Plafon Kelas Rubuh
Plafon Kelas Rubuh, Bayang-bayang Trauma Menyelimuti Siswa dan Guru SDI Oesapa Kupang NTT
terutama mengganti plafon kelas menggunakan tripleks agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
Penulis: Ray Rebon | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Seperti badai yang datang tiba-tiba, ketenangan di ruang kelas I D UPTD Sekolah Dasar Inpres (SDI) Oesapa berubah riuh saat plafon kelas itu mendadak runtuh pada, Kamis (16/1/ 2025)
Peristiwa yang terjadi di tengah proses kegiatan belajar mengajar itu menyisakan luka di hati, meski tidak membawa luka berat di tubuh.
Jeritan anak-anak yang memanggil bapak dan mama menggema, menggetarkan dinding-dinding kelas.
Wajah pucat sang guru wali kelas menjadi saksi bisu betapa mencekamnya detik-detik saat langit-langit kelas runtuh menghujam lantai.
Baca juga: Komisi IV DPRD Kota Kupang Soroti Pelayanan RSUD S. K. Lerik Kupang
Tiga siswa mengalami goresan kecil, namun bayang-bayang trauma itu menjangkau jauh lebih banyak jiwa.
Seolah takut pada bayang-bayang yang mengintai dari atas, kegiatan belajar mengajar (KBM) kini beralih ke emperan kelas.
Para siswa duduk beralaskan lantai, tanpa kursi atau meja, namun semangat belajar mereka tetap terpancar cerah.
Kepala sekolah, Rada Peda, turut mengawasi jalannya KBM dari dekat, memastikan anak-anak tetap mendapatkan pelajaran meski di bawah atap yang berbeda.
"Untuk sementara, kami memutuskan untuk tidak menggunakan ruang kelas. Trauma anak-anak masih terasa, terutama siswa kelas I D. Hari ini mereka belajar di rumah melalui WhatsApp grup," ujar Rada dengan mata berkaca-kaca saat ditemui diruang kerjanya, Kamis 16 Januari 2025.
Kejadian plafon roboh ini bukan yang pertama. Sebelumnya, katanya insiden serupa terjadi di ruang kelas 4 B dan 1 C pada Desember 2024 lalu.
Seperti janji manis yang tak kunjung ditepati, kontraktor telah berjanji untuk memperbaiki, namun hingga Januari 2025, atap itu tetap tak tersentuh perbaikan berarti.
"Kami sudah berulang kali menghubungi pihak kontraktor. Mereka datang, membersihkan puing-puing, dan berjanji akan memperbaiki. Tapi hingga kini, kami masih menunggu," ungkap Rada.
"Kami hanya berharap plafon diganti dengan material yang lebih aman, seperti triplek. Ini bukan hanya tentang kenyamanan, tapi tentang nyawa anak-anak dan guru," tambah Rada.
Meski kini mereka belajar di bawah emperan kelas, anak-anak SDI Oesapa tetap menunjukkan semangat yang tak tergoyahkan.
Senyum mereka adalah pelita yang menerangi suasana suram akibat peristiwa ini. Namun, di balik keceriaan itu, ada doa yang terus dipanjatkan, berharap agar kejadian ini menjadi yang terakhir, dan sekolah mereka kembali menjadi tempat yang aman untuk menuntut ilmu.
Rada berharap pihak kontraktor dan pemerintah memperbaiki kerusakan itu, terutama mengganti plafon kelas menggunakan tripleks agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
"Kami tidak butuh ruang kelas yang mewah, tapi kami butuh ruang kelas yang nyaman dan aman untuk proses belajar anak-anak dan guru," tutup Rada.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.