Opini

Opini: Negara Ideal

Jika tidak, teori-teori hanya menjadi semacam idealisme yang mengawan, tanpa jembatan penghubung untuk dipahami secara utuh. 

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Kris Ibu 

Kemendesakan Teori yang Berpraktis dalam Bernegara

Konsistensi antara teori dan praktik ini mesti menjadi patokan dan pegangan bagi mereka yang menjalankan roda pemerintahan. 

Konsep ideal dari negara yang coba dirumuskan dalam berbagai macam perundangan mesti bermuara pada konkretisasi di tengah dunia social kemasyarakatan. 

Selain itu, karya-kerja-kinerja pemerintahan yang dijalankan mesti diinspirasi dari idealisme bersama akan martabat bangsa yang luhur. Ketenggelaman pada yang satu akan mengakibatkan fanatisme, bahkan romantisasi yang tidak perlu.

Berhadapan dengan berbagai macam problem kemiskinan dan penderitaan di mana ketidakadilan menunjukkan taringnya di satu sisi dan begitu banyak orang susah dan menderita yang menjadi korban di pihak lain, negara dituntut untuk hadir. 

Negara, sesuai amanat undang-undang sejatinya mesti menarik keluar mereka yang terjerembab dalam kubang kemiskinan dan kesengsaraan. Negara mesti hadir dan terlibat di tengah-tengah mereka.

Pemegang tampuk kekuasaan tidak hanya membeberkan pidato atau mengumbar retorika yang mengundang decak kagum para pendengarnya. Ia tidak berhenti pada teori tentang option for the poor. 

Lebih dari itu, negara mesti merealisasikan apa yang dicanangkan para founding fathers lewat karya konkrit yang nyata. 

Negara mesti mengalami realitas penderitaan mereka dan memberikan kesembuhan di tengah keterlukaan anak bangsa. Tidak ada jarak antara kata-kata dan tindakan.

Bahkan, pada taraf yang lebih tinggi, negara mesti rela berkorban. Dalam tradisi kekristenan, pengorbanan diri Yesus, Sang Penyelamat, di salib adalah contoh paling nyata. Ia mencari manusia yang lemah dan menawarkan cinta dan kesetiaan-Nya.

Dengan itu, Allah menjadi pegangan hidup dan selalu diandalkan dalam kehidupan setiap orang beriman. 

Salib juga merupakan suatu gugatan Allah atas manusia. Allah menggugat manusia yang mapan hidupnya, yang sering menjalani gaya hidup lama di mana hak-hak orang lain dirampas dan direnggut dengan paksa. 

Salib menjadi tanda nyata Allah yang merangkul dan memberikan hidup kepada manusia, sekaligus mau menyatakan bahwa Allah dapat diandalkan.

Dengan itu, manusia dapat memulai suatu hidup yang baru. Hidup yang ditandai oleh rasa persaudaraan dan solidaritas di antara sesama manusia (Georg Kirchberger: 2012, hlm. 383).

Yesus Kristus selalu menyelaraskan dan mempertautkan antara teori dan karya-Nya di dunia. Ia dengan sadar mengaktualisasikan teori perihal Kerajaan Allah dengan berpaling pada mereka yang menjadi korban dari kekuasaan yang tamak. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved