El Tari Memorial Cup 2024

Sepak Bola Tak Berbohong

Lalu bagaimana nilai-nilai mendasar itu terjelma dalam praktik sepak bola di Indonesia pada umumnya dan NTT pada khususnya? 

|
Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/HO-DOK PANITIA
BINTANG TIMUR ATAMBUA JUARA- Kesebelasan Bintang Timur Atambua menjuarai Liga 4 NTT - El Tari Memorial Cup 2024. Bintang Timur menang adu penalti 4-2 atas Persebata Lembata di final, Senin (24/3/2025) malam. 

Oleh: Robert Bala
Ketua Penyelenggara SMA SKO San Bernardino Lembata

POS-KUPANG.COM - El Tari Memorial Cup (ETMC) ke-33 telah usai. Piala diarak ke Atambua, ke sebuah klub sepak bola: Bintang Timur Atambua (BTA). 

Sebuah kemenangan yang tentu tidak mudah saya terima sebagia orang Lembata. Sembur paus sudah sangat menghipnotis sehingga ketika memimpin 2-0, selebrasi sudah disiapkan. 

Fakta berkata lain. Piala yang sudah ‘dipeluk’ itu terlepas. Ia menuju Sekolah Sepak Bola (SSB) yang didirikan oleh Farry Francis 11 tahun silam (2014). 

Hal ini memunculkan pertanyaan yang menjadi latar belakang tulisan ini: mengapa justru sebuah SSB yang menjadi juara dan dalam beberapa tahun terakhir sudah menempati 8 malah 4 besar? 

Pertanyaan ini penting karena sejak 1968, belum ada klub yang menjadi pemenang. 

PSN Ngada sebagai rajanya sepak bola NTT menjadi juara 8 kali disusul PSK Kupang (6 kali), Perseftim Flores Timur (5 kali). Lalu Perse (Ende) dan Persami Maumere, masing-masing 3 kali. 

Kalau kini diambil oleh sebuah SSB yang jangkauannya kecil, maka hal itu perlu mendapatkan refleksi. 

Robert Bala
Robert Bala (KOMPASIANA.COM)

Pertanyaan ini juga mestinya jauh lebih penting daripada tenggelam dalam kekecewaan para pendukung setia. 

Menganalisis pertanyaan dan mencari jawabannya mestinya menjadi hal yang jauh lebih penting daripada sekadar saling  mengumpat di medsos, hal mana menjadi salah satu ciri khas negatif (beberapa) orang NTT. 

Hendrik Johannes Cruijff (1947-2016), salah satu pemain sepak boleh terhebat dalam sejarah sepak bolah Belanda dan pernah memenangkan Ballon d'Or tiga kali (1971, 1973, dan 1974), pernah ditanyakan tentang definisinya tentang sepak bola. 

Dengan tegas ia mengatakan, sepak bola adalah: recibir (menerima), controlar (mengontrol), correr (berlari), pasar (mengoper) la pelota (bola). 

Di balik kata-kata ini sebenarnya yang ingin dikatakan tentang falsafah kehidupan itu sendiri. Kita menerima kehidupan dalam tubuh kita sejak lahir. 

Kita lalu bertumbuh, berkembang hal mana digambarkan sebagai berlari. Pada akhirnya kita harus mengoper kehidupan itu.  

Singkatnya, kehidupan tidak pernah berhenti bergerak, ia berpindah dari satu ke yang lain. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved