Opini

Opini: Jembatan Kembar Liliba Kupang

Bagaimana mengantisipasi sehingga tindakan yang tidak kita terima ini bisa dikurangi malah bisa mencapai titik nol? 

|
Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Robert Bala. 

Menurut Kepala Program Studi Bimbingan Konseling Unrika Ramdani, dari banyak orang yang berhasil digagalkan niat aksi bunuh diri, mereka ungkapkan bahwa tidak semua orang yang bunuh diri ingin mati. 

Dalam pendampingan, diperoleh informasi bahwa ada orang yang ingin bunuh diri selain karena termotivasi oleh berita juga karena ingin agar kematiannya diperhatikan banyak orang (Kompas, 22/7/2024). 

Lalu mengapa orang (terutama remaja), berani melakukan tindakan yang nekat ini? 

Pertama, tindakan bunuh meski dilakukan secara sangat cepat dengan memanfaatkan waktu yang kadang sangat singkat, tetapi bila ditelusuri, ia merupakan rangkaian yang sudah terjadi dalam waktu yang lama. 

Awalnya muncul ideasi bunuh diri. Di sini ketika menghadapi persoalan, orang secara spontan mengungkapkan secara ‘ceplas-ceplos’ akan bunuh diri. 

Namun ungkapan pertama kali ini ketika terjadi secara berulang-ulang, bisa jadi hadir dan direkam dalam pikiran bawah sadar dan bisa meningkat kepada pencobaan bunuh diri. Hal ini bisa dilakukan dengan melukai diri sendiri (self injury). 

Kedua, oleh minimnya keterbukaan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dan keterbukaan kadang tidak dianggap penting karena remaja misalnya menganggap bahwa persoalan (stress) yang dialami sudah tidak bisa diatasi. 

Di sini remaja biasanya langsung melakukan seperti sabotase diri dengan mengklaim tentang ketidakmungkinan menyeleesaikan persoalan dan penilaian bahwa persoalan itu sudah sangat parah.  

Komunikasi seperti bila dibandingkan antara wanita dan pria maka terlihat perbedaan yang tajam.  

Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa pada tahap idease bunuh diri, lebih banyak wanita yang mengungkapkan keinginan bunuh diri. 

Mereka menceritakan atau memasang status di medsos yang menggambarkan suasana batin. Remaja pria biasanya lebih kurang. Tetapi saat terjadi tindakan bunuh diri justru laki-laki yang lebih banyak.  

Di sini bisa jadi penjelasan bahwa laki-laki mestinya lebih diarahkan untuk menjadi terbuka mengungkapkan perasaan hati dan tidak menutupnya. 

Hal itu menjadi sebab  mengapa di banyak negara perbandingan wanita dan laki-laki dalam aksi bunuh diri adalah 1:2. Di Amerika Serikat malah 1: 4. 

Data di atas mau mengingatkan bahwa tidak ada orang yang menghendaki kematian pada dirinya. 

Semua orang yang telah lahir memiliki perjuangan untuk hidup. Tindakan bunuh diri yang terjadi begitu cepat, bila dipikirkan lebih matang tidak akan mengantar orang pada tindakan yang fatal ini. Singkatnya, tidak ada orang yang mengharapkan hal itu terjadi. 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved