Opini
Opini: Game Online di Kota Kupang, dari Hiburan ke Industri Kreatif yang Menggeliat
Indonesia sendiri merupakan salah satu pasar terbesar untuk game online di Asia Tenggara, dengan lebih dari 100 juta pemain aktif.
Oleh: Deford Nasareno Lakapu
Ketua Esports Indonesia Kota Kupang
POS-KUPANG.COM - Dunia game online di Kota Kupang telah berkembang dengan pesat, bukan hanya sebagai bentuk hiburan tetapi juga sebagai peluang karier yang nyata bagi generasi muda.
Perubahan ini sejalan dengan tren global di mana industri game tidak lagi dipandang sebelah mata, melainkan menjadi salah satu sektor ekonomi kreatif yang tumbuh paling cepat.
Bagi Kota Kupang, yang selama ini masih bertumpu pada sektor ekonomi konvensional, industri game bisa menjadi salah satu motor penggerak baru yang membawa transformasi ekonomi digital dan membuka banyak lapangan kerja di masa depan.
Sejarah perkembangan game di Kupang berawal dari era warnet di awal tahun 2000-an, ketika anak-anak muda berkumpul untuk bermain game PC seperti Counter-Strike, Warcraft III, dan Dota.
Saat itu, game masih dianggap sekadar sebagai hiburan dan bahkan sering mendapat stigma negatif. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, game berkembang menjadi ekosistem yang lebih kompleks.
Internet yang lebih cepat, munculnya game mobile seperti Free Fire, Mobile Legends, PUBG Mobile dan Rally Fury, serta berkembangnya komunitas esports menjadikan game bukan lagi sekadar hiburan, melainkan juga ladang kompetitif dengan potensi ekonomi yang besar.
Saat ini, game telah menjadi medium yang menghubungkan banyak sektor, termasuk edukasi, pariwisata, pemasaran digital, hingga investasi dalam industri teknologi.
Secara nasional, industri game telah tumbuh dengan sangat pesat. Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa industri game di Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 9,17 persen pada tahun 2020, menjadikannya salah satu subsector ekonomi kreatif dengan perkembangan tercepat.
Indonesia sendiri merupakan salah satu pasar terbesar untuk game online di Asia Tenggara, dengan lebih dari 100 juta pemain aktif.
Sayangnya, pertumbuhan pesat ini masih lebih banyak didominasi oleh kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
Kota Kupang, sebagai salah satu kota utama di Indonesia Timur, sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk menjadi bagian dari revolusi digital ini jika ekosistem yang mendukung dapat dikembangkan dengan lebih serius.
Pemerintah Kota Kupang di bawah kepemimpinan dr. Cristian Widodo dan Serena Cosgrova Francis memiliki kesempatan yang tepat untuk membangun industri game sebagai bagian dari agenda pembangunan ekonomi berbasis digital.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mewujudkan hal ini. Pertama, investasi dalam infrastruktur digital harus menjadi prioritas.
Internet yang cepat dan stabil sangat penting untuk menunjang aktivitas gaming, baik untuk para pemain esports, pengembang game, maupun kreator konten yang membutuhkan akses internet berkualitas tinggi untuk streaming dan pembuatan konten.
Pemerintah Kota Kupang dapat bekerja sama dengan penyedia layanan internet untuk memperluas jangkauan internet berkualitas tinggi, terutama di pusat kota dan area yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pusat ekonomi kreatif.
Kedua, pendidikan dan pelatihan harus menjadi fokus utama dalam membangun ekosistem industri game yang berkelanjutan.
Saat ini, masih sangat sedikit sekolah atau institusi pendidikan di Kota Kupang yang menyediakan program khusus dalam bidang game development, coding, desain grafis, atau digital marketing yang terkait dengan industri game.
Padahal, jika melihat tren global, keterampilan dalam bidang game development dan teknologi digital adalah salah satu yang paling dibutuhkan di masa depan.
Pemerintah Kota Kupang bisa menggandeng universitas, akademi teknologi, serta perusahaan startup untuk membuka program pelatihan atau workshop bagi anak muda yang ingin terjun ke industry ini.
Selain itu, penting untuk mengembangkan inkubator bisnis yang dapat membantu para pengembang game lokal mendapatkan akses ke sumber daya dan mentor yang bisa membimbing mereka untuk menciptakan produk yang kompetitif.
Ketiga, ekosistem esports di Kota Kupang harus diperkuat. Saat ini, sudah ada beberapa komunitas dan organisasi esports di Kupang yang aktif dalam mengembangkan bakat-bakat muda di bidang gaming kompetitif.
Namun, dukungan dari pemerintah dan sektor swasta masih sangat terbatas. Jika ingin menjadikan Kupang sebagai kota esports yang berkembang, maka turnamen-turnamen skala besar harus lebih sering diadakan.
Turnamen seperti Walikota Kupang Cup atau liga game regional bisa menjadi langkah awal untuk memperkenalkan Kupang ke industri esports nasional dan menarik sponsor dari perusahaan teknologi serta brand besar yang ingin berinvestasi di dunia gaming.
Selain itu, pendirian esports training center bisa menjadi salah satu langkah strategis untuk mencetak atlet esports profesional yang bisa bersaing di level nasional maupun internasional.
Keempat, industri game di Kota Kupang juga bisa dikaitkan dengan sektor pariwisata dan budaya lokal.
Salah satu tren global dalam industri game adalah pengembangan game berbasis budaya lokal, di mana elemen-elemen sejarah dan tradisi daerah diadaptasi ke dalam dunia virtual.
Misalnya, pengembang game lokal bisa menciptakan game dengan latar belakang budaya Timor yang kaya, termasuk cerita rakyat, arsitektur tradisional, atau lanskap khas Nusa Tenggara Timur.
Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kesadaran akan warisan budaya daerah, tetapi juga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan dan investor yang tertarik dengan kekayaan budaya yang ditawarkan oleh Kupang dan sekitarnya.
Kelima, untuk memastikan keberlanjutan industri ini, dukungan regulasi dan kebijakan dari pemerintah sangat diperlukan.
Saat ini, masih banyak pengembang game dan startup digital yang kesulitan mendapatkan akses ke pendanaan atau insentif bisnis.
Pemerintah Kota Kupang bisa mengambil inisiatif dengan menyediakan program pendanaan untuk startup di sektor game dan esports, memberikan insentif pajak bagi perusahaan yang berinvestasi di industri game lokal, serta menyederhanakan regulasi agar lebih ramah bagi pengembang game dan content creator.
Jika ekosistem yang sehat dapat diciptakan, maka tidak menutup kemungkinan dalam beberapa tahun ke depan, Kota Kupang bisa menjadi salah satu pusat pertumbuhan industri game di Indonesia Timur.
Namun, pertanyaannya adalah: apakah kita siap untuk mengambil peluang ini? Apakah kita hanya akan menjadi konsumen pasif dalam industri game global, ataukah kita berani untuk menciptakan sesuatu yang unik dan bernilai dari Kupang?
Jangan sampai kita hanya menjadi penonton sementara kota-kota lain melesat maju dalam industri ini.
Pemerintah, komunitas, dan pelaku bisnis harus bersinergi untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan industri game, sehingga anak muda Kupang tidak perlu lagi pergi ke luar daerah untuk mencari peluang, tetapi bisa membangun karier mereka di sini, di tanah kelahiran mereka sendiri.
Dengan potensi yang besar, strategi yang tepat, serta dukungan penuh dari berbagai pihak, game online bisa menjadi lebih dari sekadar hiburan.
Ia bisa menjadi simbol inovasi, penggerak ekonomi, serta kebanggaan bagi Kota Kupang sebagai salah satu kota digital di Indonesia Timur.
Saat ini adalah momen yang tepat untuk berani melangkah maju dan menjadikan game sebagai bagian dari transformasi ekonomi Kota Kupang di era digital. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.