..
Melihat kondisi rumahnya yang sering kemasukan banjir, Natalia mengatakan tanah dan rumah mereka itu merupakan peninggalan leluhur. Bahkan barang yang dianggap sakral bagi mereka juga tersimpan di rumah tersebut.
"Kita tidak akan mau pindah dan memang tidak bisa karena semua leluhur juga dimakamkan di sini. Semua barang peninggalan leluhur juga ada di dalam rumah ini, seperti tanasak, bahan kakaluk dan alat makan peninggalan leluhur," ucap Natalia.
Gregorius Bria (42) warga lainnya mengatakan, banjir yang terjadi bukan hal baru lagi bagi mereka. "Banjir ini bukan baru sekali dua kali. Kita punya rumah sudah sering kemasukan banjir. Ternak peliharaan terbawa banjir. Kebun dirusaki banjir terus," ucap Gregorius Bria.
Terkait penanganan terhadap kerugian yang dialami usai bencana banjir itu, Gregorius mengatakan belum pernah ada bantuan dari pemerintah. Pemerintah dan DPRD juga tidak pernah turun ke lokasi tersebut.
“Mereka hanya datang saat musim politik saja. Di sini biasa kepala desa saja, karena beliau juga korban dari dampak banjir ini. Mereka dari desa biasa datang data kerugian akibat banjir, tapi tidak pernah direspon pemerintah daerah. Ini kita pernah mau dibantu rumah bantuan seroja, tapi sejak tahun 2021 itu tidak dilanjutkan pembangunannya. Untuk ini tahun juga kita sudah tanam padi sebanyak tiga kali, tapi banjir kasih rusak terus," ucap Gregorius. (awk/rio)
Sudah 40 Kali Banjir
Kepala Desa Oanmane, Norbertus Nahak saat dikonfirmasi Pos Kupang, Rabu (2/4) mengatakan, bencana banjir yang terjadi di Desa Oanmane belum pernah ada upaya dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malaka untuk meninjau dampak kerugian warga usai terjadinya bencana banjir.
" DPRD juga sama. Mungkin ada beberapa yang turun tapi tidak terkonfirmasi sehingga saya tidak tau. Kalau yang biasa konfirmasi sebelumnya pasti saya tau," ucap Norbertus.
Nobertus mengatakan, warga yang alami kerugian itu sudah didata dan usulkan ulang - ulang ke BPBD, tapi belum ada bantuan bagi warga yang terdampak. Tiga tahun sebelumnya, biasa ada bantuan dari Pemda usai banjir, seperti beras, telur, mie dan air bersih. Tapi kalau tindakan nyata seperti rehabilitasi rumah yang rusak itu belum pernah dilakukan.
Kepada DPRD, Norbertus berharap agar selain pembangunan tanggul, jalan raya dan rumah rumah warga yang tertimbun material untuk dapat diperhatikan. Selain itu, Norbertus juga berharap agar program Bupati, Stefanus Bria Seran untuk melanjutkan pembangunan tanggul bisa segera direalisasi.
Baca juga: Aktivitas Produksi Garam di Sikka Terhambat Imbas Dilanda Banjir Rob
"Saya sangat mengharapkan terkait program Bupati untuk melanjutkan pembangunan tanggul ini bisa segera dilakukan secepatnya," harap Norbertus.
Kata Norbertus, sejak 28 Desember 2024 lalu hingga saat ini, banjir hampir setiap malam selalu terjadi akibat meluapnya kali. Banjir di Desa Oanmane untuk tahun ini sudah hampir 40-an kali dan meluap ke pemukiman warga.
"Untuk tahun ini intensitas banjir lebih tinggi, sehingga luapan banjirnya lebih besar di banding tiga tahun sebelumnya. Dia hampir sama dengan di tahun 2021. Walaupun tidak ada badai seperti badai seroja waktu itu, tapi tahun ini dia cukup intens terjadi tiap malam," kata Norbertus.
Norbertus membeberkan, jumlah penduduk di Desa Oanmane kurang lebih sebanyak 356 kepala keluarga. Semu penduduk rata rata berprofesi sebagai petani.
Warga Malaka Barat Harus Waspada
Masyarakat di Malaka Barat diimbau agar harus selalu waspada karena curah hujan masih cukup tinggi dan berusaha untuk bisa melakukan evakuasi mandiri pada saat banjir meluap.
"Saya mengimbau agar masyarakat harus selalu waspada pada saat hujan. Sekarang curah hujan masih cukup tinggi, jadi harus selalu waspada. Ketika banjir meluap itu harus segera melakukan evakuasi secara mandiri, jangan tunggu banjir masuk sampai ke rumah - rumah dulu," imbau Camat Kecamatan Malaka Barat, Remigius A. Y. Bria Seran kepada Pos Kupang, Rabu (2/4).
Remigius mengatakan, banjir di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka biasanya desa yang terkena dampak paling parah itu di Desa Rabasa, Desa Motaain, Desa Oanmane, Desa Sikun dan Desa Fafoe.
Baca juga: Warga Gotong Royong Perbaiki Jalan Rusak Akibat Banjir Rob di Palue Sikka, Tiga Tahun Tidak Respon
"Kemarin pada saat banjir, saya sempat pergi pantau di Desa Oanmane. Di sana kondisinya memang parah betul, lahan pertanian kena semua, terdampak semua," ucap Remigius.
Ia juga mengatakan untuk menangani masalah meluapnya banjir secara terus menerus solusinya adalah melanjutkan pembangunan tanggul.
"Di sana itu karena tebing dengan sungai itu rata sehingga mudah-mudahan dalam tahun ini mulai dikerjakan tanggul. Solusinya hanya bisa dilanjutkan dengan pembangunan tanggul. Itu saja," ucap Remigius. (ito)
NEWS ANALISIS
Pengamat Kebijakan Publik NTT, Ir. Habde Adrianus Dami
Kurangnya Mitigasi
KALAU kita ikuti pemberitaan berbagai media, hampir setiap tahun pada titik-titik tertentu terjadi bencana, banjir maupun longsor. Padahal siklus tahunan ini sebetulnya bisa di prediksi. Bahkan penanganan kita bisa menemukan mitigasi agar meminimalisir kerugian jiwa maupun material dari bencana.
Namun kalau kita ikuti sampai saat ini, mestinya pemerintah punya kebijakan. Begitu BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca, maka pemerintah daerah setempat dari provinsi sampai tingkat desa harus melakukan upaya struktural maupun non struktural.
Misalnya saja, penanganan mitigasi. Kita harus punya pemetaan daerah mana yang rawan bencana dan daerah mana yang potensi bencana tinggi dan ada pemukiman masyarakat.
Kemudian kita lakukan sosialisasi ke masyarakat, ini sesuai informasi BMKG akan potensi hujan lebat maka kita harus lakukan ini. Kita melihat siklus seperti ini sudah harusnya terbaca, kita terbantu informasi dari BMKG sehingga bisa melakukan antisipasi.
Justru yang terjadi kita tidak melakukan upaya mitigasi, respon dan pemulihan. Yang terjadi hanya tahap rehabilitasi dan rekonstruksi yang merupakan tahap terakhir. Jadi begitu ada bencana, jalan terputus baru pemerintah hadir.
Baca juga: Habde Dami: NTT Harus Punya Pemetaan Daerah Rawan Bencana
Sedangkan, tahap mitigasi, respon dan pemulihan justru kita sering abai. Menurut saya pemerintah harus hadir melihat kembali kebijakan penanganan bencana. Jangan sampai kita hanya hadir di tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
Saya melihat bahwa penanganan bencana, pemerintah tidak responsif cenderung berada ditahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Respon dan pemulihan itu cenderung lambat kalau kita katakan.
Memang kita melihat bahwa pemerintah punya sumber daya yang lebih besar. Mereka punya anggaran, sumber daya, alat dan perangkat sehingga porsi pemerintah harus kita letakkan secara proposional.
Sedangkan peran masyarakat juga tidak terlepas dari partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam hal ini. Memang kita mengalami dilematis dalam situasi seperti ini karena, seperti program pemukiman mestinya juga memprioritaskan masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana. Selama ini program relokasi sering menyasar ke masyarakat dengan pendekatan ekonomi kurang.
Sehingga prioritas masyarakat pada titik rawan bencana juga harusnya masuk dalam program relokasi yang dibuat pemerintah. Masyarakat di daerah rawan harus diperhatikan dan ditempatkan pada kawasan lebih aman.
Secara proposional sebetulnya tanggung jawab pemerintah lebih besar, tapi tidak lepas juga dukungan dan kesadaran masyarakat dalam mitigasi dalam bencana. Jadi ada keterikatan masyarakat juga.
Masyarakat juga harus menyadari juga dengan upaya mitigasi. Kita berharap masyarakat proaktif dalam program ini. Jangan sampai masyarakat turut ada dalam bagian pada persoalan ini.
Tempat-tempat umum seperti kantor desa, juga perlu difungsikan sebagai lokasi pengungsian bila ada bencana alam terjadi. Jangan sampai sudah terjadi bencana baru semua teriak. Koordinasi dari provinsi sampai tingkat paling bawah itu penting.
Yang paling penting menurut saya adalah kita membuat pemetaan wilayah rawan bencana sehingga kita ada antisipasi. Termasuk jalur penyelamat dan titik rawan bencana. Itu semua harus dipersiapkan.
Kita harus buat dari hulu ke hilir. Tidak saja kita sosialisasi ke masyarakat bahwa waspada dan selesai.
Kita perlu juga menyiapkan sarana prasarana pada situasi darurat. Begitu juga dengan titik jalan rawan longsor.
Petugas harus disiagakan di daerah rawan bencana agar segera melakukan pemulihan bila ada bencana. Sehingga tidak terjadi kerugian lebih banyak. (fan)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Sikka Terkini
banjir rob
Pos Kupang
POS-KUPANG.COM
Yohanes Januarius Marno
Simon Subandi Supriadi
Wakil Bupati Sikka
Lipsus
Liputan Khusus
LIPSUS: 1.000 Lilin Perjuangan untuk Prada Lucky Aksi Damai Warga di Nagekeo |
![]() |
---|
LIPSUS: Lagu Tabole Bale Bikin Prabowo Bergoyang , Siswa SMK Panjat Tiang Bendera |
![]() |
---|
LIPSUS: TTS Kekurangan Alat Diagnosa TBC, Lonjakan Kasus Semakin Mengkhawatirkan |
![]() |
---|
LIPSUS: Ibunda Prada Lucky Berlutut Depan Pangdam IX Udayana Piek Budyakto |
![]() |
---|
LIPSUS: Ibunda Prada Lucky Namo, Saya Hanya Ingin Keadilan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.