Opini
Opini: Aku dan Santarang
Dalam tulisan itu digambarkan tentang awal pembentukan dan kegiatan apresiasi-kritik yang telah dilakukan komunitas.
Kelemahan pada buku ini adalah tata letak yang kurang rapi. Buku puisi ini kemudian diterbitkan ulang dengan judul “Memoria” (IBC, 2013).
Mario, yang saat itu bertugas sebagai pemimpin redaksi, meminta saya untuk mengasuh rubrik resensi. Tugasnya sederhana: menyeleksi tulisan yang masuk, dan bila tak ada tulisan maka saya yang harus mengisi rubrik ini.
Kesempatan ini saya pakai untuk menyeleksi tulisan dan buku-buku serta menakar sudah sejauh mana bacaan saya bergerak.
Selain mengisi rubrik resensi, saya menulis juga di rubrik esai dan puisi. Rubrik puisi barangkali adalah rubrik yang paling banyak diminati.
Tercatat beberapa nama yang penting disebut akhir-akhir ini seperti Dalasari Pera, Kiki Sulistyo, Ilda Karwayu, Jamil Massa, dan Felix K. Nesi mengirimkan puisinya pada tahun-tahun awal penerbitan Santarang.
Selain itu, Santarang menjadi ladang persemaian bibit karya bagi penulis yang sedang bertumbuh. Hal yang justru tak bisa dijangkau dan dipelihara oleh media-media lokal.
Mario lalu meminta saya untuk mengisi rubrik profil. Dengan berbekal bacaan pada rubrik “Tamu Kita” di Pos Kupang dan rubrik “Persona” di Kompas Minggu, saya mewawancarai beberapa penulis.
Di Seminari Tinggi St. Mikhael saya mewawancarai Januario Gonzaga, Christo Ngasi dan Ishak Sonlay. Di Naimata, selain menulis profil Mario F. Lawi, saya berkesempatan untuk mewawancarai Cyprian Bitin Berek untuk edisi Februari 2014.
Puisi Cyprian berjudul ‘Istri Lot’ memang dijadikan rujukan oleh Goenawan Mohamad dalam menulis Catatan Pinggir di Majalah Tempo edisi 14-20 Februari 2011, tapi jauh sebelum itu, puisi-puisi Cyprian telah saya baca sejak seminari menengah Oepoi dan mengajarkan saya bagaimana imaji biblikal itu dituliskan.
Buku puisi “Pertarungan di Pniel” karya Cyprian Bitin Berek kemudian diterbitkan Penerbit Dusun Flobamora pada tahun 2019.
Berbeda dengan menulis di rubrik resensi, dengan menulis profil saya mampu mengukur sejauh mana pengembaraan kreatif seseorang bekerja. Mario F. Lawi mengagumi para penyair Latin.
Cyprian membaca WS Rendra dan Federico Garcia Lorca. Januario Gonzaga menyukai Albert Camus dan Sartre.
Seperti Mario F. Lawi yang semasa SMA menemukan Arundhati Roy lewat komentar Melani Budianta di buku “Peri Kecil di Sungai Nipah” karya Dyah Merta, saya belajar menemukan nama-nama yang disebutkan para narasumber untuk memperkaya khazanah bacaan saya.
Berkaitan dengan akses bacaan ini, seringkali Mario menjadi rujukan bagi saya dan teman-teman.
Hal ini diakui pula oleh Giovanni Arum dalam diskusi buku “Imaji Biblikal dan Penghayatan Iman personal” dan buku puisi “Ekaristi” di Seminari Tinggi St Mikhael, Kamis, 20 Februari 2025.
Saddam HP
Santarang
jurnal sastra Santarang
Opini Pos Kupang
Felix K Nesi
sastrawan Mario F. Lawi
Cyprian Bitin Berek
Opini: Prada Lucky dan Tentang Degenerasi Moral Kolektif |
![]() |
---|
Opini: Drama BBM Sabu Raijua, Antrean Panjang Solusi Pendek |
![]() |
---|
Opini: Kala Hoaks Menodai Taman Eden, Antara Bahasa dan Pikiran |
![]() |
---|
Opini: Korupsi K3, Nyawa Pekerja Jadi Taruhan |
![]() |
---|
Opini: FAFO Parenting, Apakah Anak Dibiarkan Merasakan Akibatnya Sendiri? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.