NTT Terkini
Workshop Psikososial Pekerja Lapangan Pemberantas TPPO dan TPKS di NTT
Lokakarya ini membahas berkonsep talk show dan dialog yang proaktif, serta pemaparan materi mendalam dibeberapa sesi selama tiga hari.
Laporan Reporter POS- KUPANG.COM, Maria Vianey Gunu Gokok
POS-KUPANG.COM, KUPANG - "Kegiatan workshop ini bertujuan membangun komunikasi dan media berbagi bagi pekerja langsung di lapangan dan pekerja tidak langsung terkait penanganan TPPO dan TPSK khususnya di NTT," ujar Pendeta Elga Sarapung saat workshop yang berlangsung di Biara Susteran SSps Belo, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Rabu (5/3/2025).
Workshop ini akan berlangsung hingga Jumat (7/3/2025) mendatang.
Dalam kegiatan ini dengan metode talk show dan dialog yang proaktif, serta pemaparan materi mendalam dibeberapa sesi selama tiga hari.
Pada sesi pembukaan, dilakukan dialog yang membahas "Mencari Solusi Agar Manusia Tidak Diperdagangkan, Kekerasan Terhadap Perempuan Tidak Menjadi Kebiasan". Mungkinkah?
Kegiatan ini diinisiasikan oleh Zero Human Traffiking Network, khusus tim lobi dan advokasi, melalui Institut DIAN/Interfidei.
Baca juga: Polda NTT Berhasil Selamatkan Korban TPPO asal NTT di Jawa Barat
Lokakarya berlangsung dengan metode talkshow dengan Narasumber yaitu Romo Leo Mali, Pendeta Merry Kolimon, Anton PS Wibowo dari Pihak LPSK, dan Sonya Helen Sinombor dari Media Kompas.
"Keresahan kami memilih NTT karena paling banyak. Dari data tahun lalu, ada 124 Kargo mayat korban TPPO yang tiba di Bandara El Tari, sangat memiluhkan," ujar Pendeta Elta.
Lokakarya juga menjadi kegiatan lintas agama karena menghadirkan Perwakilan dari Agama Islam, Kristen dan Katolik.
Menggunakan pendekatan psikososial dengan peserta dari hampir seluruh kabupaten di NTT dan juga mengundang pihak polda dan pemerintah.
Selain itu, Elga juga menekankan semua lapisan masyarakat, tokoh agama, gereja harus terlibat dalam penanganan kasus ini dan mendukung penyelesaian kasus TPPO dan TPSK.
Ia berharap kegiatan ini akan menjadi kegiatan rutin tahunan yang merangkul lebih banyak pelaku pekerja kemanusiaan.
Selain itu juga, agar Gubernur yang baru dapat lebih peka mengatasi persoalan TPPO dan TPSK di NTT.
Pater Vande Raring, SVD mengatakan kegiatan ini menjadi suatu momen untuk refleksi sekaligus menguatan satu sama lain dalam jejaring kerja untuk HAM.
"Karena mungkin selama ini, orang kerja sendiri-sendiri, kemudian dipertemukan dengan orang banyak sehingga memberikan kebaharuan," ujar Vande.
Ia sebagai peserta Lokakarya dari Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) SVD, Maumere, mengaku selama kegiatan ini, mendapat peneguhan dan penguatan untuk terus memperjuangkan kemanusiaan. Selain itu, ia merasa tidak sendiri dalam gerakan ini.
Vande berharap negara juga hadir untuk memberikan perlindungan dan penegakan yang adil dalam kasus TPPO dan TPKS.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.