NTT Tekini
Pater Oris Liko dalam Refleksi Reba Kelitei di Kupang, Se Boge Kita Riu Roe, Se Kepo Kita Nari Nedo
cinta abadi tak terpisahkan. Suami istri harus setia satu sama lain seumur hidup.
Kemurahan hati berarti ungkapan simpati dan empati untuk menyatu dengan pribadi dan situasi yang sedang dialaminya. Belas kasihan yang bernilai selalu mengarah kepada suatu tindakan yang nyata untuk meringankan penderitaan orang lain. Itulah yang dilakukan oleh Yesus.
Tindakan belas kasihanNya tidak hanya membawa sukacita dan penyelamatan bagi banyak orang tetapi memberikan teladan kepada para murid bagaimana memiliki hati untuk sesama yang lain terutama yang lemah dan kurang diperhatikan dalam masyarakat. Kepada para murid Yesus katakan kamu harus memberi mereka makan.
Mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan sungguh luar biasa. Mereka makan sampai kenyang(sé boge kita riu roe, sé képo kita nari nédo: satu potong kita nikmati bersama enaknya dan satu genggam kita cicipi bersama enaknya). Apa yang kita miliki, hendaknya tidak hanya membahagiakan diri kita sendiri tetapi berbagi dengan yang membutuhkan.Itulah yang membahagiakan kita.
Umat beriman yang terkasih dalam Tuhan.
Bacaan-bacaan suci pada hari ini berkaitan erat dengan peristiwa reba yang kita rayakan sore ini. Reba bukan hanya perayaan syukur tetapi lebih dari itu mengajarkan kepada kita nilai-nilai universal yakni bagaimana membangun relasi kehidupan yang harmonis dengan yang Ilahi: (Dewa zeta ): relasi yang harmonis dengan sesama manusia (Bhodha molo ngata go kita ata (menaruh hormat pada pribadi manusia) dan relasi dengan alam semesta. Bumi menjadi ibu dari segala yang hidup.

Oleh karena itu ia harus dijaga dan dirawat karena darinyalah kita memperoleh kehidupan. Jika jaringan relasi kehidupan ini dijaga dan dihidupkan dalam kehidupan setiap hari maka akan tercipta kedamaian, kesimbangan, kesejahteraan dalam kampung dunia yang sedang kita diami ini.
Para leluhur Ngada telah mewariskan harta kekayaan yang begitu bernilai dalam bentuk pata dela sebagai pedoman/pegangan bagi orang Ngada untuk dihidupi setiap hari. Kalau orang kelitei tidak menghidupinya berarti dia tidak menjadi bagian dari komunitasnya. Adapun nilai-nilai kehidupan yang diturunkan oleh para leluhur kita:
Nilai kesetiaan dalam perkawinan: Dewa da petti ghemi, miu ma'e beta beki: yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Go ra'abere mori zuamoe go wea da laladhape: cinta abadi tak terpisahkan. Suami istri harus setia satu sama lain seumur hidup.
Nilai persaudaraan: Dapi'obodhane'eda sipo, da bopone'e da dho'o :dalam kehidupan bersama kita membutuhkan bantuan sesame yang lain. Ungkapan ini senada dengan "Modhe-modhe ne'e soga woe, meku ne'e doa delu yang berati berbuat baiklah dengan semua orang. Karena kebaikan membawa makna dalam komunitas sosial.
Nilai kejujuran: "ma'e siri go dhiri - ma'e laga go lange", arti harafiahnya "jangan menggeser pinggir, jangan melanggar batas. Ungkapan ini senada dengan Go ngata go ngata, go tenge go tenge: menerima milik sendiri dan mengakui milik orang lain. Dengan kata lain jangan serakah.
Nilai keadilan : “Bhodha moe nio da dhoi” pali: harus seperti memikul buah kelapa secara seimbang pada kayu pikulan. Kita diminta untuk berlaku adil dan tidak pilih kasih dalam pelayanan.
Nilai penghormatan: “wiwi ma’e isi lema ma’e sema” : kita harus menjaga, mengendalikan bibir dan lidah dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Nilai tanggung jawab dan kerja sama: "suu papa suru, saa papa laka", yang berarti "menjunjung dan memikul beban secara bersama-sama.
Nilai kerendahan hati. “Ma’e melo go beke da meze –ma’e ngada ngi’i go kasa da kapa” berarti “jangan bangga karena dada yang besar. Kita diajak untuk jangan sombong dalam hidup. Karena kesombongan dapat menghancurkan diri sendiri.
Nilai hidup hemat : Toka se alu resi se alu :kita diajak untuk tidak bersikap boros dalam menggunakan bahan makan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.