Opini
Opini: Quick Win Kemendukbangga/BKKBN, Strategi Cepat Wujudkan Keluarga Sejahtera
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami bonus demografi sejak tahun 2010 dan diperkirakan akan berlangsung hingga 2030.
Oleh: Eduardus Johanes Sahagun, M.A
Widyaiswara pada Pusat Pengembangan SDM Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN
POS-KUPANG.COM - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN), yang sebelumnya dikenal sebagai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), memiliki peran strategis dalam mengelola perkembangan kependudukan dan meningkatkan kualitas hidup keluarga di Indonesia.
Sebelum menjadi Kementerian, fungsi-fungsi terkait kependudukan, pembangunan keluarga, dan keluarga berencana dikelola dengan fokus utamanya adalah implementasi program di tingkat mikro.
Pada akhir tahun 2019, BKKBN melakukan rebranding Program KKBPK menjadi Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana).
Perubahan ini mencerminkan perluasan cakupan program yang tidak hanya fokus pada Keluarga Berencana (KB), tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup keluarga dan pengendalian jumlah penduduk.
Sejak bertransformasi pada akhir tahun 2024, Kementerian ini telah menetapkan arah kebijakan yang lebih komprehensif dan terintegrasi. Kemendukbangga/BKKBN memiliki tanggung jawab utama dalam mengelola urusan kependudukan dan pembangunan keluarga di Indonesia.
Dengan pembentukan Kemendukbangga/BKKBN, peran strategis dalam penetapan kebijakan nasional, termasuk isu migrasi dan urbanisasi, menjadi lebih terkoordinasi dan terarah.
Dengan peningkatan status kelembagaan ini, kebijakan yang diterapkan dapat lebih berdampak luas dan efektif dalam menjawab tantangan kependudukan di Indonesia.
Kebijakan nasional yang diusung Kemendukbangga/BKKBN sejalan dengan prioritas pembangunan nasional, seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penguatan ketahanan budaya bangsa.
Melalui program-program strategis, kementerian ini berupaya mewujudkan keluarga berkualitas yang menjadi pilar utama dalam mencapai tujuan pembangunan nasional.
Dinamika Permasalahan Keluarga
Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai fenomena demografis yang memengaruhi struktur sosial dan ekonomi masyarakat. Setidaknya, terdapat beberapa isu utama yang perlu mendapatkan atensi serius dari Pemerintah, diantaranya bonus demografi, fenomena childfree, fatherless, serta kualitas hidup Lansia.
Bonus demografi merujuk pada periode ketika proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia non-produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).
Periode ini memberikan peluang ekonomi yang signifikan, asalkan didukung oleh kebijakan yang tepat.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami bonus demografi sejak tahun 2010 dan diperkirakan akan berlangsung hingga 2030.
Pada periode ini, jumlah penduduk usia produktif mencapai puncaknya, memberikan potensi peningkatan produktivitas nasional.
Namun, untuk memanfaatkan peluang ini, investasi dalam pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja yang layak sangat diperlukan.
Selain itu, fenomena childfree juga mulai nampak. childfree adalah keputusan individu atau pasangan usia subur untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun melalui adopsi.
Fenomena ini mulai mendapatkan perhatian di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data BPS, prevalensi perempuan yang memilih childfree meningkat dari 7 persen pada tahun 2019 menjadi 8,2 persen pada tahun 2022.
Angka ini setara dengan sekitar 71.000 perempuan usia produktif yang memutuskan untuk tidak memiliki anak.
Fenomena ini lebih banyak ditemui di Pulau Jawa, terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, serta di kalangan perempuan berpendidikan tinggi.
Fenomena fatherless mengacu pada kondisi di mana anak tumbuh tanpa figur ayah, baik karena perceraian, kematian, atau ketidakhadiran ayah secara fisik, psikologis, maupun emosional.
Kehadiran ayah dalam pengasuhan anak memiliki peran penting dalam
perkembangan emosional dan sosial anak. Menilik data UNICEF tahun 2021 menunjukkan bahwa 20,9 persen anak di Indonesia mengalami kondisi fatherless.
Selain itu, BPS mencatat bahwa hanya sekitar 37,17 persen anak usia 0-5 tahun yang mendapatkan pengasuhan lengkap dari kedua orang tua.
Hal ini menandakan bahwa lebih dari separuh anak di Indonesia tidak mendapatkan pengasuhan optimal dari figur ayah.
Persepsi bahwa peran ayah sebatas mencari nafkah dan tanggung jawab pengasuhan sepenuhnya pada ibu menjadi salah satu penyebab minimnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan.
Selain fenomena tersebut, penuaan usia lanjut menjadi isu penting seiring dengan meningkatnya harapan hidup dan penurunan angka kelahiran.
Peningkatan jumlah lansia menimbulkan tantangan dalam penyediaan layanan kesehatan, jaminan sosial, dan dukungan sosial.
Data BPS menunjukkan bahwa proporsi penduduk usia 60 tahun ke atas meningkat dari 7,6 persen pada tahun 2010 menjadi 9,6 persen pada tahun 2020. Diperkirakan, pada tahun 2035, jumlah lansia akan mencapai 12,9 persen dari total penduduk Indonesia.
Peningkatan jumlah lansia memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan pembangunan, termasuk penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai dan program jaminan sosial yang inklusif.
Fenomena yang telah dijelaskan tadi memiliki dampak signifikan terhadap struktur sosial dan ekonomi Indonesia.
Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam merancang kebijakan dan program yang dapat memaksimalkan potensi bonus demografi, mendukung keluarga dalam pengasuhan anak, serta menyediakan layanan yang memadai bagi populasi lansia.
Dengan pendekatan yang tepat, tantangan yang ditimbulkan dapat diubah menjadi peluang untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Quick Win Kemendukbangga/BKKBN: Strategi Cepat Wujudkan Keluarga Sejahtera
Dari dinamika permasalahan keluarga yang kompleks, Pemerintah terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai program strategis.
Salah satu program yang tengah menjadi sorotan adalah Quick Win dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN.
Program ini merupakan strategi percepatan untuk mencapai target pembangunan keluarga yang berkualitas dengan pendekatan yang lebih efektif dan efisien.
Dengan adanya Quick Win, diharapkan setiap kebijakan yang dijalankan dapat memberikan hasil signifikan dalam waktu singkat, tanpa harus menunggu siklus program jangka panjang yang biasanya memerlukan waktu bertahun-tahun.
Terdapat Lima program quick win yang dicanangkan Kemendukbangga/BKKBN yaitu:
1. Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting (GENTING)
Program ini bertujuan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam memberikan bantuan tambahan nutrisi dan non-nutrisi kepada keluarga yang berisiko stunting.
Bantuan non-nutrisi mencakup perbaikan rumah layak huni, penyediaan air bersih, hingga edukasi pencegahan stunting.
Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat sebagai orang tua asuh, program ini diharapkan dapat menurunkan angka stunting secara signifikan dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif
2. Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA)
Bagi orang tua yang bekerja, ketersediaan tempat penitipan anak yang berkualitas menjadi kebutuhan penting.
Program TAMASYA hadir sebagai solusi dengan menyediakan daycare unggul yang berstandar tinggi melalui kolaborasi antara lembaga pemerintah dan swasta.
Dengan adanya fasilitas ini, orang tua dapat bekerja dengan tenang, mengetahui bahwa anak-anak mereka mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang baik.
Hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja formal, mengingat data BPS tahun 2024 menunjukkan hanya 36,32 persen perempuan yang bekerja di sektor formal dibandingkan dengan laki-laki sebesar 45,81 persen.
3. Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI)
Peran ayah dalam keluarga seringkali kurang mendapatkan perhatian, padahal kehadiran figur ayah sangat penting dalam pembentukan karakter dan kesejahteraan anak.
Program GATI bertujuan untuk membentuk generasi yang lebih kuat dan tangguh serta menghindari dampak negatif akibat ketiadaan figur ayah dalam keluarga.
Melalui konsorsium komunitas Ayah Teladan, program ini mengajak para ayah, maupun calon ayah untuk lebih aktif terlibat dalam pengasuhan dan pendidikan anak dan remaja, sehingga tercipta lingkungan keluarga harmonis dan mendukung perkembangan yang optimal.
4. Lansia Berdaya (SIDAYA)
Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, jumlah lansia di Indonesia juga semakin bertambah. Program Lansia Berdaya berupaya menyediakan layanan home care berbasis komunitas bagi lansia yang tidak mendapatkan perawatan oleh anak-anak mereka.
Selain itu, program ini juga memberikan bantuan layanan kesehatan gratis di puskesmas dan RSUD tanpa rujukan, serta pemberdayaan lansia sesuai kapasitas mereka di sektor pekerjaan yang relevan melalui Sekolah Lansia. Tujuannya adalah memastikan para lansia tetap produktif, sehat, dan mendapatkan perhatian yang layak, sehingga kualitas hidup mereka tetap terjaga.
5. Supper Apps tentang Keluarga
Dalam era digital, akses informasi dan layanan yang mudah menjadi kebutuhan masyarakat. Kemendukbangga/BKKBN merespons hal ini dengan mengembangkan SuperApps berbasis Artificial Intelligence (AI) yang berfungsi untuk mengoptimalkan ketahanan keluarga serta mendukung kebijakan berbasis data yang lebih akurat dan efisien.
Aplikasi ini akan mengintegrasikan berbagai layanan keluarga, seperti konsultasi kesehatan reproduksi, tumbuh kembang anak, layanan untuk lansia, hingga pendataan keluarga.
Dengan demikian, masyarakat dapat mengakses berbagai informasi dan layanan terkait keluarga dalam satu platform yang user-friendly dan terintegrasi.
Kelima Quick Win ini memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui penguatan peran keluarga dalam berbagai aspek kehidupan.
Sasaran program mencakup seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, orang tua, hingga lansia.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan inklusif, program-program ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan individu sejak dini hingga usia lanjut.
Implementasi Quick Win ini diharapkan dapat memberikan hasil nyata dalam jangka pendek maupun panjang seperti penurunan angka stunting, peningkatan peran ayah dalam keluarga, pemberdayaan lansia menjadi lansia tangguh, dan penyediaan fasilitas pengasuhan anak yang berkualitas serta kemudahan dalam akses informasi mengenai keluarga. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.