Timor Tengah Selatan Terkini

Kisah Antonia Berdayakan Pengungsi Tanah Longsor di Desa Kuatae

Kami dari panti asuhan secara materi terbatas, tetapi kami punya sedikit keahlian. Kami bisa bagi untuk anak-anak di sini

POS-KUPANG.COM/MARIA VIANEY G GOKOK
TRAUMA HEALING - Maya dan Richard, petugas promosi kesehatan di Posko Bencana Kuatae, GOR Nekmese, Kobelete, SoE, sedang melakukan aktivitas untuk trauma healing dan pengenalan PHBS kepada Anak Korban Bencana Longsor Desa Kuatae, Kecamatan Kota SoE, TTS pada Selasa (25/3/2025) 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Maria V Gunu Gokok

POS-KUPANG.COM, SOE - "Kami dari panti asuhan secara materi terbatas, tetapi kami punya sedikit keahlian. Kami bisa bagi untuk anak-anak di sini. Mungkin untuk obat trauma akibat bencana atau bisa sebagai usaha kecil-kecilan.”

SUDAH dua minggu korban bencana tanah longsor di Desa Kuatae, Kecamatan Kota Soe, Timor Tengah Selatan mengungsi.

Mereka belum bisa kembali dari lokasi pengungsian karena kondisi di desa tersebut masih rawan.

Untuk mengatasi trauma, anak-anak yang mendiami posko bencana terus diberdayakan, di antaranya dilakukan Panti Asuhan Pondok Karya Timor - SoE. 

Sejak 31 Maret 2025 hingga tanggal 2 April 2025, anak-anak diajarkan kerajinan tangan yang bisa langsung dijual.

Tidak hanya untuk mengisi waktu selama di pengungsian, anak-anak bisa mendapat keahlian baru.

Anak-anak dilatih membuat gantungan kunci dan gelang. Bahan-bahan disediakan petugas Panti Pondok Karya Timor.

Baca juga: Ketua DPRD TTS Ajak Masyarakat Bahu Membahu Bantu Desa Kuatae

Anak-anak tersebut diajarkan hingga fasih membuat kerajinan, baik itu gelang maupun gantungan kunci.

Manuel Makandoloe, Pengelolah Panti Asuhan Pondok Karya Timor - SoE, bersama istrinya Antonia Makandoloe- Koi  dan empat rekannya, memperoleh izin dari penanggung jawab posko bencana Kuatae untuk mendampingi anak-anak pengungsi.

"Kami dari panti asuhan, tentu secara materi kami terbatas, tetapi kami punya sedikit keahlian. Kami bisa bagi untuk anak-anak di sini. Mungkin untuk obat trauma akibat bencana atau bisa sebagai usaha kecil-kecilan," jelas Antonia.

Manuel Makandoleo menambahkan, untuk kerajinan ini dapat menjadi ide usaha dan menghasilkan. Ia menerangkan pada Selasa (1/4) ada yang datang ke GOR, melihat hasil kerajinan tangan anak di sini dan membelinya.

Dikatakan, timnya berencana mendampingi hanya satu hari, namun melihat antusias anak-anak dan dukungan dari pihak pengelolah posko bencana ini, kegiatan yang berlanjut hingga tiga hari.

Baca juga: Tanah Longsor di Desa Kuatae TTS, Emy Nomleni Minta Warga Direlokasi

"Kami sudah dari Senin kaka, tapi kalau anak-anak masih mau belajar, mungkin kami bisa lanjut lagi," Manuel Makandoloe

Awalnya sambung Antonia Makandoloe, mereka berkunjung ke posko bencana longsor Kuatae di Gor Nekmese untuk berdayakan anak agar melupakan bencana. Namun ada tujuan lain yang muncul, yaitu pelatihan usaha sederhana dan menambah keakraban.

"Awalnya kami datang mau bagi sedikit ide kreativitas. Tapi dengan kegiatan ini, saya lihat banyak nilai yang muncul. Kita latih anak-anak untuk belajar antre, berdoa sebelum kegiatan, tekun karena buat ini tidak cepat. Beberapa dari mereka sudah mulai tahu," jelas Antonia Makandoloe.

Dalam pembagiannya Antonia melatih anak-anak membuat gelang Kubihuma dari benang polycherry. Sedangkan Manuel mengajarkan pembuatan gelang makrame dari tali kur. Tentu dibantu rekan mereka yang lain.

Ternyata kegiatan ini tidak saja diminati anak-anak tetapi juga oleh ibu-ibu dan lansia. Dihari pertama, peserta hanya 10 orang. Kemudian hari kedua meningkat sebanyak 110 orang, dan hari ketiga berjumlah 60 orang yang terbagi dalam dua tim.

Baca juga: Sekolah Libur, Guru dan Pegawai SMA Kristen Kapan Bekerja di Posko Bencana Kuatae

Terkait teknik yang digunakan untuk memperkenalkan kepada anak bagaimana menghasilkan gelang maupun gantungan kunci, Antonia dan suami bersama tim, melakukan pendekatan secara langsung dan berkelompok.

Antonia Makandoloe menjelaskan. bahan dan alat, serta contoh hasil. Setelah itu, mereka membantu anak-anak untuk mulai melakukan proses pembuatan.

Bagi anak-anak yang tidak mengikuti penjelasan dari awal, dengan sabar Antonia mengumpulkan mereka, dan mengajarkan kembali teknik dari awal.

Antonia Makandoloe dan Manuel Makandoloe berharap, kegiatan ini tidak hanya sebatas berakhir di lokasi pengungsian tersebut tetapi bisa menjadi ide kreativitas anak-anak ditempat baru nanti.

Baca juga: Upaya Pengenalan PHBS oleh Dinkes TTS Bagi Anak-anak di Posko Pengungsian Bencana Kuatae

Kegiatan selama tiga hari ini ternyata memiliki tantangan tersendiri bagi Antonia Antonia Makandoloe dan Tim. Dihari pertama harus melakukan pengamatan dan beradaptasi.

Ia menjadi lebih sabar dalam mengajarkan anak-anak terlebih pada anak yang sulit mengantri dengan tenang. 

Yumina Selan (60), pengungsi yang juga mengikuti kegiatan ini menjelaskan, bersyukur karena diberikan kesempatan merajut lagi.

"Saya buat tas jinjing tapi untuk Alkitab. Sudah mau jadi, tapi talinya nanti pake tali kur saja," jelas Yumina Selan.

Ia merupakan pengungsi lansia yang menginap di kamar pengungsian nomor 5.

Baca juga: Trauma Healing dan Bantuan Nyata, Aksi YNS untuk Korban Bencana Kuatae TTS 

Menurutnya, daripada bermain hp sepanjang hari, ia bisa merajut tas. Ia berjanji jika tas yang ia hasilkan lebih dari satu, ia akan bagikan satu ke Antonia.

Sry Lemanah (15) remaja putri yang juga mengungsi di Gor Nekmese bersemangat mengikuti kegiatan itu. Ia mengatakan bangga bisa membuat gelang yang sering ia lihat di pasar. "

Buat gelang tidak susah. Kalau banyak saya bisa jual," ujar Sry Lemanah. (maria vianey gunu gokok)

POS KUPANG/MARIA VIANEY GUNU GOKOK
MEMBUAT GELANG - Antonia dan rekannya mengajarkan cara membuat gelang Kabihimo anak-anak korban bencana tanah longsor di Desa Kuatae, Kecamatan Kota Soe  yang mengungsi  di GOR Nekmese, Rabu (2/4)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved