Renungan Harian Katolik 

Renungan Harian Katolik Minggu 16 Februari 2025, Berbahagialah Hai Kamu

berusaha supaya hidup sejahtera, dikenal baik, berstatus sosial tinggi, boleh makan-minum sepuasnya dan tertawa menikmati hidup ini?

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-PASTOR JHON LEWAR SVD
RENUNGAN - Pastor John Lewar, SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu (16/2/2025), Berbahagialah Hai Kamu 

Oleh : Pastor Jhon Lewar SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 16 Februari 2025, Berbahagialah Hai Kamu

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz, STM Nenuk Atambua Timor

Hari Minggu Biasa VI
Lectio: Yeremia 17:5-8; Mazmur 1:1-2,3,4,6;
1Korintus 15:12,16-20; Lukas 6:17,20-26

Meditatio:
Semua orang, baik dewasa maupun anak-anak, ingin bahagia. Kebahagiaan diartikan sebagai pemenuhan semua keinginan hati kita. Setiap orang cenderung menginginkan sesuatu yang „lebih‟: ingin lebih pandai, lebih sukses, lebih baik dan lain-lain.

Sabda Tuhan hari ini menuntun kita untuk menemukan kebahagiaan sejati di dalam Tuhan. Nabi Yeremia bernubuat tentang kutuk dan berkat. Kutukan membawa kesengsaraan dan hidup jauh dari rahmat Tuhan. Berkat membawa kebahagiaan abadi. “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan” (Yer 17:5).

Orang Israel yang percaya kepada manusia seperti semak kering di padang gurun, tanpa kehidupan atau pertumbuhan. “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (Yer
17:7 Mereka yang percaya kepada Tuhan seperti pohon yang ditanam di tepi air. Mereka selalu hijau, menghasilkan buah. Gambaran ini menunjukkan bahwa hanya Tuhan yang dapat memberi kita dukungan dan kekuatan yang kita butuhkan.

Ucapan bahagia dalam Injil Lukas (6:17,20-26) hari ini menimbulkan tanda tanya bagi banyak orang. Mengapa orang miskin, menderita, lapar dipandang sebagai yang berbahagia. Sementara bahagia menurut dunia adalah yang kaya, yang sehat, yang kenyang dan sebagainya. Bagaimana mungkin yang miskin, lapar, menangis, dibenci, dikucilkan, dicela dan ditolak disebut berbahagia?

Selanjutnya Yesus mencela mereka yang kaya, kenyang, tertawa dan dipuji. Bukankah realitas sebaliknya yang dirindukan setiap manusia? Siapa ingin miskin? lapar, menangis. dibenci, dikucilkan, dicela dan ditolak? Bukankah kita diminta berjuang, berbuat, berusaha supaya hidup sejahtera, dikenal baik, berstatus sosial tinggi, boleh makan-minum sepuasnya dan tertawa menikmati hidup ini?

Injil Lukas membandingkan berkat-berkat orang miskin dan lapar dengan kesengsaraan orang-orang yang kaya dan puas saat ini. Yesus memperingatkan bahwa mereka yang menemukan sukacita dalam kenyamanan duniawi mungkin kehilangan kebahagiaan sejati. Sebaliknya, Yesus memanggil kita untuk melihat melampaui kehidupan ini dan mencari kebahagiaan di dalam Tuhan. Apa yang harus kita lakukan untuk tetap berbahagia?

Pertama, berbagi kebaikan kepada sesama. Berbagi kebaikan bisa membuat kita selalu bahagia. Berbagi tak
perlu menunggu memiliki banyak rezeki dulu. Jangan menunda-nunda berbagi kebaikan. Sisihkan rejeki kita untuk berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Tindakan yata menyalurkan kebaikan sungguh mendatangkan kebahagiaan.

Kedua, Mengandalkan Tuhan. Pengalaman rasa kecewa, ditolak, dimusuhi dan sederetan kisah sedih lain, siapakah yang tidak menglaminya? Yeremia seorang nabi muda belia masuk dalam hitungan orang-orang yang stress. Tetapi tangan dan kasih Tuhan menolong dan meneguhkan hatinya. Dia kuat, matang dan
dewasa dalam imannya kepada Allah. Dia yakin hanya Tuhan yang sanggup memberikan daya dan kekuatan kepadanya.

Ketiga, kebahagiaan letaknya bukan di luar sana, melainkan di sini, di dalam hati kita ini, yakni ketika hati kita penuh dengan cinta Tuhan. Ketika kita mampu menyelaraskan kehendak, pikiran, dan rencana kita dengan kehendak, pikiran, dan rencana Tuhan, saat itulah kebahagiaan hadir. Ketika kita mampu mensyukuri dan menerima kehidupan yang kita jalani saat ini, saat itulah kebahagiaan kita rasakan. Ketika kita memiliki cinta dan kasih Tuhan sebagai sesuatu yang paling berharga dan bermakna dalam kehidupan ini, saat itulah
kita mengalami kebahagiaan yang sejati.

Missio:
Kita bersandar kepada Tuhan, menemukan harapan dalam kebangkitan, dan mengingat bahwa kebahagiaan sejati terletak di dalam Dia. Kita menaruh kepercayaan kita pada pemeliharaan Tuhan dan mencari sukacita-Nya yang kekal.

Doa:
“Ya Bapa Maha Pengasih, Engkaulah Kebahagiaan kami. Kami bersyukur untuk besarnya kasih-Mu kepada kami, terutama karena Engkau menciptakan kami untuk mencapai kebahagiaan bersama-Mu. Ampunilah dosa kami, yang sering terlalu menyibukkan diri untuk mencari kebahagiaan semu di dunia. Terangilah akal budi kami, agar dapat melihat kehadiran-Mu di dunia, sehingga kami dapat dapat mengimaniMu dengan lebih sungguh...Amin.

Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Minggu. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved