Opini

Opini: Care Economy, Peran Tak Terlihat dalam Perekonomian Berbasis Komunitas

Di Nusa Tenggara Timur (NTT), Care Economy memainkan peran yang signifikan dalam dinamika sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

Editor: Dion DB Putra
DOK PRIBADI
Helga Maria Evarista Gero 

Potensi yang Belum Dihitung

Di tingkat ekonomi, kontribusi dari Care Economy di NTT belum mendapat tempat dalam kebijakan pembangunan. 

Analisis Marilyn Waring dalam If Women Counted, aktivitas perawatan seringkali dianggap sebagai non-produkti karena tidak menghasilkan pendapatan langsung. 

Namun, di NTT, aktivitas ini justru perlu dilihat sebagai fondasi bagi perekonomian informal yang mendukung kehidupan sehari-hari, khususnya di daerah pedesaan.

Sebagai contoh, perawatan anak yang dilakukan oleh perempuan memungkinkan anggota keluarga lainnya bekerja di ladang, berdagang di pasar, atau mencari penghasilan lain. 

Namun, karena aktivitas ini tidak dihargai secara finansial, kontribusi perempuan seringkali tidak dianggap sebagai bagian dari pembangunan ekonomi. 

Hal ini selaras dengan kritik feminist economist yang menyatakan bahwa paradigma ekonomi arus utama sering gagal mengintegrasikan kerja perawatan ke dalam narasi pembangunan.

Lebih jauh lagi, Care Economy di NTT berpotensi menjadi sektor yang dapat dikembangkan untuk mendukung pengentasan kemiskinan. 

Misalnya, dengan memperkuat layanan perawatan berbasis komunitas, seperti pusat penitipan anak atau pelatihan untuk caregiver, pemerintah dapat menciptakan peluang kerja formal yang mengintegrasikan nilai-nilai lokal. 

Strategi ini akan memberikan penghargaan ekonomi terhadap pekerjaan perawatan sekaligus meningkatkan kualitas layanan yang diterima masyarakat.

Nilai Kolektivitas dalam Care Economy

Dari perspektif budaya, ekonomi perawatan di NTT berakar pada nilai-nilai kolektivitas yang menjadi ciri khas masyarakat lokal. 

Sistem adat seperti gotong royong dan subsidiaritas menunjukkan bahwa aktivitas perawatan adalah bagian integral dari struktur social masyarakat. 

Dalam pandangan Clifford Geertz, pola-pola perilaku ini mencerminkan sistem makna yang terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Namun, globalisasi dan modernisasi menghadirkan tantangan terhadap keberlanjutan nilai-nilai ini. 

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved